Penelitian Relevan Analisis tokoh lintang dalam novel Pulang karya Leila S. Chudori dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

Malaysia. Cerpennya pernah dibahas oleh kritikus sastra Tinneke Hellwig dalam “Leila S. Chudori and Women in Contemporary Fiction Writing” yang dimuat di Tenggara terbiran Malaysia. Namanya juga tercantum dalam salah satu sastrawan Indonesia dalam kamus sastra Dictionnaire des Creatrices yang diterbitkan Editions des Femmes, Prancis yang disusun oleh Jacqueline Camus, sebuah kamus sastra yang berisikan data dan profil perempuan yang berkecimpung didunia seni. 2 Perempuan kutu buku ini juga sudah menerbitkan sejumlah buku. Semuanya fiksi, Leila memang jarang menulis artikel. Semasa kuliah ia mengaku cukup serius dalam belajar, giat membaca buku-buku teks, sehingga tidak punya waktu untuk menulis, jika sedang pulang ke Indonesia Leila baru bisa mengarang. Leila sangat tidak percaya pada bakat, bagi dia kata bakat mengandung misteri. “Manusia ditentuksn oleh faktor eksternal dan internal. Kita harus menguji diri kita, punya jiwa seni atau tidak.” Katanya. Bagi Leila seorang pegarang memiliki kepekaan menangkap fenomena dalam dirinya yang kemudian diekspresikan lewat kertas. Kekaguman Leila pada ayahnya Mohammad Chudori yang merupakan seorang wartawan Kantor Berita Antara, tidak mampu disembunyikannya. Nama Leila S. Chudori tercantum dalam daftar keanggotaan Dewan Kesenian Jakarta DKJ Periode 1993-1996, ia menegaskan bahwa sudah sejak lama ia menolak untuk duduk dalam keanggotaan itu. Selain bekerja sehari-hari sebagai wartawan senior Tempo, bersama dengan Bambang Bujono, Leila juga menjadi editor buku Bahasa Kumpulan tulisan majalah Tempo Pusat Data Analisa Tempo, 2008. Leila juga aktif menulis skenario drama televisi. Drama TV berjudul Dunia Tanpa Koma Produksi SinemArt, sutradara Maruli Ara yang menampilkan Dian Sastrowardoyo dan Tora Sudiro ditayangkan di 2 Anonim, Seniman Sastra, http:www.tamanismailmarzuki.co.idtokohleila.html , diakses pada 05 September 2014. RCTI tahun 2006. Terakhir Leila menulis skenario film pendek Dripadi produksi SinemArt dan Miles Films, sutradara Riri Riza, yang merupakan kisah tafsir Mahabarata. 3

B. Sinopsis Novel

Pulang dimulai dengan kisah empat wartawan Indonesia Dimas Suryo, Nugroho, Risjaf dan Tjai, yang dilarang kembali ke tanah air mereka setelah pembersihan komunis Indonesia pada tahun 1965. Sementara teman-teman Dimas dan anggota keluarga dibantai atau disiksa di Indonesia, empat teman-teman berpindah dari satu negara ke negara lain yang mencari suaka politik, akhirnya mendarat di Prancis dan menyambung hidup dengan membuka Restoran Tanah Air. Tokoh penting lainnya adalah Hananto Prawiro, kawan seangkatan Nugroho yang menjadi pimpinan baik semasa mereka masih sama-sama berkuliah maupun setelah bekerja di Kantor Berita Nusantara. Tokoh ini yang paling memiliki ikatan emosional dengan Dimas, ia kerap berperan sebagai sahabat, pimpinan, sekaligus lawan diskusi yang cukup tengil. Hananto adalah redaktur berita luar negri yang aktif membangun komunikasi dengan berbagai elemen gerakan revolusioner kiri di dunia terutama Amerika Latin, selain itu ia juga aktif di ormas LEKRA dan menjadi tangan kanan pemimpin redaksi yang bertendensi mendukung PKI. Sayangnya, dia harus tertangkap di negerinya sendiri pada 1968 setelah melakukan pelarian panjang dan dieksekusi mati oleh militer pata tahun 1970. Dimas hanyalah seorang jurnalis profesional yang menganut ideologi politik tertentu, juga tidak terlibat gerakan organisasi politik tertentu. Ia harus menelan pil pahit yang terkadang disesalkannya sendiri, sebab harus hidup tersiksa tanpa alasan. Meski selalu ditolak, selama menjadi eksil, setiap tahun Dimas selalu mendatangi KBRI mengajukan 3 Anonim, Seniman Sastra, http:www.tamanismailmarzuki.co.idtokohleila.html , diakses pada 05 September 2014. visa masuk ke Indonesia. Ia juga harus bercerai dengan Vivienne dan bertengkar dengan Lintang karena Dimas selalu berkorespondensi dengan Surti dan anak-anaknya padahal itulah akses yang ia miliki untuk mengetahui gambaram situasi di tanah airnya, dia juga selalu menyimpan stoples kunyit dan cengkih segar yang diletakan di ruang tamu apartemennya supaya setiap hari bisa menghirup aroma khas tanah airnya. Yang paling mengagumkan adalah Restoran Tanah Air yang dirintisnya bersama kelompok eksil politiknya dan sempat dilabeli sarang komunis. Satu setengah dari buku ini bercerita tentang Dimas dan puterinya. Lintang Utara, yang memutuskan berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998 untuk membuat film dokumenter tentang kehidupan eksil politik di Indonesia sebagai bagian dari proyek terakhirnya sebagai mahasiswa di Universitas Sorbonne. Lintang bertemu Segara Alam, putra Hananto Prawiro, yang membantu dia untuk mewawancarai keluarga aktivis politik Indonesia yang menderita di bawah pimpinan Soeharto. Dalam novel ini, tidak lain Dimas Suryo adalah Sang Ekalaya. Seperti Ekalaya, Dimas adalah manusia yang memandang lurus kehidupan. Dia tidak sadar bahwa sejatinya manusia adalah makhluk yang suka bertarung dan saling memakan sesamanya demi memenuhi kepentingan masing-masing. Meski tidak diakui lagi status warga negaranya dan selalu ditolak pulang oleh pemerintah di negaranya, Dimas tetap bertahan dengan langkah penuh jejak darah luka, sebab ia tahu persis tanah air Indonesia tidak pernah menolak dirinya. Pada akhirnya, setelah Orde Baru Soeharto ditumbangkan oleh gerakan mahasiswa dan rakyat pada 21 Mei 1998, dan sebagai upaya terakhirnya untuk menegaskan bahwa dirinya adalah putra Indonesia yang punya hak mewarisi tanah airnya, Dimas Suryopun berhasil pulang untuk selamanya ke TPU Karet Bivak Jakarta Pusat, tanah yang aromanya ia kenal dan mengenali dirinya.