Teknik Arus Kesadaran Analisis Tokoh Lintang dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori

Selain itu juga ada reaksi Lintang yang merasa bersalah saat menyerahkan surat Surti untuk Dimas kepada ibunya. Dia merasa bahwa apa yang dia lakukan itu merupakan hal yang membuat ayah dan ibunya bercerai. “Ayah masuk ke dalam kamarku dan memelukku dengan erat begitu lama. Lalu dia meninggalkan kami hanya dengan menyandang ransel di pundaknya. Untuk waktu yang lama, aku sibuk menyalahkan diriku bahwa perceraian Ayah dan Maman adalah karena aku menemukan surat itu.” 85 Kutipan lain di bawah ini mencritakan tentang reaksi Lintang saat Nara meneleponnya justru ketika dia sedang bersama Alam. Ah.... ini membingungkan. Bagaimana cara menjawab pertanyaan aneh ini. Berbincang dengan kekasih melalui telepon sementara tangan digenggam lelaki lain? Apakah itu etis? Tapi bukanlah aku sudah melalui batas etika itu sejak....le coup de foundre mendadak jadi terminologi penting dalam benakku? 86 Pada kutipan di atas terlihat bahwa Lintang bingung atas apa yang sedang dia rasakan. Nara adalah kekasihnya, namun dia lebih merasakan sesuatu yang lain dengan Alam. Kutipan di atas menjelaskan bahwa Lintang masih memikirkan konsep etika. Konsep pantas dan tidak pantas untuk seorang perempuan ini biasanya dimiliki oleh perempuan- perempuan Timur. Dia tidak meninggalkan Nara dan masih mempertahankan hubungannya dengan kekasihnya itu. Dia masih terikat dengan konsep perempuan baik-baik seperti perempuanTimur biasanya. Pada kutipan lain juga terlihat reaksi Lintang terhadap keluarga Priasmoro. Saat itu, keluarga priasmono bercerita menggunjungi Restoran Tanah Air. Kemudian Priasmono menyebutnya sebagai sarang para PKI dan komunis yang hanya menjual nasi goreng dan telur ceplok. “Bukan hanya nasi goreng” tiba-tiba Lintang menyela dengan mata menyala. 87 85 Ibid., h. 180. 86 Ibid., h. 391. 87 Ibid., h. 358. Lintang begitu marah ketika restoran ayahnya dihina karena ada Indonesia mengalir pada sebagian dirinya. Dia merupakan bagian dari Indonesia juga. Begitu mendengar penghinaan dari mulut orang Indonesia sendiri, dia begitu sakit karena teringat perjuangan ayahnya.

6. Teknik Reaksi Tokoh Lain

Reaksi tokoh-tokoh lain dalam novel ini ditampilkan dengan cara memberikan penilaian pada tokoh Lintang. Selain itu, menginformasikan kedirian tokoh Lintang dalam novel Pulang juga termasuk ke dalam teknik reaksi tokoh lain. Berikut ini adalah kutipan Lintang sebagai wanita yang menjengkelkan di mata Alam. Pantas saja Tidak mungkin Tuhan menciptakan seseorang begitu sempurna. Ternyata dia cantik sekaligus menjengkelkan. 88 Selain menilai Lintang sebagai wanita yang menjengkelkan, Alam juga meniilai Lintang sebaga wanita yang cerdas, tidak seperti perempuan Barat lainnya yang klise, rasional, dan mudah terpesona, artinya menjengkelkan bukan karena sifatnya yang membuat orang jengkel tetapi karena dia pintar, sehingga dia tidak bisa menurut atau mengikuti begitu saja apa yang disarankan Alam kepadanya ini yang membuat Alam begitu jengkel dengan Lintang. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan di bawah ini: “Sangat cerdas. Semula aku kira dia bakalan khas Barat yang klise: rasional, cepat terpesona dengan yang eksotis, dan seterusnya. Ternyata tidak. Pertanyaannya bagus, menukik, dan tajam.” 89 Kitipan dialog Alam di halaman sebelumnya sedikit menyinggung tentang kita Timur dan mereka Barat pembagian-pembagian semacam ini menekankan perbedaan antara kelompok manusia yang satu dengan kelompok manusia yang lain. Dialog Alam pada halaman sebelumnya adalah anggapan tentang sikap yang biasanya dimiliki perempuan Barat pada umumnya yaitu rasional, cepat terpesona dengan yang eksotis. Sir 88 Ibid., h 301. 89 Ibid., h. 315. Alfred Lyall dalam Edward W. Said memaparkan tentang perbedaan watak utama dari pemikiran orang Timur dan Barat. Orang Barat adalah penalar yang cermat, semua pernyataannya mengenai fakta, bebas dari semua bentuk kekaburan. Mereka adalah logikawan alami dan skeptis selalu menuntut bukti sebelum menerima suatu kebenaran proporsi. Sebaliknya Timur sebaliknya, Alfred mengatakan penalaran Timur paling tidak sistematis. 90 Pernyataan Alfred ini menguatkan sifat yang dimiliki Lintang, sifat yang dimiliki perempuan Barat pada umumnya yaitu cerdas, selalu mempunyai pertanyaan-pertanyaan bagus dan menukik serta, tidak mudah menerima begitu saja apa yang didengarnya. Berikut kutipan percakapan Monsieur Dupont yang mengganggap bahwa di dalam tubuh dan kehidupan Lintang mempunyai dua tanah air yang cukup menarik untuk dijadikan tugas akhir. “kamu juga mempunyai dua tanah Air: Indonesia dan Prancis. Dan kamu lahir di Paris, tumbuh dan besar di Paris. Tidaklah kamu ingin mengetahui identitasmu, Tanah kelahiranmu?” 91 Monsieur Dupont melihat bahwa kehidupan ayahnya sebagai eksil politik cukup menarik untuk dijadikan tugas akhirnya daripada dia harus membuat film dokumenter tentang Imigran Aljazair. Dupont juga bereaksi dengan mengatakan bahwa Lintang merupakan korban dari kekejaman politik saat itu karena ia tidak mempunyai kesempatan untuk mengenal sebagian dari dirinya. Hal tersebut dibuktikan oleh kutipan di bawah ini: “Saya paham. Tapi di mata penonton yang menyaksikan, di mata orang luar, kau tetap korban. Karena kamu belum pernah mempunyai kesempatan untuk mengenal sebagian dirimu. Tanah air ayahmu.” 92 Selain kutipan di atas, kutipan berikut ini juga menjelaskan sifat Lintang yang digambarkan oleh ayahnya, Dimas Suryo. 90 Edward W. Said, Orientalisme, Bandung: Pustaka, 1985, h.48. 91 Ibid., h. 133. 92 Ibid., h. 256.