Teknik Cakapan Analisis Tokoh Lintang dalam Novel Pulang karya Leila S. Chudori

2. Teknik Tingkah Laku

Selain melalui percakapan, sifat Lintang juga diperlihatkan oleh tingkah lakunya. Ada beberapa kutipan yang menggambarkan beberapa sifat Lintang yang tercermin dari tingkah lakunya. Sudah lama sekali aku melupakan bagian asing di dalam diriku itu. 68 Di dalam dirinya memang mengalir darah Indonesia, tetapi setiap mengenang atau mencari tahu hal yang berhubungan dengan Indonesia, selalu saja tersisa rasa sakit dan ketegangan antara dia dan ayahnya. Bahkan, upayanya untuk mencari tahu tentang sebagian tanah airnya itu berujung pada pertengkaran hingga perceraian orang tuanya. Lintang memang dibesarkan dengan budaya Indonesia dan Prancis, tetapi budaya Indonesia hanya bisa dia dengar dari cerita ayahnya tanpa bisa merasakan langsung bagian dari dalam dirinya, itu sebabnya mengapa dia melupakan dan merasa asing dengan sebagian budaya dalam dirinya itu. Pertengkaran demi pertengkaranku dengan Ayah; serangkaiaan konflik Maman dengan Ayah yang diakhiri dengan perceraiaan itu tidak memudahkan hubungan kami. Beberapa bulan yang lalu pertengkaran kami mencapai titik tertinggi. Hingga hari ini kami tidak saling bersapa. 69 Lintang tetap berpendapat bahwa menabuh gendang permusuhan dengan orangtuanya bukan sesuatu yang baik dan ideal. Di sinilah dapat dilihat bahwa Lintang juga mempunyai sifat ketimuran. Berikut kutipannya yang mendukung hal tersebut: “Permusuhan” dengan orangtua sendiri bukan situasi yang Ideal. 70 Lintang memang mencoba mengubur sebagian identitas yang tidak dikenalnya, namun dia begitu paham dan mencintai hal-hal yang berbau Indonesia. 68 Ibid., h.137. 69 Ibid., h. 167. 70 Ibid. Aku jatuh cinta pada kebaya karena bentuknya yang luar biasa, yang mampu menyusuri tubuh perempuan dengan elok. 71 Segala yang berhubungan dengan Indonesia memang sudah melekat dalam tubuhnya. Ketegangan, keindahan, dan kenangan sudah melebur jadi satu dalam dirinya. Dia memang mencoba menutup dan mengubur sebagian identitas dalam dirinya, namun sedikit banyak sebagian darah yang mengalir di dalam dirinya ikut membentuk pribadinya pula, seperti sikap bahwa bertengkar dengan orangtua bukanlah hal yang baik, sikap yang begitu tampak sebagai perempuan Timur pada umumnya.

3. Teknik Pikiran dan Perasaan

Teknik pikiran dan perasaan dapat juga ditemukan di dalam kutipan berupa sesuatu yang tidak pernah dilakukan secara konkret dalam bentuk tindakan dan kata-kata. Berikut adalah kutipan yang melukiskan pikiran dan perasaan tokoh yang mencerminkan sifat-sifat Lintang di dalam novel. Aku terdiam. Kini aku paham arah pembicaraan Monsieur Dupont. Terlalu paham. Suatu pertanyaan yang di masa lalu mengganggu tidurku. Tetapi pertanyaan itu sudah lama kusimpan dan kukubur dalam-dalam di pemakaman hati. Aku tidak mau mengorek-ngorek sesuatu yang sudah aman, di lapisan terbawah hatiku. 72 Kutipan tersebut merupakan kegelisahan yang sudah lama ada pada diri Lintang. Ia juga sudah lama berusaha mengubur kegelisahan tentang identitas yang melekat pada dirinya itu dalam-dalam. Arah pembicaraan Monsieur Dupont yang menginginkan aku untuk membuat tugas akhir mengenai Indonesia, sebagian dari tanah airku. Kutipan di bawah ini juga merupakan bukti yang menggambarkan kegelisahan akan identitas Lintang sebagai seorang Indo. 71 Ibid., h. 156. 72 Ibid., h. 134. Tentu saja aku tahu bahwa kedatangan Ayah dan kawan- kawannya bukan dengan sekoper perencanaan; segalanya serba gelap, di bawah tanah, dan menyerempet bahaya. Sejak masih terlalu muda untuk memahami politik, aku sudah tahu bahwa Indonesia, tepatnya pemerintah Orde Baru yang tidak kunjung runtuh itu, tidak akan pernah memudahkan Ayah pulang ke Indonesia. Ini cerita yang selalu diulang-ulang Maman. Dan itu sebuah cerita yang selalu kuhindari karena setiap kali mengenang Indonesia, Ayah akan mengakhirinya dengan kucuran air mata dan rasa pahit. 73 Kutipan lain adalah tentang perasaan Lintang yang begitu paham bahwa kedatangan ayahnya ke Paris tentu bukan tanpa alasan. Ada sesuatu yang sedang terjadi di negerinya yang membuatnya harus terdampar di negeri yang sama sekali berbeda dengan negara asalnya. Pembahasan tentang latar belakangnya, Indonesia, selalu ia hindari karena selalu berakhir dengan kucuran air mata ayahnya. Walaupun Lintang tidak pernah terlibat atas apa yang sedang terjadi di Indonesia, dia juga harus bernasib sama dengan ayahnya, tidak pernah mengenal Indonesia secara langsung selain dari cerita-cerita ayahnya. Aku lahir di sebuah tanah asing. Sebuah negeri bertubuh cantik dan harum bernama Prancis. Tetapi menurut Ayah darahku berasal dari seberang benua Eropa, sebuah tanah yang mengirim aroma cengkih dan kesedihan yang sia-sia. Sebuah tanah yang subur oleh begitu banyak tumbuh-tumbuhan, yang melahirkan aneka warna, bentuk, dan keimanan, tetapi malah warganya hanya karena perbedaan pemikiran. 74 Berikut kutipan lain yang menjelaskan tentang identitas Lintang: Di dalam tubuhku ini mengalir sebersit darah yang tidak kukenal, bernama Indonesia, yang ikut bergabung dengan percikan darah lain bernama Prancis. 75 Dari kutipan di atas, dia menyadari bahwa dia mempunyai darah dari dua latar belakang yang berbeda, namun dia tidak pernah mengetahui salah satu latar belakangnya tersebut. Ia lebih memilih mengubur salah satu 73 Ibid., h.135. 74 Ibid., h. 137. 75 Ibid. identitasnya yang terasa asing, yakni Indonesia. Karena tidak mengenal secara langsung sebagian dari dirinya budaya Indonesia, Indonesia hanya dia ketahui dari cerita ayahnya, selain itu alasan lain Lintang melupakan bagian asing dalam dirinya adalah karena setiap mengingat Indonesia akan menimbulkan banyak rasa sakit tentang ayahnya yang ditolak oleh pemerintah Indonesia, tentang perceraian ibu dan ayahnya karena sebuah kenangan yang tidak bisa di lupakan ayahnya di Indonesia. Surti. Berikut kutipan lintang melupakan bagian asing dalam dirinya. Sudah lama sekali aku melupakan bagian asing di dalam diriku itu. 76 Berdasarkan kutipan-kutipan tersebut jelaslah bahwa sejak kecil Lintang tidak pernah mengenal secara langsung salah satu latar belakangnya. Dia mencoba mengubur salah satu identitasnya dalam- dalam. Menurutnya, Indonesia adalah salah satu bagian asing dalam dirinya yang tidak pernah ia kenal. Berikut kutipan yang juga membahas persoalan identitas Lintang: Ayah mengatakan pilihanku mungkin menunjukkan siapa diriku, aku mendengar Ayah berbicara dengan Maman, saat aku tidur di malam hari, bahwa dia merasa bersalah. Pasti Lintang memilih tokoh-tokoh yang berburu identitas karena dia juga merasa krisis identitas. Pasti dia tengah bertanya-tanya, siapakah dirinya, orang Indonesia yang tak pernah ke Indonesia? Atau orang Parancis setengah Indonesia? 77 Dapat disimpulkan bahwa pemikiran dan perasaan yang dialami Lintang mengukuhkan kediriannya sebagai tokoh Indo. Lintang dilanda kegelisahan atas pertanyaan tentang identitas dalam dirinya. Walaupun identitas Indonesianya telah dikubur dalam-dalam, dia tidak pernah bisa menyangkal bahwa itu ada pada dirinya. Pilihan untuk menyimpan dalam- dalam keingintahuannya terhadap salah satu identitasnya bukan hanya karena dia tidak pernah diijinkan mengenal Indonesia secara langsung, tetapi juga karena dia adalah anak dari Dimas Suryo, seorang eksil politik. 76 Ibid., h. 137. 77 Ibid., h. 185.