Assesmen KKR Afrika Selatan
E.4. Assesmen KKR Afrika Selatan
Afrika Selatan mengalami jalan yang panjang sebelum terlahir kembali menjadi sebuah bangsa yang baru. Segregasi total antara mayoritas kulit hitam dengan minoritas kulit putih yang merupakan warisan dari sistem kolonial dan terus dipertahankan menjadi satu dengan sistem pemerintahan selama dekade 1960-1990. Segregasi tersebut tidak hanya memisahkan secara rasial penduduk Afrika Selatan, namun juga mengakibatkan pembatasan hak bagi warga kulit hitam segara legal. Dalam praktiknya, segragasi dan diskriminasi tersebut mencakup pula praktik-praktik penyiksaan, pembunuhan, dan lain sebagainya kepada warga kulit hitam, terutama terhadap mereka yang menentang sistem apartheid.
Gerakan perlawanan yang bangkit pada tahun 1960an dan menemukan puncaknya pada tahun 1980an, ketika kekerasan terjadi dan dilakukan oleh kedua belah pihak, memaksa untuk segera ditemukan adanya jalan keluar. Pada titik inilah negosiasi antara de Klerk dan Mandela menjadi poin penting, dengan penekanan; bahwa tidak ada Afrika Selatan tanpa penghapusan apartheid dan sistem pemerintahan yang lebih demokratis. Mandela terpilih sebagai presiden
dan berpendapat; Kebebasan berekspresi; Kebebasan untuk melakukan demonstrasi, petisi secara damai; kebebasan unuk berorganisasi; Kewarganegaraan yang tidak boleh dicabut; Kebebasan untuk bergerak dan menetap; Kebebasan untuk berdagang dan bekerja; hak-hak pekerja; hak atas lingkungan; hak atas properti; hak atas tempat-tinggal; layanan kesehatan, makanan, air, dan keamanan sosial; hak anak; pendidikan; bahasa dan budaya; Komunitas budaya, religi, dan bahasa; hak atas informasi; administrasi yang adil; hak atas pengadilan; hak atas penangkapan, penahanan, dan penuntutan.
melalui pemilu demokratis pertama kali dalam sejarah Afrika Selatan, dan memulai proyek rekonsiliasi; reparasi kepada para korban, dan amnesti serta penuntutan terhadap pelaku.
Masa transisi Afrika Selatan dapat dikategorikan dalam penjabaran berikut. Apologi dalam Afrika Selatan berlangsung dengan dukungan legitimasi yang luas, terutama melalui hearing yang mempertemukan antara korban dan pelaku. Apologi yang diberikan kepada pelaku dalam bentuk amnesti ini tidak hanya sebagai upaya negosiasi terhadap rezim lama, melainkan juga dalam rangka pengungkapan kebenaran. Afrika Selatan yang baru, berdiri berdasarkan pengalaman masa lalu yang dinyatakan dengan jelas melalui konstitusi baru, Konstitusi 1996 yang melanjutkan Konstitusi Transisi 1993 dengan menghapus apartheid dan sistem demokrasi yang lebih baik.
Masa transisi di Afrika Selatan diawali dari bentrokan yang terus menerus terjadi dan memaksa diadakanya negosiasi antara kedua belah pihak. Setelah Mandela memimpin, TRC melalui hasil temuanya memberikan sumbangsih yang tidak dapat dipungkiri terhadap rainbow nation yang hendak dituju. Bersamaan dengan itu, TRC berjalan berdampingan dengan dua pengadilan; yang pertama adalah pengadilan pidana yang ditujukan terhadap para pelaku kejahatan dalam pemerintahan sebelumnya. Pengadilan dalam arti yang kedua adalah melalu hearing , dimana pelaku dan korban bertemu dan saling berbagi pengalaman terhadap kekejaman yang terjadi. Penyelenggaraan hearing ini dilakukan untuk kasus-kasus penting, juga terhadap mereka yang mengajukan permohonan amnesti Masa transisi di Afrika Selatan diawali dari bentrokan yang terus menerus terjadi dan memaksa diadakanya negosiasi antara kedua belah pihak. Setelah Mandela memimpin, TRC melalui hasil temuanya memberikan sumbangsih yang tidak dapat dipungkiri terhadap rainbow nation yang hendak dituju. Bersamaan dengan itu, TRC berjalan berdampingan dengan dua pengadilan; yang pertama adalah pengadilan pidana yang ditujukan terhadap para pelaku kejahatan dalam pemerintahan sebelumnya. Pengadilan dalam arti yang kedua adalah melalu hearing , dimana pelaku dan korban bertemu dan saling berbagi pengalaman terhadap kekejaman yang terjadi. Penyelenggaraan hearing ini dilakukan untuk kasus-kasus penting, juga terhadap mereka yang mengajukan permohonan amnesti
TRC Report yang berisikan pengalaman masa lalu beserta rekomendasinya merupakan langkah penting dalam penulisan sejarah secara luas. Disamping laporan komisi, terdapat pula hasil pengadilan pidana dalam kasus-kasus khusus. Bentuk lain dari pengakuan sejarah yang baru adalah melalui pembangunan monumen dan museum mengenai pengalaman masa lalu. Hal ini berkaitan dengan elemen selanjutnya, yaitu mengenai pendidikan tentang HAM. Sesuai dengan rekomendasi TRC, pendirian monumen dan museum tersebut juga bertujuan untuk memberikan edukasi dan pencegahan terulangnya kejadian masa lalu. Kebijakan lain yang bersangkutan dengan pendidikan perdamaian adalah persebar luasan laporan komisi, pendidikan HAM disegala lini seperti kepada petugas penjara, jaksa, polisi dan hakim, dan masuknya HAM dalam kurikulum pendidikan. Setiap hearing disiarkan oleh media massa secara luas yang menunjukkan peran media massa dalam mempublikasi pertemuan antar kelompok. Akan tetapi, sekali lagi, publikasi yang sesungguhnya adalah melalui hasil laporan TRC.
Ornop terlibat, terutama dalam hal reparasi korban, meski dengan catatan minimnya fleksibilitas bagi Ornop untuk bergabung. Sebelumnya, pada masa dekade akhir 1980an, dukungan terbesar bagi gerakan anti-apartheid muncul dari masyarakat sipil internasional, yang mempengaruhi sikap resmi negara mereka seperti Inggris dan Amerika.
Sumbangan penting lain dari hasil kerja TRC Afrika Selatan ini adalah reintegrasi sosial tidak hanya bagi korban, melainkan juga bagi pelaku dengan pendampingan layanan konseling psikologis. Reintegrasi sosial ini dilakukan dengan dua cara; penuntutan dan amnesti kepada para pelaku, dan reparasi terhadap para korban. Kebijakan lain dalam rumusan rekomendasi laporan TRC adalah anjuran untuk menghapus gap sosial antara mereka yang diuntungkan oleh apartheid dan warga kulit hitam yang dirugikan.