Metode Penelitian

E. Metode Penelitian

Penelitian ini hendak mengetahui bagaimana keadaan homo sacer dari peneguhan kedaulatan pada masa 1965 yang berupa pembersihan seluruh anasir kiri dan perkembangan pemenuhan haknya pada masa sekarang. Untuk kepentingan tersebut, penelitan ini bertumpu analisa bagaimana kondisi peneguhan kedaulatan tersebut menjadi mungkin, dan bagaimana akibatnya terhadap mereka yang dikeluarkan dari anggota komunitas politik. Analisa pertama dilakukan dengan melihat bagaimana hubungan antara

107 Stephanie Wolfe. The Politics of Reparations and Apologies. Springer. New York, Heidelberg, Dordrecht & London. 2014. Hlm 14-16 107 Stephanie Wolfe. The Politics of Reparations and Apologies. Springer. New York, Heidelberg, Dordrecht & London. 2014. Hlm 14-16

Penelitian ini menggunakan studi sosio-legal, yaitu studi ilmu hukum yang “meminjam” metode dari ilmu lain untuk kemudian berdasarkan dari studi tersebut diolah menjadi sisi preskriptif dalam studi hukum. 108 Penggunaan sosio-legal dalam studi ini diperlukan untuk menjawab permasalahan seputar korban 1965 beserta segenap kisahnya untuk

kemudian dipetakan pelanggaran hak apa saja yang terjadi dan bagaimana mengatasinya. Apabila menggunakan skema Soetandyo Wignyosoebroto, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum non-doktrinal, yaitu penelitian hukum yang memandang hukum itu sendiri sebagai gejala dalam

realitas kongkrit manusia yang kompleks. 109 Atas keperluan tersebut, perolehan data dalam penelitian ini kemudian disajikan dalam bentuk

naratif.

Apa yang dimaksud dengan studi naratif disini adalah studi tentang kisah. Apa yang disebut sebagai kisah tersebut berasal dari mereka yang mengalami kejadian tertentu sehingga memiliki persepsi tertentu mengenai

108 Lihat Sulistyowati Irianto. Memperkenalkan Studi Sosiolegal dan Implikasi Metodologisnya dalam Sulistyowati Irianto & Shidarta (ed). Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan

Refleksi.Buku Obor & JHMP-FHUI. Jakarta. Hlm 175, 177, 178 disini Sulistyowati menjelaskan bahwa kata Sosio sendiri menunjukkan bagaimana hubungan antara Legal dalam konteks tertentu. Pada dasarnya yang hendak dikatakan adalah bahwa studi sosio-legal merupakan studi interdisipliner antara ilmu hukum dengan ilmu lain yang pada umumnya dipergunakan guna menjawab permasalahan yang tidak dapat dijawab dalam studi ilmu hukum yang monodisiplin. Perihal ini diulas juga Satjipto Rahardjo yang menyatakan bahwa pada hakikatnya, ilmu hukum adalah studi interdisipliner yang saling berkaitan dengan studi bidang ilmu lain, lihat dalam Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2006. Hlm 7 109 Soetandyo Wignyosoebroto. Hukum; Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya.Huma & Elsam. Jakarta. 2002. Hlm 161-162.

hal tersebut. Karena yang diangkat adalah kisah, maka metode yang dipergunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan dunia- kehidupan “dari dalam”, semacam refleksi dari keseharian narasumber, dan membuka berbagai kemungkinan interpretasi. 110 Tapi yang dimaksud dengan kualitatif disini bukan semata refleksi dari narasumber, melainkan juga olah data teks baik peraturan maupun teori yang menjadi obyek dari penelitian ini.

Penelitian kualitatif dalam pendekatan naratif memiliki cirinya yang khas; yaitu penceritaan-penafsiran dari kisah-kisah yang dialami oleh narasumber. Menurut Amsterdam & Bruner, sesungguhnya apa yang disebut sebagai “narasi” itu sangat dekat dengan hukum, bahkan, hukum hidup dalam narasi. Argumen tersebut setidaknya ditunjukkan melalui dua hal; bahwa hukum sudah merupakan kisah sebagaimana dilakukan klien terhadap pengacaranya, maupun pengacara dan jaksa dalam pengadilan. Alasan kedua adalah bahwa kisah-kisah tersebut terus berputar dalam

berbagai bentuk baik putusan, pendapat hukum, dan lain sebagainya. 111 Narasi sudah mengandaikan pada dirinya bahwa narasi itu sendiri

merupakan bentuk dari interaksi antar manusia. Maka hukum itu sendiri

110 Uwe Flick dkk.What is Qualitative Research? An Introduction to the Field.Dalam Uwe Flick dkk (ed). A Companion to Qualitative Research.Sage Publication.London, California, New Delhi.

2004.Hlm 3 111 Anthony G. Amsterdam & Jerome Bruner.Minding The Law. Harvard University

Press.Cambridge & London. 2000. Hlm 110.

merupakan bagian dari narasi kehidupan manusia, termasuk bagaimana hukum itu disadari. 112

Apa yang “dibentuk” lewat narasi-narasi tersebut adalah “fakta”, yang bergerak dua arah; bahwa manusia membentuk sekaligus dibentuk oleh

fakta, yang berangkat dan berujung dari narasi itu tadi. 113 Selain itu juga dapat dikatakan pula bahwa tiap-tiap kisah memiliki logika kebenaranya

sendiri. 114 Penggunaan narasi ini dapat dipergunakan secara luas; sebagai bagian dari antropologi, sosiologi, maupun psikologi, sementara

penggunaan narasi dalam studi ini lebih merujuk pada poin sebelumnya, bahwa hukum sendiri sudah merupakan narasi yang dalam konteks penelitian ini berarti bagaimana mereka yang telah mengalami pembuangan tanpa pengadilan atau yang kehilangan anggota keluarga yang terkasihi memiliki sudut pandang tentang apa itu “hukum”, “keadilan” atau bahkan “permaafan”.

Pada konteks pengaturan hukumnya, yang dimaksud dengan narasi ini adalah meletakkan apa yang disebut sebagai hukum itu dalam suatu konteks. Konteks itu sendiri berkaitan dengan kebersejarahan, dan dalam hal studi transisional rezim, sehingga sulit dibedakan antara hukum dan non-hukum.

112 Istilah “disadari” ini dipinjam dari Paul Scholten ketika dirinya mengatakan bahwa hukum itu sendiri memiliki penghayatan dan dinamika dalam kehidupan manusia yang hendak

diaturnya.dalam Paul Scholten. Strutur Ilmu Hukum. Tanpa Penerbit. Bandung. 2002. Hlm 19. Scholten mengatakan meski telah diatur oleh hukum, namun banyaknya latar belakang membuat hukum yang terikat oleh berbagai anasir sosial menjadi berbeda-beda dari yang disadari oleh masing-masing orang.

113 Op Cit Anthony Amsterdam & Jerome Bruner. Minding The Law… hlm 112 114 Ibid hlm 116

Pembedaan ini akan dijelaskan lebih jauh dalam bab selanjutnya, namun dijelaskan disini bahwa hukum ini dimengerti sebagai daya paksa.

Studi ini melakukan analisa terhadap hubungan antara hukum dan otoritas untuk memperlihatkan bagaimana hubungan antara tubuh dan kedaulatan. Hasil wawancara akan memperlihatkan kisah-kisah personal dari para koban., menunjukkan bagaimana cinta dan harapan dihadapan penderitaan. Studi perbandingan, yang diperoleh dari pengalaman Chile dan Afrika Selatan digunakan untuk memperlihatkan bagaimana keadilan transisional ditempuh, dan kontribusinya untuk Indonesia.

E.1. Sumber Data

a. Subyek atau Narasumber Subyek atau narasumber dari penelitian ini adalah para mantan tahanan politik yang ditahan terkait dengan peristiwa 1965 dengan berbagai kategorisasinya. Selain itu juga keluarga yang kehilangan anggota keluarganya terkait dengan peristiwa 1965 maupun keluarga yang pernah ditahan dalam konteks yang sama. Perolehan data dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur.

b. Peraturan Berbagai macam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan topik Hak Asasi Manusia seperti Undang-Undang 39/1999, Undang- Undang 26/2000, Undang-Undang 11/2005, Undang-Undang 12/2005 untuk menunjukkan pelanggaran hak-hak dari para eks-tapol. UU KKR, RUU

KKR yang diajukan oleh Kementrian Hukum dan HAM, Ley 19.123 Chile, Supreme Decision 335 Chile, Act Number 34/1995 Afrika Selatan yang digunakan untuk diperbandingkan dalam konteks transisi keadilan. Selain kedua bahan utama tersebut terdapat berbagai peraturan perundang- undangan lain yang berkaitan dan diperlukan dalam studi ini.

c. Dokumen lain Buku-buku, penelitian, rilis, dokumen, dan lain sebagainya yang berkaitan dan diperlukan dalam penelitian ini. Laporan Komisi Kebenaran di Chile maupun Afrika Selatan menjadi bahan penting untuk menunjukkan bagaimana dua negara tersebut melampaui kekejaman dan teror masa lalu.

E.2. Pembeda dari Studi Lain

Berikut adalah beberapa studi lain dengan topik yang serupa. Pemaparan disini akan menunjukkan keterkaitan dengan studi lain sekaligus menunjukkan pembeda atau sisi orisinalitas dari studi yang diangkat dalam penelitian ini. Studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya tersebut memiliki banyak kontribusi dalam penelitian ini.

Pendekatan naratif adalah pendekatan yang pada pokoknya bertumpu pada kekuatan kisah. Metode ini digunakan antara lain untuk mempromosikan kejadian masa lalu dalam kerangka studi akademis. 115

Beberapa penggunaan metode ini antara lain oleh John Roosa, Ayu Ratih &

115 David Hilles& Ivo Cermak.Narrative Psychology. Dalam Carla Willig & Wendy Stainton-Rogers (ed). The Sage Handbook of Qualitatif Research in Psychology. Sage PublicationsLondon dll. 2008.

Hlm 149

Hilmar Farid dalam Tahun Yang Tak Pernah Berakhir yang bertumpu pada studi ilmu sejarah. Dalam konteks penelitian tersebut, Johm Roosa dkk melakukan penelitian dengan berbagai narasumber dengan pembagian berdasar locus tertentu untuk kemudian disarikan menjadi satu analisa umum. 116 Cara yang cukup berbeda dilakukan oleh Ita F. Nadia dalam Suara Perempuan Korban Tragedi ’65 yang menggunakan narasi dari setiap

narasumber, cara ini membuat kisah-kisah personal sebagai pusatnya. 117 Komnas Perempuan dalam Mendengar Suara Perempuan Korban 65

menggunakan cara lain, klasifikasi berdasarkan satu topik tertentu dengan cuplikan-cuplikan narasi. 118 Penelitian ini hendak menggunakan cara kedua dan ketiga; pertama; untuk menunjukkan bagaimana kisah-kisah personal dalam menghidupi kehidupan sebagai warganegara yang bukan warganegara, kedua; sekaligus pada lain kesempatan menggunakan cuplikan narasi dalam satu tema tertentu secara partikular. Hal tersebut dilakukan dengan alasan untuk mempertahankan kekuatan kisah secara personal namun sekaligus agar tak kehilangan daya analisa hukumnya.

Hukum, Jagal, Dan Asal Usul Kekerasan; Banalisasi Kekerasan dalam Pembantaian Massal 1965-1966 Melalui Sistem Hukum dan Penghukuman adalah skripsi Miftah Fadli di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tentang kejadian 1965. Analisa Fadli lebih menitikberatkan pada rekonstruksi etis dalam politik hukum dengan menggunakan perspektif

116 Op Cit John Roosa, Ayu Ratih, Hilmar Farid (ed). Tahun yang Tak Pernah Berakhir…. 117 Op Cit Ita F. Nadya, Suara Perempuan Korban Tragedi ’65… 118 Op Cit Komnas Perempuan. Mendengar Suara Korban…

Hannah Arendt. Skripsi tersebut lebih terfokus pada analisa kejadian dengan minim analisa yuridis. Hal tersebut sesungguhnya dapat dipahami mengingat situasi 1965 adalah situasi tindakan (banalitas dalam bahasa Arendt) dan minim situasi hukum, hanya saja skripsi tersebut tidak menawarkan satu pelampauan atas kondisi tersebut. 119 Pelanggaran HAM dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia, Mengapa Pengadilan HAM Ad Hoc Kurang Efektif? disertasi Binsar Gultom di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Hasil dari disertasi ini adalah bagaimana Pelanggaran Berat HAM dilakukan oleh Negara dalam keadaan bahaya serta beberapa upaya untuk mengatasinya seperti rekonsiliasi dan keadilan transisional. Studi doktoral tersebut memiliki cukup banyak irisan dalam penelitian ini, hanya saja lebih terfokus pada kejadian selama orde baru dan bukan genesis atau asal-muasal dari orde baru itu sendiri atau peristiwa 1965. Disertasi tersebut juga tidak memberikan satu gambaran tentang bagaimana relasi antara kedaulatan-otoritas dan hukum dalam

konsekuensinya sebagai penetapan keadaan bahaya. 120 Penelitian ini lebih berfokus pada peristiwa 1965 dalam artian kondisi manusia-manusia yang

muncul sebagai akibar dari peneguhan kedaulatan dalam konteks perlindungan-pertanggungjawaban hukum oleh negara. Untuk itu, penelitian

119 Miftah Fadli. Hukum, Jagal, dan Asal-Usul Kekerasan;Banalisasi Kekerasan dalam Pembantaian Massal 1965-1966 Melalui Sistem Hukum dan Penghukuman. Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Indonesia. 2014. 120 Binsar Gultom. Pelanggaran HAM Dalam Hukum Keadaan Darurat di Indonesia, Mengapa

Pengadilan HAM Ad Hoc Krang Efektif?. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2009 seputar 1965 yang merupakan asal-usul dari kedaulatan orde baru hanya muncul seklias dalam catatan kaki nomor 14 di halaman 14 buku tersebut.

ini juga menawarkan upaya pelampauan kondisi atasnya yang dititik- beratkan pada rekonsiliasi.

Pengadilan HAM di Indonesia, Melanggengkan Impunity Disertasi Suparman Marzuki di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia. Disertasi ini mengungkap perkembangan HAM di Indonesia beserta praktek dalam peradilan HAM-nya. Analisa dalam disertasi ini berkutat pada penyelesaian pelanggaran berat Ham masa lalu dalam pengadilan di Indonesia. Selain pengadilan, Suparman juga menunjukkan adanya mekanisme lain seperti rekonsiliasi. Bagaimanapun, penjelasan mengenai rekonsiliasi serta beberapa kondisinya dinegara lain dilakukan bukan dalam

satu bahasan khusus dan hanya sebagai pelengkap dari inti penelitianya. 121 Disertasi Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Sebagai Alternatif

Penyelesaian Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia karya Woro Winandi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Disertasi ini menitikberatkan pada konsep keadilan restoratif dalam sistem peradilan pidana dalam konteks rekonsiliasi. Selain itu, disertasi ini juga memaparkan kondisi sekilas beberapa negara meski masih dilakukan secara sambil lalu dan lebih jauh lagi, disertasi tersebut luput dengan tidak mencantumkan Draft RUU KKR yang seharusnya juga menjadi bahan penting untuk pembuatan instrumen KKR kedepan. 122 Penelitian ini berangkat dari kisah-narasi para korban untuk kemudian melakukan kategorisasi pelanggaran hak, dan

121 Op Cit Suparman Marzuki. Pengadilan HAM di Indonesia, Melanggengkan Impunity… 122 Woro Winandi. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia.Ringkasan Disertasi Universitas Diponegoro Semarang. 2011.

kemudian penggunaan rekonsiliasi dengan merujuk pada UU KKR di Indonesia, Supreme Decision dan Ley 19.123 di Chile, Act 34/1995Afrika Selatan serta RUU KKR 2015 Indonesia untuk kemudian diperbandingkan. Teresa Birks, Neglected Duty: Providing Comprehensive Reparations to the Indonesian 1965 Victims of State Persecutions , yang merupakan rilis dari ICTJ banyak mempengaruhi tulisan ini baik dari konten maupun cara penyajian. Perbedaanya terletak bahwa studi ini memperluas cakupan dari studi Birks.

Berikut adalah matriks orisinalitas studi yan terbagi dalam tiga bagian, yaitu penyajian wawancara, topik, dan konten. Ketiganya diperbandingkan dengan studi ini secara keseluruhan :

Pendasar Penulis

Pembeda an

Judul

Irisan

terhadap Studi dalam Studi ini ini

Berdasark John Roosa, Tahun yang tak Wawancara Wawancara an

Ayu Ratih & pernah berakhir menjadi cerita disajikan secara Penyajian

Hilmar Farid (Penelitian

utuh

penuh dari hasil

olahan, meski Ita F. Nadia Suara

Sejarah Lisan)

personal secara analisa

Suara Korban

wawancara

65 (Penelitian

diselingi dengan

Komnas

analisa hukum

Perempuan)

Menekankan an Topik

Berdasark Miftah Fadli Hukum, Jagal,

Perisiwa 1965

dan Asal-Usul

dalam

pada bagaimana

Kekerasan;

perspektif

hukum dapat

Banalisasi

Hannah Arendt, disimpangi, dan

Kekerasan

bagaimana

bahkan bahkan

penundaan atau

Sistem Hukum pembenaranya

hukum (baca:

dan

dalam

daya paksa).

Penghukuman

pembantaian

(Skripsi UI)

massal di

Menunjukkan

bahwa sifat Binsar

Indonesia.

hukum kodrat Gultom

Pelanggaran

Keadaan

HAM dalam

abnormal dalam dalam HAM

Hukum

hukum dan

dengan tegangan

Darurat di

terhadap daya

Pengadilan HAM Ad Hoc

struktur sosial Teresa Birks Neglected

USU)

Kegagalan

Indonesia secara

Duty:

negara dalam

dramatis, juga

praktik Reparations to terhadap korban kekerasan the Indonesian 1965 sepanjang atasnya 1965 Victims

Comprehensive reparasi

pemerintahan

dibenarkan dan

of State

hingga periode legitimasi atas

(ICTJ)

pertama SBY,

praktik

tulisan ini

kekerasan yang

memberikan

lain.

banyak sumbangsih

Studi ini

terhadap studi

berisikan pula

ini.

bagaimana upaya pelampauan atas kekejaman pada masa lalu itu dilakukan, meski sejauh ini masih berjalan parsial saja bagaimana upaya pelampauan atas kekejaman pada masa lalu itu dilakukan, meski sejauh ini masih berjalan parsial saja

Pelampauan tersebut dilakukan melalui baik gugatan kepada pengadilan maupun rekonsiliasi dari bawah.

Berdasark Suparman

Mengungkapka Sementara an Konten Marzuki

Pengadilan

Suparman (Disertasi

HAM di

n kelemahan

menunjukkan UII)

Indonesia,

pengadilan

Melanggengkan HAM dalam

kelemahan

Impunity

praktiknya di

dalam

Pengadilan Woro

Indonesia.

HAM, studi ini Winandi

Komisi

KKR sebagai

menunjukkan (Disertasi

Kebenaran dan keadilan

alternatif dalam kelemahan UNDIP)

dalam hal

HAM berat,

Berat Hak

pokok-pokok

merupakan

Asasi Manusia keadilan

penyelesaian restoratif dalam pelanggaran sistem pidana

HAM berat di

meskipun

Indonesia.

minim studi komparatif

Untuk KKR sendiri studi ini membandingkan dengan pengalaman di Chile dan Afrika Selatan

Sistematika Penulisan

Sebagai penelitian Thesis untuk memperoleh gelar Master pada bidang Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, penelitian ini disusuun dalam empat bab antara lain pendahuluan, tinjauan pustaka, hasil penelitian dan pembahasan dan penutup dimana setiap bab memiliki sub-bab dalam jumlah tertentu. Tata urut dan isi dari tiap bab akan dijabarkan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan berisi latar belakang masalah yang memuat sekilas bagaimana polemik yang dengan memaparkan bagaimana manusia tanpa hak untuk memiliki hak-hak terbentuk baik dalam ranah teoritik maupun contoh kasus yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu peristiwa 1965.Pada bab ini juga dijabarkan pula tujuan, manfaat, metode,termasukpenelitian lain dengan topik yang sama sebagai pembanding sekaligus menunjukkan kebaruan dari penelitian ini.

Bab II : Tinjauan Pustaka berisikan seputar topik dan teori yang berada diseputar diskursus hak asasi, sejarah eks-tapol,hak asasi manusia pada umumnya, beberapa konsep berpikir, dan mereka yang bukan warganegara sepenuhnya dalam artian Agamben sebagaimana terjadi di Chili dan Afrika Selatan. Hal-ihwal yang terdapat di tinjauan pustaka ini adalah yang berada dalam seputaran topik penelitian, seperti bagaimana dasar negara Pancasila dimaknai selama rezim Soeharto, peraturan perundang-undangan yang “mengatur perihal perampasan hak”, konsep teori Rekonsiliasi, keadilan transisional dan penggunaanya di indonesia, dan lain sebagainya. Bagian tinjauan kepustakaan ini akan menitikberatkan pada perampasan hak yang terjadi pada masa 1965 dan wacana tentang hukum yang ada pada masa itu.

Bab III : Hasil Penelitian dan Pembahasan sebagaimana judul dari bab ini, mengandung dua hal yaitu bagaimana penyajian data yang diperoleh berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data, kemudian bagaimana penyajian data itu dibidik dengan teori yang dipergunakan sebagaimana telah dijabarkan dalam kerangka pemikiran. Penyajian dalam bab ini berisikan pengalaman para tapol yang di dalamnya mencakup ketidakadilan yang dialami, pemaknaan mereka tentang keadilan juga permaafan, dan rumusan instrumen hukum untuk melengkapi pemenuhan hak tersebut dan studi perbandingan. Bagian ini menitikberatkan pada upaya pelampauan, yang diperoleh dari studi perbandingan dengan Chile dan Afrika Selatan.

Bab IV : Penutup Berisi kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian dan saran yang ditujukan bagi segenap pihak yang berkait dengan rekognisi dan pemenuhan hak asasi korban. Dalam bagian ini terdapat pula kelemahan yang terdapat penelitian ini, sehingga dapat dikembangkan dalam penelitian lain.