Apartheid Afrika Selatan
E.1. Apartheid Afrika Selatan
Berbeda dari Chili –dan Indonesia- dimana produksi atas manusia telanjang melibatkan kudeta berdarah yang disusul dengan kekejaman dan teror, Apartheid di Afrika Selatan telah ada semenjak masa kolonial pada abad sembilan belas. Berawal dari penemuan emas dan berlian, yang menarik kedatangan penduduk Eropa dan membentuk kelas sosial di Afrika Selatan. Setelah Afrika Selatan memperoleh kemerdekaan dan menjadi republik, kebijakan pemisahan atau segregasi berdasarkan warna kulit tetap dilanjutkan, dengan tujuan untuk mempertahankan kekuasaan minoritas kulit putih yang kala itu berada dalam kekuasaan Boer dan kemudian Inggris Raya dan kembali berlanjut dibawah
pemerintahan kulit putih. 485 baik Nationalist Party, yang didukung oleh kaum Boer maupun Unionist Party, yang didukung oleh keturunan Inggris dan
pendatang Eropa lainya. Keduanya mendukung Apartheid. 486 Tujuan dari
485 Melalui kemenangan Inggris atas Anglo-Boer pada 1899-1902. Atas dasar kemenangan tersebut, Afrika Selatan pada tahun 1909 ditetapkan sebagai Persatuan Afrika Selatan (Union of
South Africa). Pada tahun 1930 warga Afrika dicabut haknya untuk mengikuti pemilu, kemudian dilanjutkan pada tahun 1950 dimana kulit berwarna tidak memiliki hak yang sama. Pada tahun 1961 Afrika Selatan menjadi Republik dengan tidak ada perubahan yang berarti kecuali jabatan Gubernur Jenderal digantikan oleh Presiden sebagai kepala negara. Pada tahun 1980 jabatan kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri dengan sistem Trikameral. Lihat dalam Adrian Guelke. Rethinking the Rise and Fall of Apartheid; South Africa and World Politics. Palgrave Macmillan. New York. 2005. Hlm 22 Dibawah kekuasaan Boer, kebijakan segregasi tersebut terdapat dalam pengaturan hubungan kerja antara majikan dan buruh, kerja dan pertambangan, pertanahan, perkawinan campuran, universitas, permagangan yang pada intinya hanya memberikan sedikit saja ruang hak bagi warga kulit berwarna (hlm 24). 486 Racism and Apartheid in Southern Africa; South Africa and Namibia. The Unesco Press. 1974.
Paris. Hlm 27 Partai-partai lain yang menganut jalan menolak apartheid berujung pada kegagalan. Liga Politik Buruh, yang didirikan atas kesetaraan pada tahun 1904, maupun Partai Komunis Afrka Selatan yang berjuang melalui pendidikan dan edukasi politik pada tahun 1928-1929, berujung pada kegagalan dalam proses pemilu. Perjuangan lainya adalah Organisasi Politik Afrika, yang Paris. Hlm 27 Partai-partai lain yang menganut jalan menolak apartheid berujung pada kegagalan. Liga Politik Buruh, yang didirikan atas kesetaraan pada tahun 1904, maupun Partai Komunis Afrka Selatan yang berjuang melalui pendidikan dan edukasi politik pada tahun 1928-1929, berujung pada kegagalan dalam proses pemilu. Perjuangan lainya adalah Organisasi Politik Afrika, yang
accomplished by preserving and safeguarding the White race 487 ,
Menurut Guelke, tahun-tahun 1950an adalah masa ketika warga kulit berwarna disingkirkan dari kehidupan politik, dan selanjutnya pada tahun 1960an, dibentuklah pasukan keamanan yang dapat bertindak diluar hukum yang berlaku,
dengan tujuan untuk menekan oposisi politik pemerintah. 488 Mengenai kebijakan segregasi tersebut dapat dijelaskan melalui hierarki rasial yang ditentukan melalui
pengaturan Pendaftaran Penduduk (Population Registration Act 1950), yang menentukan tiga golongan: natif (kulit hitam), kulit putih, dan berwarna. Kebijakan itu dilanjutkan lebih jauh melalui Pengaturan Area Kelompok (Group Areas Act of 1950), yang mengelompokkan ruang geografis menurut kelompok ras. Sebelumnya, pada tahun 1936 telah terdapat hukum yang mengatur perihal pertanahan dimana warga kulit putih, yang merupakan minoritas, melalui hukum tersebut berhak atas 86% tanah dan warga afrika hanya 14% saja. Akibatnya, segregasi tersebut menjadi sinonim dengan diskriminasi karena pembatasan hak-
diketuai salah satunya oleh Abdul Abdurrahman, yang berjuang dari dalam sistem dengan kampanye perlasan hak pilih, juga gagal.
487 Liz Sonneborn. The End of Apartheid in South Africa. Chelsea Publishers. New York. 2010. Hlm 45
488 Op Cit Adrian Guelke. Rethinking the Rise and Fall of Apartheid; South Africa and World Politics… hlm 23 Menurut Guelke, hambatan terbesar dari pemerintahan Afrika Selatan pada masa itu justru adalah warga kulit putih afrika yang beroposisi pada pemerintah dibandingkan
dengan warga kulit berwarna yang memang sedari awal tidak memiliki hak politik. Oposisi tersebut membuat pemerintahan kesulitan dalam menetapkan kebijakan ekonominya.
hak bagi warga non-kulit putih. 489 Pelarangan perkawinan campuran, pembatasan kulit hitam untuk memasuki universitas, bahkan untuk masuk dalam gedung
bioskop. 490 Kebijakan tersebut dirumuskan oleh National Party, partai sayap kanan yang berisikan kulit putih. Kebijakan diskriminasi lain dirumuskan oleh
Verwoerd, setelah kemenangan pemilu NP pada tahun 1961, yang bertujuan untuk membuat Afrika Selatan tanpa penduduk asli Afrika. Empat daerah seperti Transkei, Bophuthatswana, Venda, dan Ciskei diberikan kemerdekaan. Kebijakan ini dibatalkan oleh NP pada tahun 1986. Pada tahun 1963 seseorang dapat ditangkap selama 90 hari, ditahan selama 90 hari, dan dapat diperpanjang untuk waktu yang tidak ditentukan. Ketentuan ini dipergunakan untuk membungkam
kritik terhadap pemerintah. 491 Verwoed pula yang berperan dalam kebijakan perburuhan, dimana pemerintah memiliki kontrol penuh atas buruh-buruh afrika
yang hanya diperbolehkan mengisi posisi tanpa tanggung jawab. Warga afrika juga memerlukan ijin khusus apabila berada lebih dari 72 jam diwilayah urban. 492
African National Congress (ANC), melakukan perlawanan terhadap kebijakan tersebut. Pada tahun 1952, meluncurkan kampanye pembangkangan massal dan pada tahun 1960, pecahan dari ANC, Pan-Africanist Congress (PAC)
489 Terdapat perbedaan mengenai Segregasi dan Apartheid. Dalam Segregasi diasumsikan terdapat dua kelompok yang patut dipisah meski dengan kesetaraan. Sementara dalam
Apartheid, yang tejadi adalah diskriminasi karena pemisahan yang dilakukan berarti mengakibatkan pula perbedaan atas hak-hak tertentu. Meski demikian apabila mengacu pada putusan Amerika Serikat seperti Pleasy v. Ferguson dan Brown v. Board of Education menentukan bahwa pembedaan berarti pula tidak seimbang maka dapat dikatakan pula bahwa segregasi adalah juga diskriminasi. 490 Op Cit Adrian Guelke. Rethinking the Rise and Fall of Apartheid; South Africa and World
Politics… hlm 26 491 Op Cit Liz Sonneborn. The End of Apartheid in South Africa… hlm 59
492 Op Cit Adrian Guelke. Rethinking the Rise and Fall of Apartheid; South Africa and World Politics… hlm 28 492 Op Cit Adrian Guelke. Rethinking the Rise and Fall of Apartheid; South Africa and World Politics… hlm 28
Nelson Mandela. 493 Meskipun dibubarkan, dukungan terhadap ANC tidak mengendur, beberapa pimpinan bergabung dalam South African Indian Congress
(SAIC) dan bersama-sama memobilisasi massa pada tahun 1952, tidak kurang 8.500 orang ditangkap, dan pada tahun yang sama keanggotaan ANC meningkat
dari 7000 menjadi 100.000 anggota. 494 Pada dekade ini pula, yaitu pada tahun 1955, diadakan Kongres Rakyat di Kliptown, tidak jauh dari Johannesburg yang
merupakan adopsi dari Freedom Charter. 495 Hasil kongres tersebut kemudian
493 Peristiwa ini bukanlah yang pertama, karena pada tahun 1918, pada saat terjad aksi besar- besaran menuntut kenaikan upah, pemerintah telah melakukan aksi koersif. Pada tanggal 1 Juli
1918, 15.000 penambang melakukan mogok massal, pemerintah menggunakan polisi memaksa mereka untuk kembali bekerja. Delapan orang, tiga dari International Socialist Leugae, dan lima warga afrika, dimana tiga diantaranya adalah ketua serikat buruh industri Afrika. Pada tahun 1948, aksi damai melibatkan 70.000 orang selama seminggu berturut-turut. Kembali, pemerintah mengirim pasukan untuk memaksa kembali bekerja dan menewaskan 11 orang. Lihat dalam Op cit Racism and Apartheid in Souther Africa; South Africa and Namibia. The Unesco Press… hlm 30 494 Op Cit Liz Sonneborn. The End of A partheid in South Africa… hlm 51 495 Diinisiasi oleh ANC, yang mengirimkan utusan kepada masyarakat Afrika Selatan mengenai tuntutan dari masyarakat umum. Hasilnya adalah mengabarkan kepada seluruh dunia bahwa Afrika Selatan adalah untuk segala golongan yang hidup didalamnya yang tidak dapat ditentukan secara sewenang-wenang bahkan oleh pemerintah sekalipun. Bahwa terjadi perampasan hak oleh negara yang menghasilkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan, tuntutan terhadap demokrasi tanpa berdasarkan pada rasisme, bahwa pemerintah harus dijalankan oleh rakyat (termasuk didalamnya hak memilih, hak untuk turut serta dalam pemerintahan, hak untuk diperlakukan sama, pergantian pemerintahan minoritas untuk pemerintahan yang lebih demokratis).
menjadi rujukan utama bagi ANC maupun SACTU. Kalimat akhir dari Freedom Charter menyatakan:
These freedoms we will fight for, side by side, throughout our lives, until we have won our liberty.
Hingga awal 1960an, yang sekaligus tahun kemerdekaan Afrika Selatan, resistensi terhadap pemerintahan rasial yang represif dan otoritarian masih berlangsung dalam bentuk aksi-aksi damai. Dikarenakan terbatasnya pilihan bagi jalan perlawanan secara damai, ANC merubah strategi perlawanan, dengan mendirikan Umkhanto we Sizwe, yang berarti Tombak Bangsa, yang dikenal sebagai MK. Sempat ditolak, Mandela membawa ide perlawanan paramiliter ini ke komite eksekutif tertinggi ANC, NEC (National Executive Committee). Ide dibentuknya sayap paramiliter ini disetujui oleh ketua ANC, Albert Luthuli yang berarti menyusul partai komunis, sebagai organisasi terlarang yang memiliki
badan paramiliter. 496 MK kemudian melakukan aksinya dengan menjaga jarak dengan ANC, yang diprogram untuk melakukan perlawanan secara damai, juga
untuk menjaga ancaman pembubaran lebih lanjut. Dibawah Mandela dan Walter Sissulu, MK melakukan perlawanan dalam bentuk yang lebih keras, sementara
Kesetaraan hak, baik dalam hal birokrasi pemerintahan, pengadilan, maupun sekolah. Kebebasan untuk menggunakan bahasa dan kebudayaan masing-masing, perlindungan kelompok, diskriminasi rasial yang harus masuk dalam hukum pidana, penghapusan apartheid. Hak atas kesejahteraan, Hak pengolahan tanah, Hak kesetaraan dihadapan hukum, perlindungan HAM, Hak atas pekerjaan dan keamanan, akses untuk pendidikan termasuk didalamnya penghapusan buta huruf, pencabutan diskriminasi rasial dalam olahraga dan pendidikan. Hak atas tempat tinggal, keamanan dan kenyamanan termasuk didalamnya hak atas kesehatan, perumahan, akses terhadap yatim-piatu dan difabel. Terakhir, tentang perdamaian dan persahabatan. Disarikan dari The Freedom Charter, as adopted at the Congress of the People, Kliptown, 26 June 1955 dari http://www.anc.org.za/show.php?id=72 diakses pada 27 September 2015. 496 Mac Maharaj. The ANC and South Africas Negotiated Transition to Democracy and Peace. Berghof Series. Berlin. 2008. Hlm 10 pada tahun 1962 Mandela sempat mendapatkan pelatihan militer di Ethiopia dan menyiapkan perang gerilya.
ANC melakukan peran dalam mengorganisir dan membentuk perlawanan jalan damai, keduanya berjalan secara beriringan. Pada tahun 1963, para pemimpin MK termasuk Nelson Mandela ditangkap dan ditahan dengan tuduhan sabotase, pada
tahun 1964 pengadilan memutus hukuman seumur hidup. 497
Dengan demikian terdapat empat pilar perlawanan untuk gerakan pembebasan Afrika Selatan: mobilisasi massa dan aksi, politik bawah tanah, perlawanan bersenjata, dan kampanye internasional yang bertujuan untuk
membentuk Afrika Selatan yang bebas dari Apartheid. 498 Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 1973, desakan dari buruh menyorot sistem
ekonomi dibawah Apartheid, disusul pada tahun 1977, kematian dalam tahanan yang dialami oleh Steve Biko, seorang pelajar menumbuhkan kesadaran warga kulit hitam dan berbondong-bondong mendaftar dalam MK untuk mendapatkan senjata dan pelatihan persenjataan. Desakan tersebut membuat pemerintah pada
tahun 1979 mengakui pembentukan serikat buruh kulit hitam. 499 Akan tetapi, pengakuan dari serikat buruh tersebut adalah bagian dari strategi Botha, dengan
memberikan sedikit kelonggaran kepada warga kulit hitam, namun dilain pihak bertindak keras terhadap mereka yang melakukan perlawanan. Botha menggandakan jumlah personil milter, untuk melawan gerakan anti-apartheid.
497 Op Cit Liz Sonneborn. The End of Apartheid in South Africa… hlm 59 Mandela bersikeras dirinya tidak akan menghentikan perlawanan bersenjata untuk melawan rezim Apartheid.
Delapan orang diputus penjara seumur hidup, tujuh diantaranya di pulau Robben, dan satu, karena berkulit putih dipenjara ditempat yang terpisah.
498 Ibid hlm 13 meskipun disadari bahwa perlawanan bersenjata, dengan mempersenjatai kulit hitam berpotensi membuat polarisasi antara kulit hitam-kulit putih menguat, terutama karena
sebelumnya, dalam perjuangan melawan kolonialisme warga kulit hitam melakukan perlawanan yang bersifat terbatas dari suku-suku semata dan baru bersatu dibawah gerakan pembebasan. Akan tetapi kekhawatiran tersebut ditolak oleh Mandela yang mengatakan pentingnya perlawanan bersenjata.
499 Ibid hlm 14
Botha juga menggunakan pasukan keamanan untuk melakukan serangan terhadap pemimpin gerakan. 500
Perlawanan berlanjut pada tahun 1983, melalui pembentukan United Democratic Front (UDF), yang bergerak memobilisasi massa dari berbagai latar belakang untuk menentang Apartheid, dilanjutkan dengan pembentukan Congress of South African Trade Unions (Cosatu). Gereja memberikan dukungan, melalui The South African Council of Churches (SACC), dan Institute of Contextual Theology , turut serta dalam gerakan anti Apartheid. Media massa utama berbalik
mendukung gerakan Anti-Apartheid. 501 Tekanan internasional, terutama dari masyarakat sipil negara-negara barat mulai bermunculan. Negara-negara barat,
yang pada awalnya tidak menunjukkan penolakan yang berarti terhadap sistem Apartheid Afrika Selatan mendapatkan tekanan dari masyarakatnya masing-
masing. 502
Pada masa inilah ditetapkan sistem tiga kamar yang memberikan perwakilan pada kulit putih, berwarna, dan Indian. Ide ini diinisiasi oleh Perdana Menteri P.W. Botha, dari NP, dan disepakati melalui referendum perubahan Konstitusi 1983. Amandemen Konstitusi ini mendapatkan pertentangan yang keras terutama dari ANC karena masih tersingkirnya mayoritas Kulit Hitam dalam Parlemen. United Democratic Front (UDF), organisasi yang sebagian besar
500 Salah satunya terhadap Chris Hani, ketua SAC dan Ruth First, kritikus Apartheid. 501 Ibid hlm 15 502 Sebagai contoh, Margareth Thatcher, pada tahun 1985 menolak dengan keras sanksi ekonomi
kepada Afrika Selatan atas sistem Apartheidnya. Meski demikian, karena tekanan dari dalam, menyetujui dibentuknya komisi pencari fakta untuk menentukan sanksi lain dan mengakhiri Apartheid. Thatcher juga sepakat untuk menemui Mandela di penjara. Di Amerika Serikat, masyarakat sipil mendesak penarikan investasi di Afrika Selatan.
anggotanya pengikut ANC, memobilisasi boykot terhadap referendum, yang meskipun mendapat banyak dukungan gagal untuk menentang amandemen Konstitusi. Jalan lain ditempuh oleh Progressive Federal Party (PDF) yang mengusulkan perlu dimasukkanya Bill of Rights dari amandemen yang diajukan oleh NP. Usul tersebut ditolak. 503