Kebenaran dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan

E.3. Kebenaran dan Rekonsiliasi di Afrika Selatan

Setelah Nelson Mandela terpilih, dibentuklah Truth and Reconciliation Commission (TRC) melalui Promoton of National Unity and Reconciliation Act 34/1995 berdasarkan Konstitusi 1993 (Act 200/1993). Bagian konsideran Act 34/1995 menyatakan bahwa dari pengalamanan akan konflik, penderitaan dan ketidakadilan, Afrika Selatan memerlukan langkah baru untuk saling berdampingan dengan semangat perdamaian, reparasi, pemahaman, dan ubuntu Setelah Nelson Mandela terpilih, dibentuklah Truth and Reconciliation Commission (TRC) melalui Promoton of National Unity and Reconciliation Act 34/1995 berdasarkan Konstitusi 1993 (Act 200/1993). Bagian konsideran Act 34/1995 menyatakan bahwa dari pengalamanan akan konflik, penderitaan dan ketidakadilan, Afrika Selatan memerlukan langkah baru untuk saling berdampingan dengan semangat perdamaian, reparasi, pemahaman, dan ubuntu

Gross violation of human rights means the violation of human rights through

(a) The killing, abduction, torture or severe ill-treatment of any person; or (b) Any attempt, conspiracy, inctement, instigation, command or

procurement to commit an act referred to in paragraph (a), Which emanated from conflicts of the past and which was committed

during the period 1 March 1960 to the cut-off date within or outside the Republic, and the commission of which was caried out, advised, planned, directed, commanded or ordered by any person acting with a political

motive. 511 (amended by s.21 (a) Act. 104/1996)

Reparation includes any form of compensation, ex gratia payment, restitution, rehabilitation or recognition; 512

510 Paragraph 1,2,3,4,5 Consideran Act 34/1995. 511 Definisi lebih jauh dari tiap-tiap kategori pelanggaran tersebut dapat ditemukan dalam Truth and Reconciliation Commission of South Africa Report. Volume VI. TRC. 1998. Hlm 589-591 sebagai berikut: Definisi Pembunuhan:

a. The killing of civilians, irrespective of whether they were deliberately targeted or innocent bystanders caught in the crossfire, and

b. Those who were executed for politically motivated crimes, irrespective of whether the killing had the sanction of the state, tribunals set up by the liberation movement or people courts established by communities.

Definisi Penyiksaan mengikuti ketentuan internasional, the intentional infliction of severe pain and suffering, whether physical or mental, on a person for any of the following purposes:

a. Obtaining from that or another person information or confession; b. Punishing a person for an act that s/he or a third party committed or is suspected of

having committed; c. Intimidating her, him or a third person; or d. Any reason based on discrimination of any kind.

Definsi Penculikan adalah tindakan paksa menghilangkan atau menangkap seseorang, termasuk bagi mereka yang sebelumnya telah berada dalam tahanan. Definisi Ill Treatment: acts or omission that deliberately and directly inflict severe mental or physical suffering on a victim, taking into account the context and nature of the victims. 512 South Africa Truth and Reconcilation Commission Report Vol. 6. TRC Report. Hlm 93-94, Dilakukan dengan dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Redress : hak atas kompensasi yang layak; b. Restitusi : hak untuk pemulihan kondisi seperti semula sebelum kejahatan;

c. Rehabilitasi : hak atas layanan medis dan psikologis dan layanan yang lain baik secara individu maupun komunitas.

Victims includes- (a) Persons who, individually or together with one or more persons,

suffered harm in the form of physical or mental injury, emotional suffering, pecuniary loss or a substantial impairment of human rights-

(i) As a result of gross violation of human rights; or (ii) As a result of an act associated with a political objective for which amnesty has been granted;

(b) Persons who, individually or together with one or more persons, suffered harm in the form of physical or mental injury, emotional suffering, pecunary loss or a substantial impairment of human rights as

a result of such person intervening to assist persons contemplated in paragraph (a) who were in distress or to prevent victimization of such persons; and

(c) Such relatives or dependants of victims as may be prescribed. Tujuan dari KKR antara lain; untuk memberikan gambaran seutuh

mungkin tentang pelanggaran HAM berat yang terjadi, memberikan amnesti kepada mereka yang memberikan pengakuan penuh, reparasi korban, dan membuat laporan komprehensif dari hasil temuan KKR. 513 KKR dibagi menjadi

tiga komisi, yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang berbeda; Komisi Pelanggaran HAM yang bertugas untuk menerima kesaksian dari korban, Komisi Amnesti untuk memberikan amnesti, dan Komisi Reparasi dan Rehabilitasi. 514

Tentang Komisi Pelanggaran Ham (Human Rights Violation Commission- HRVC) terdiri dari seorang ketua, dua orang wakil ketua, dan anggota-anggota

d. Pemulihan martabat: hak individu atau masyarakat atas pengakuan dari kejahatan yang terjadi.

e. Jaminan ketidak-berulangan, garansi bahwa kejadian serupa tidak akan terulang

kembali. 513 Section 3 (1) Act 34/1995 mengenai tujuan KKR ini ditegaskan dalam Article 3 (2) yang

menyatakan bahwa yang diatur dalam Article 3 (1) bukanlah merupakan pembatasan dari kewenangan komisi, dan komisi memiliki kewenangan untuk melakukan investigasi maupun rekomendasi terhadap segala permasalahan yang dipandang berkaitan dengan persatuan nasional dan rekonsiliasi. 514 Section 3 (3) Act 34/1995 dengan tambahan unit investigasi, dan subkomisi yang diatur lebih lanjut. Lihat juga dalam Article 4 Act 34/1995.

lain yang berjumlah paling banyak sepuluh orang. 515 Tugas dan kewenangan dari komisi ini diatur dalam Pasal 14 antara lain:

(1) In addition to the powers, duties and functions conferred on, imposed upon and assigned to it in this Act, and for the purpose of achieving the objectives of the Commission, referred to in section 3 (1) (a), (c) and (d)-

(a)

A committee shall- (i) Institute the inquiries referred to in section 4 (a)

(ii) Gather the nformation and receive the evidence referred to in section 4 (b)

(iii) Determine the facts contemplated in section 4 (d); (iv) Take into account the gross violations of human rights for

which indemnity has been granted during the period between 1 March 1960 and the date of commencement of this Act or for whch prisoners were released or had their sentences remitted for the sake of reconciliation and for the finding of peaceful solutions during that period; (v) Record allegations and complaints of gross violations of human rights;

(b) The committee may- (i) Collect or receive from any organisation, commission or person, articles relating to gross violatons of human rights; (ii) Make recommendations to the commission with regard to the matters referred to in section 4 (f), (g) or (h);

(iii) Make information which is in its poessession available to a committee referred to in chapter 4 or 5, a subcommitte or the investigating unit;

(iv) Submit to the commission interim report indicating the progress made by the commttee with its activities or with regard to any other particular matter in terms of this act; [sub-para.(iv) substituted by s.6 (b) Act 87/1995] (v) Exercise the power referred to in Chapters 6 and 7

(2) The Commisson shall at the conclusion of its functions submit to the Commission a comprehensive report of all its activities and findings in connection with the performance of its functions and the carrying out of its duties in term of this act.

Apabila komite Pelanggaran HAM menemukan adanya korban dari pelanggaran HAM berat, memberikan data tersebut kepada Komisi Reparasi dan Rehabilitasi dan setelah itu menunggu tanggapan dari Komisi Reparasi dan

515 Section 13 (1), (2) Act 34/1995

Rehabilitasi untuk melengkapi informasi maupun bukti-bukti yang diperlukan untuk kemudian apakah diajukan kepada investigasi lebih jauh atau

menyelenggarakan hearing. 516 HRVC dalam laporanya berhasil mengumpulkan 21.519 pernyataan korban dalam waktu dua tahun. Dari jumlah tersebut lebih dari

15.000 diantaranya mengandung satu pelanggaran HAM berat, dan dari seluruh pernyataan tersebut mengandung 30.384 pelanggaran. 517

Komisi kedua adalah Komisi Amnesti (Amnesty Commission-AC). Terdiri dari seorang ketua yang merupakan mantan hakim yang telah tidak aktif dan wakil ketua yang keduanya dipilih oleh presiden dan anggota lain yang ditunjuk oleh presiden setelah berkonsultasi dengan anggota lain. 518 Untuk mendapatkan amnesti, seseorang mendaftarkan dirinya kepada amnesti dalam waktu yang ditentukan, dan kepada pemohon, Komisi memberikan prioritas

kepada pemohon yang tengah menjalani masa tahanan. 519 Komisi memiliki wewenang untuk menerima ataupun mengembalikan permohonan yang diajukan

dengan memberi arahan untuk melengkapi aplikasi yang diajukan, komisi juga harus melakukan investigasi terhadap permohonan yang diajukan. 520 Apabila

komisi menyimpulkan bahwa kejahatan yang dilakukan tidak berhubungan dengan motif politik maupun pelanggaran HAM berat, maka komisi menolak

516 Section 15 (1), (2) Act 34/1995. 517 Truth and Reconciliation Commission Report Vol. VI. TRC South Africa. 1998. Hlm 570 518 Section 17 (1), (2), (3), (4) Act 34/1995. Sisi Khampepe dan Chris de Jagger dipilih oleh

Mandela sebagai ketua dan wakil ketua. Seluruh anggota dalam komisi ini berisikan orang-orang dengan latar belakang hukum. 519 Section 18 (1), (2) Act 34/1995. 520 Section 19 (1) Act 34/1995.

permohonan pemohon tanpa mengadakan hearing. 521 Sebaliknya, apabila komisi menilai bahwa permohonan yang diajukan memenuhi kriteria, maka komisi

memberitahukan kepada pemohon, para korban, atau orang-orang yang terkait atau memiliki minat terhadap permohonan berdasarkan tempat dan waktu dari permohonan yang diajukan, menyelenggarakan hearing, dan memutuskan apakah

amnesti diberikan atau tidak. 522 Tentang permohonan amnesti ini, terdapat ketentuan bahwa apabila seseorang yang mengajukan permohonan tengah dalam

proses penuntutan dalam persidangan, komisi bekerjasama dengan pengacara pemohon dapat mengajukan permohonan untuk menunda penuntutan atau membatalkan proposal permohonan amnesti. 523 Tentang kriteria motif politik untuk permohonan amnesti ini diatur dalam Section 20 (2) Act 34/1995 antara lain:

(2) In this Act, unless the context otherwise indicates, 'act associated with

a political objective' means any act or omission which constitutes an offence or delict which, according to the criteria in subsection (3), is associated with a political objective, and which was advised, planned, directed, commanded, ordered or committed within or outside the Republic during the period 1 March 1960 to the cut-off date, by-

(a) any member or supporter of a publicly known political organisation or liberation movement on behalf of or in support of such organisation or movement, bona fide in furtherance of a political struggle waged by such organisation or movement against the State or any former state or another publicly known political organisation or liberation movement;

(b) any employee of the State or any former state or any member of the security forces of the State or any former state in the course and scope of his or her duties and within the scope of his or her express

521 Section 19 (3) a, b Act 34/1995. Apabila bermotif politik namun bukan merupakan pelanggaran ham berat maka komisi tidak mengadakan hearing. Apabila bermotif politik dan

merupakan pelanggaran ham berat maka komisi mengadakan hearing. 522 Section 19 (4) a, b, c Act 34/1995.

523 Section 19 (6), (7) Act 34/1995.

or implied authority directed against a publicly known political organisation or liberation movement engaged in a political struggle against the State or a former state or against any members or supporters of such organisation or movement, and which was committed bona fide with the object of countering or otherwise resisting the said struggle;

(c) any employee of the State or any former state or any member of the security forces of the State or any former state in the course and scope of his or her duties and within the scope of his or her express or implied authority directed-

(i) in the case of the State, against any former state; or (ii) in the case of a former state, against the State or any

other former state, whilst engaged in a political struggle against each other or against any employee of the State or such former state, as the case may be, and which was committed bona fide with the object of countering or otherwise resisting the said struggle;

(d) any employee or member of a publicly known political organisation or liberation movement in the course and scope of his or her duties and within the scope of his or her express or implied authority directed against the State or any former state or any publicly known political organisation or liberation movement engaged in a political struggle against that political organisation or liberation movement or against members of the security forces of the State or any former state or members or supporters of such publicly known political organisation or liberation movement, and which was committed bona fide in furtherance of the said struggle;

(e) any person in the performance of a coup d' état to take over the government of any former state, or in any attempt thereto;

(f) any person referred to in paragraph (b) , (c) and (d) , who on reasonable grounds believed that he or she was acting in the course and scope of his or her duties and within the scope of his or her express or implied authority;

[Para. (f) substituted by s. 9 of Act 87 of 1995.] (g) any person who associated himself or herself with any act or

omission committed for the purposes referred to in paragraphs (a), (b) , (c), (d), (e) and (f).

(3) Whether a particular act, omission or offence contemplated in subsection (2) is an act associated with a political objective, shall be decided with reference to the following criteria:

(a) The motive of the person who committed the act, omission or offence;

(b) the context in which the act, omission or offence took place, and in particular whether the act, omission or offence was committed in the course of or as part of a political uprising, disturbance or event, or in reaction thereto;

(c) the legal and factual nature of the act, omission or offence, including the gravity of the act, omission or offence;

(d) the object or objective of the act, omission or offence, and in particular whether the act, omission or offence was primarily directed at a political opponent or State property or personnel or against private property or individuals;

(e) whether the act, omission or offence was committed in the execution of an order of, or on behalf of, or with the approval of, the organisation, institution, liberation movement or body of which the person who committed the act was a member, an agent or a supporter; and

(f) the relationship between the act, omission or offence and the political objective pursued, and in particular the directness and proximity of the relationship and the proportionality of the act, omission or offence to the objective pursued, but does not include any act, omission or offence committed by any person referred to in subsection (2) who acted-

(i) for personal gain: Provided that an act, omission or offence by any person who acted and received money or anything of value as an informer of the State or a former state, political organisation or liberation movement, shall not be excluded only on the grounds of that person having received money or anything of value for his or her information; or

(ii) out of personal malice, ill-will or spite, directed against the victim of the acts committed.

Amnesti yang dikabulkan memiliki akibat hukum, yaitu gugurnya pertanggungjawaban hukum seseorang atas perkara yang telah diputus oleh komisi amnesti. Gugurnya pertanggungjawaban tersebut semata-mata hanya kepada orang yang telah dikabulkan amnestinya, dan tidak berlaku kepada orang Amnesti yang dikabulkan memiliki akibat hukum, yaitu gugurnya pertanggungjawaban hukum seseorang atas perkara yang telah diputus oleh komisi amnesti. Gugurnya pertanggungjawaban tersebut semata-mata hanya kepada orang yang telah dikabulkan amnestinya, dan tidak berlaku kepada orang

persidangan mengenai kasus yang serupa sebagaimana telah diputuskan oleh komisi, atau telah diputus atau menunggu putusan dalam masa tahanan, keputusan pengadilan yang dijatuhkan menjadi tidak berlaku [void] dan apabila tengah berada dalam tahanan untuk segera dibebaskan dan apabila komisi telah mengabulkan amnesti, maka komisi dapat memberikan rekomendasi kepada

badan terkait mengenai dokumen-dokumen yang berkaitan. 525 Akan tetapi, apabila seseorang selama proses amnesti seseorang telah diputus oleh pengadilan, maka

pemberian amnesti tidak berlaku. 526 Bila komisi telah memberikan amnesti telah mengabulkan permohonan pengajuan amnesti dan memiliki kaitan dengan seseorang sebagai korban, maka komisi akan merujuk pada Komisi Reparasi dan

Rehabilitasi. 527 Komisi menerima 7.127 permohonan amnesti, yang dari jumlah tersebut mengabulkan 122 diantaranya. 528

524 Section 20 (7) a, b, c Act 34/1995: a. No person who has been granted amnesty in respect of any act, omission or offence

shall be criminally or civilly liable in respect of such act, omission or offence and no body or organisation or the State shall liable in respect of such act, omission or offence and no person shall be vicariously liable, for such act, omission, or offence.

b. Where amnesty is granted to any person in respect of any act, omission or offence, such amnesty shall have no influence upon the criminal liability of any other person contingent upon the liability of the first-mentioned person.

c. No person, organisation or state shall be civilly or vicariously liable for an act, omission or offence comitted between 1 March 1960 and the cut-off date by a person who is deceased, unless amnesty could not have been granted in terms of this Act in respect of such an act, omission or offence.

525 Section 20 (8), (10) Act 34/1995 526 Section 20 (9) Act 34/1995. 527 Section 22 (1), (2) Act 34/1995. 528 Truth and Reconciliation Commission Report Vol I, hlm 276. TRC 1998.

Ketentuan dalam Act 34/1995 menyebutkan bahwa seseorang yang telah diputus oleh komisi amnesti maka telah kehilangan pertanggung-jawaban pidananya. Terhadap ketentuan tersebut, The Azanian Peoples Organisation (AZAPO), mengajukan judicial review, yaitu terhadap Section 20 (7) Act 34/1995. Azapo menggugat bahwa ketentuan amnesti tersebut inkonstitusional dan meminta pengadilan pidana bagi pelaku alih-alih amnesti, dan juga memberikan ganti rugi pada korban. Pemberian amnesti yang berarti menghilangkan pertanggungjawaban pidana, menurut Azapo adalah bentuk dari imunitas. Gugatan ini ditolak oleh Constitutional Court. Menurut Hakim Mohamed, setiap korban dari rezim apartheid memiliki hak untuk mengajukan gugatan atas penderitaan yang mereka alami, namun disisi lain, menghilangkan ketentuan amnesti justru akan menghambat upaya untuk pengungkapan kebenaran. Hakim Didcott juga secara terpisah namun bersepakat, bahwa membuka gugatan kepada negara dengan proses yang berkepanjangan justru akan

berseberangan dengan semangat rekonsiliasi. 529

Komisi ketiga adalah Komisi Reparasi dan Rehabilitasi Korban (Reparation and Rehabilitation of Victims- R&RVC), terdiri dari satu orang ketua

dan wakil ketua, dan lima anggota lainya. 530 Komisi ini merupakan tindak lanjut dari dua komisi lainya, untuk menentukan kelanjutan dari hak-hak para korban

yang dirujuk dari Komisi Amnesti dan Komisi Pelanggaran HAM. Tugas dan

529 Azapo and Others v. The President of the Republic of South Africa and Others (Constitutional Court Case No. CCT17/96)

530 Section 24 (1) Act 34/1995.

kewenangan komisi diatur dalam Section 25 (1), (2) Act 34/`995 yang menyatakan sebagai berikut:

(1) In addition to the powers, duties and functions in this Act and for the purpose of achieving the Commission's objectives referred to in section 3(1) (c) and (d) -

(a) the Committee shall-

(i) consider matters referred to it by-

(aa) the Commission in terms of section 5 (e) ; (bb) the Committee on Human Rights Violations in terms of section 15 (1); and (cc) the Committee on Amnesty in terms of section

22 (1); (ii) gather the evidence referred to in section 4 (b) ; (b) the Committee may- (i) make recommendations which may include urgent interim measures as contemplated in section 4 (f) (ii), as to appropriate measures of reparation to victims; (ii) make recommendations referred to in section 4 (h) ; (iii) prepare and submit to the Commission interim reports

in

connection with its activities; (iv) may exercise the powers referred to in section 5 (l) and

(m)

and Chapters 6 and 7.

(2) The Committee shall submit to the Commission a final comprehensive report on its activities, findings and recommendations.

[Date of commencement of s. 25: 10 April 1996.]

Berdasarkan kewenangan tersebut, mereka yang dirujuk kepada komisi dapat mengajukan permohonan reparasi, dan apabila dalam permohonan tersebut menurut komisi merupakan bagian dari pelanggaran HAM berat, maka komisi akan memberikan rujukan kepada Komisi Pelanggaran HAM berat. Ketentuan mengenai reparasi ini sebagaimana diatur dalam Section 4 f, komisi memberikan rekomendasi kepada presiden dan parlemen untuk membuat peraturan mengenai Berdasarkan kewenangan tersebut, mereka yang dirujuk kepada komisi dapat mengajukan permohonan reparasi, dan apabila dalam permohonan tersebut menurut komisi merupakan bagian dari pelanggaran HAM berat, maka komisi akan memberikan rujukan kepada Komisi Pelanggaran HAM berat. Ketentuan mengenai reparasi ini sebagaimana diatur dalam Section 4 f, komisi memberikan rekomendasi kepada presiden dan parlemen untuk membuat peraturan mengenai

menentukan siapa yang berhak mendapatkan reparasi, untuk kemudian merumuskan rekomendasi, dan bentuk lebih detil lagi diatur lagi oleh Presiden dan Parlemen.

RRVC membentuk pengaturan internal; Urgent Interim Reparation Measure (UIR) dengan mengacu pada prinsip-prinsip Act 34/1995. Salah satu pengaturanya adalah perihal bentuk reparasi, dan mengingat luasnya tugas dan

terbatasnya waktu, berfokus kepada korban-korban prioritas. 532 Pembayaran terhadap para korban dimulai pada Juli 1998, dengan hasil dari RRVC antara lain:

identifikasi daftar korban, mengidentifikasi dan mengkategorikan kebutuhan genting, berkonsultasi dengan korban, masyarakat sipil tentang desain UIR, membuat rekomendasi kepada presiden, mengorganisir lembaga yang mengimplementasikan kebijakan tersebut, mengajukan dana kepada presiden dan mendistribusikanya, dan memberikan penjelasan kepada mereka yang ditolak aplikasi UIR. Hambatan lain adalah mengenai daftar korban, yang diminta untuk bersifat terbuka. Setelah laporan pada tahun 1998, lanjutan rilis final dari daftar

korban diselesaikan pada tahun 2003. 533

531 Section 24 (1) (2) (3) (4) Act 34/1995.

Measures diakses dari http://www.justice.gov.za/trc/reparations/policy.htm pada 10 Oktober 2015 . Bentuk reparasi antara lain kompensasi, pembayaran ex-gratia, restitusi, rehablitasi, rekognisi. Terbatasnya waktu ini, komisi hanya memiliki waktu dua tahun sementara jumlah korban dan pengurusan administrasi perihal pembayaran pasti memerlukan waktu lebih dari itu. 533 Christopher J. Colvin. Overview of the Reparations Program in South Africa dalam Op Cit Pablo

Policy Framework

de Greiff (ed). The Handbook of Reparations… hlm 189 terdapat laporan tambahan sebesar 8000

Terdapat lima komponen reparasi dan rehabilitasi yang dilakukan, kelima komponen tersebut antara lain: 534

a. Pengaturan UIR

b. Pembayaran secara individu, yang diberikan dalam bentuk uang dengan jumlah disesuakan dengan pendapatan rata-rata keluarga beranggotakan lima orang di Afrika Selatan.

c. Reparasi simbolik dan administratif, yang dibagi lagi menjadi tiga bagian lagi; intervensi indivdu, komunitas, dan nasional. 535

d. 536 Rehabilitasi Komunal, kebijakan yang terintegrasi.

e. Reformasi institusional, dari rekomendasi komisi reparasi dan rehabilitasi

Berdasarkan ketentuan yang dijabarkan diatas, dapat dikatakan bahwa komisi r&r hanya berwenang dalam merumuskan rekomendasi saja, sementara kebijakan selanjutnya berada dalam kewenangan presiden dan parlemen. Sebagian menganggap ketidakjelasan dari regulasi reparasi ini tidak seimbang dibandingkan

orang yang tidak dapat mengakses komisi. Jumlah ini potensial menambah jumlah korban, komisi meminta pada pemerintah agar daftar tetap bersifat terbuka. 534 Truth and Reconciliation Commission of South Africa Vol VI. TRC 1998. Hlm 93-95 535 Intervensi Individu meliputi: sertifikat kematian, pemakaman ulan dan upacaranya, nisan,

deklarasi kematian, penghapusan catatan kriminal, pencepatan yang berkaitan dengan masalah hukum. intervensi komunal meliputi: penamaan ulang jalan dan fasilitas, pembangunan gedung memorial, dan upacara peringatan. Intervensi Nasional meliputi; penamaan ulang fasilitas publik, pendirian monumen, dan hari peringatan. 536 Demiliterisasi nasional, pemukiman kembali, konstruksi perawatan masyarakat lokal, rehablitasi bagi pelanggar dan keluarganya, bantuan kesehatan mental dari komunitas korban, pelatihan keterampilan, layanan konseling trauma, terapi berbasis keluarga, reformasi pendidikan secara nasional, beasiswa pendidikan, perbaikan sekolah, penyediaan perumahan.

dengan amnesti yang diberikan kepada pelaku. 537 Kritik lain adalah pembayaran reparasi yang lama tertunda, menimbulkan polemik tersendiri antara korban yang

telah menerima dan yang belum dan tidak menerima ganti rugi.

Bagian penting lain yang dimiliki oleh KKR Afrika Selatan adalah adanya kewenangan untuk melakukan invesigasi dan mengadakan hearing. Setiap komisi dapat membentuk tim investigasi terhadap suatu perkara tertentu yang diketuai oleh seorang komisioner. Temuan hasil investigasi tersebut bersifat rahasia dan baru dibuka untuk publik pada saat hearing. Apabila seseorang tengah ditahan untuk menghadapi tuntutan atau pengadilan, proses tersebut dapat ditangguhkan untuk menghadiri hearing, 538 dan hasil keputusan hearing dapat meniadakan pertanggungjawaban pidana atas perkara dalam jalur yudisial, melalui amnesti. Baik dalam proses hearing maupun investigasi, komisi dapat memanggil pihak- pihak yang bersangkutan, setiap orang yang merasa dirugikan dari perbuatan tersebut, korban, atau mereka yang oleh komisi dinilai sebagai pihak yang

537 Kasus Brian Mitchell misalnya, seorang pasukan keamanan yang menentang UDP, menyerang sebuah rumah di Trust Feeds, menewaskan sebelas orang yang belakangan baru diketahui tidak

memiliki kaitan sama sekali dengan perselisihan politik. Mitchell diputus berslah pada April 1994 dengan hukuman pidana mati, akan tetapi pidana tersebut dihapuskan setelah pada Desember 1966 mengajukan amnesti dak dikabulkan oleh komisi. Dengan demikian, komisi Amnesti sesungguhnya memiliki kewenangan yang besar, yaitu atas nama pengungkapan kebenaran, komisi dapat menggantikan ketentuan retribusi pidana. Lihat dalam Fred Hendricks. Amnesty and Justice in Post Apartheid South Africa, How not to construct a democratic normative framework. Rhodes University. Grahamstown. June 1999. 538 Section 29 (2), (3), (4), (5) lebih lanjut, bukti-bukti baik langsung maupun tidak langsung, dan

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh komisi selama menjalankan tugasnya hanya memilik kekuatan hukum yang mengikat dalam rangka 34/1995 dan tidak mempengaruhi pengadilan yang berlangsung (S. 31(3)). Akibat hukum baru muncul apabila komisi amnesti memutuskan untuk mengabulkan atau menolak permohonan amnesti.

dirugikan. 539 Panjangnya proses tersebut mempengaruhi lama waktu dari implementasi UIR yang merupakan hambatan utama dari program reparasi.

Ketentuan ini berarti mempertemukan antara korban dan pelaku dalam satu ruang hearing, yang juga terbuka untuk umum kecuali apabila perkara yang bersangkutan berpotensi melukai seseorang karena keterbukaanya, yang bila

demikian akan dilangsungkan secara tertutup. 540 Setiap orang yang ditanyai dalam hearing memiliki hak untuk didampingi oleh penasehat hukum, kepada para saksi,

terdapat program perlindungan saksi. 541 Proses hearing yang terbuka tersebut merupakan salah satu poin terpenting dalam KKR di Afrika Selatan karena

kesaksian dan pengakuan terbuka tersebut, serta proses permaafan di dalamnya menjadi bagian tidak terpisahkan –disamping laporan KKR- dari rekonsiliasi nasional.

Hearing ini dibagi menjadi lima jenis bergantung pada peruntukanya; victim hearing, dimana korban memberikan kesaksian tentang bagaimana pengalaman kekerasan pada masa lampau yang mereka alami. Event hearing, yang berdasarkan pada kejadian tertentu yang dipandang sebagai pelanggaran HAM berat. Dalam hearing ini baik korban maupun pelaku memberikan kesaksian atas kejadian tersebut. Special hearing, untuk menentukan pola

539 Section 30 (2) lebih lanjut, Komisi memiliki wewenang untuk memanggil paksa dan menetapkan penggeledahan kepada pemohon, atau untuk kepentingan mengamankan dokumen

yang diduga dapat dihancurkan dengan tujuan menghilangkan barang bukti (S.32 (6) a, b). 540 Secton 32 (a), (b), (c) Act 34/1995.

541 Section 32 (5) Act 34/1995 : Witness means a person who wishes to give evidence, gives evidences, gives evidence or

gave evidence for the purpose of this Act and includes any member of his or her family or household whose safety is being threatened by any person or group of persons, whether known to him or her or not, as a result of thereof.

kekerasan yang dialami oleh korban dengan titik berat golongan rentan dengan tujuan pencegahan pada masa depan. Institutional hearings, untuk melihat keterlibatan institusi pada kekerasan pada masa lalu baik dalam hak mendukung atau menolak. Political party hearing, untuk memberikan perspektif partai politik terhadap kekerasan masa lalu. 542

Jalan rekonsiliasi dipilih dengan alasan tidak ada satupun dari posisi pendukung maupun penentang apartheid berdiri sebagai pemenang sebagaimana terjadi dalam Perang Dunia II sehingga tidak memiliki kekuatan untuk mendirikan pengadilan bagi pemenang [victors justice/victors trial]. Pertimbangan selanjutnya adalah bahwa masa transisi yang terjadi di Afrika Selatan melibatkan negosiasi dengan rezim sebelumnya. Selain itu, keterbatasan waktu dan personil untuk

membuat pengadilan semacam Nuremberg tidak memungkinkan. 543 Disamping pengadilan pemenang, terdapat pula jalan lain, yaitu dengan mel upakan, “let

bygones be bygones”, cara ini juga ditolak dengan alasan bahwa amnesia yang demikian itu hanya akan menambah korban dengan penolakan terhadap

pengalaman pedih masa lalu, “those who forget the past are doomed to repeat it 544 .” Penolakan terhadap pelupaan ini diterapkan terutama kepada korban, dan

juga dengan memberikan ruang permaafan dari korban kepada pelaku. 545 Aspek “kebenaran” memperoleh penekanan yang penting, baik kepada korban, pelaku,

maupun pencegahan di masa depan. Bagi korban, kebenaran diperlukan untuk

542 Truth and Reconciliation Commission of South Africa Report, Volume I. TRC. 1998. Hlm 145- 151

543 Op Cit Truth and Reconciliation Commission of South Africa Report, Volume I. TRC. 1998. Hlm 5

544 Ibid hlm 7 545 Ibid hlm 116 544 Ibid hlm 7 545 Ibid hlm 116

masa depan. 546 Komisi menyatakan bahwa keadilan retributif tidaklah mencukupi dalam konteks rekonsiliasi dan rekonstruksi sosial, yang diperlukan adalah konsep

keadilan restoratif yang sesungguhnya telah ada dalam masyarakat asli Afrika Selatan; Ubuntu. 547

Rekomendasi TRC mencakup banyak bidang, dan dimuat dalam Volume 5 Chapter 8 TRC Report. Berikut adalah rangkuman dari rekomendasi komisi tersebut:

- Pencegahan Pelanggaran HAM Berat di Masa Depan: rekomendasi ini mencakup penyebarluasan hasil laporan komisi, perlunya museum peringatan, dan lain sebagainya. Bentuk pencegahan lain juga mencakup perlunya tindakan pemerintah dalam menghapus gap sosial warisan dari pemerintahan sebelumnya melalui distribusi ekonomi yang adil. Hal lain adalah pemberantasan korupsi, dan penghargaan

atas hak-hak dasar. 548 - Akuntabilitas: penuntutan kepada mereka yang telah ditolak atau tidak

mengajukan permohonan amnesti, termasuk kepada anggota kepolisian

546 Ibid hlm 120 547 Ibid hlm 125 Menurut komisi, selama tahun-tahun konflik nilai-nilai ubuntu telah hilang, dan

masa transisi adalah masa untuk menghidupkan nilai ubuntu tersebut. Tentang apakah ubuntu ini memang merupakan landasan kompatibel dalam rekonsiliasi Afrika Selatan ataukah merupakan dalih legitimasi kultural penulis pikir tidaklah penting, karena apakah memang merupakan akar dari keadilan restoratif ataupun dalih legitimasi kultural, tidak mengesampingkan fakta bahwa konsep ini adalah konsep yang berperan vital dalam pembangunan kembali Afrika Selatan. Untuk masalah ini dapat dilihat dalam Christian B.N. Gade. Restorative Justice and the South African Truth and Reconciliation Process. South African Journal of Philosophy Vol.21 No (1) 2013. 548 Truth and Reconciliation Comission Report Volume 5. TRC South Africa. Hlm 308-309 masa transisi adalah masa untuk menghidupkan nilai ubuntu tersebut. Tentang apakah ubuntu ini memang merupakan landasan kompatibel dalam rekonsiliasi Afrika Selatan ataukah merupakan dalih legitimasi kultural penulis pikir tidaklah penting, karena apakah memang merupakan akar dari keadilan restoratif ataupun dalih legitimasi kultural, tidak mengesampingkan fakta bahwa konsep ini adalah konsep yang berperan vital dalam pembangunan kembali Afrika Selatan. Untuk masalah ini dapat dilihat dalam Christian B.N. Gade. Restorative Justice and the South African Truth and Reconciliation Process. South African Journal of Philosophy Vol.21 No (1) 2013. 548 Truth and Reconciliation Comission Report Volume 5. TRC South Africa. Hlm 308-309

- Penyembuhan dan Rehabilitasi: Kerjasama dengan NGO untuk memberikan bantuan pelayanan kepada para korban, dan pelayanan konseling psikologis yang diberikan kepada pelaku. 549 Reintegrasi dan

rehabilitasi pelaku kekerasan kepada masyarakat dan permaafan. Penyebarluasan budaya HAM yang meliputi: pemilu yang adil, pemerintahan yang bersih dan transparan, reformasi dan penguatan institusi negara, kurikulum hak asasi pada segala jenjang pendidikan, pendirian lembaga HAM yang bekerja secara efisien, penyebarluasan

laporan komisi kepada seluruh pelosok negara. 550 - Reparasi dan Rehabilitasi: komisi merekomendasikan kepada presiden

untuk membentuk lembaga yang memiliki kewenangan yang jelas dengan koordinasi bersama kementrian terkait untuk: menyediakan mekanisme finansial reparasi, menyelesaikan persoalan sertifikat kematian, pemakaman ulang, deklarasi kematian kepada keluarga yang membutuhkan, penghapusan catatan kejahatan pada korban kriminalisasi, memfasilitasi persoalan hukum yang mendesak, memfasiltasi perubahan nama jalan dan komunitas, memfasilitasi pembangunan monumen memorial tentang kejahatan masa lalu, dan, menetapkan hari peringatan.

- Organisasi, Administrasi dan Manajemen: prinsip persamaan dalam wilayah kerja. 551

- Penjara : Pelatihan HAM kepada petugas penjara sebagai pedoman pelaksana terhadap para narapidana dalam sistem. Pelatihan dalam bidang hukum, etika, dan resolusi konflik. Rehabilitasi narapidana dalam bentuk pelatihan keterampilan dan pendidikan, jaminan kesehatan, dan monitoring publik.

- Komunitas Religius: untuk mengorganisir seremoni yang bertujuan untuk memperingati kejahatan masa lalu, dan memberikan bantuan tenaga kepada organisasi sipil lain dalam menyelenggarakan layanan konseling. Berkomunikasi antar komunitas religius yang bertujuan untuk menghapus konflik antar agama

- Bisnis : menyediakan restitusi bagi para korban dalam bentuk pajak kekayaan, donasi dari perusahaan kepada korban, keringanan pajak bagi komunitas yang terpinggirkan. Komunitas bisnis dan pemerintahan daerah bekerjasama dalam melakukan audit tanah yang

tak terpakai untuk didistribusikan kepada warga tanpa tanah. 552

549 Ibid hlm 309-310 550 Ibid hlm 312 551 Ibid hlm 312-313 552 Ibid hlm 318 termasuk pula penghapusan tenaga kerja anak-anak, hak atas lingkungan, perbankan yang lebih transparan, pelatihan keterampilan, dan lain sebagainya.

- Legal dan Yudisial : akses korban maupun tersangka terhadap sistem peradilan pidana. Pelatihan menyeluruh terhadap jaksa penuntut umum

maupun hakim mengenai HAM, juga kepada mahasiswa hukum. 553 - Reformasi Pasukan Keamanan

- Sektor Kesehatan : akses pendidikan kesehatan kepada warga kulit hitam, masuknya kesehatan mental dalam sistem layanan kesehatan. - Jaminan atas keterbukaan dan kebebasan Media dengan menjunjung kode etik profesi jurnalistik. - Penghancuran Dokumen : urusan mengenai dokumen-dokumen yang dihancurkan pada masa transisi untuk menghindari penuntutan. Meminta kepada seluruh kementrian untuk memindahkan setiap

dokumen yang selamat kepada arsip nasional. 554 - Kepada Gerakan Pembebasan, yang meski berjuang melawan

apartheid, namun juga melakukan pelanggaran HAM berat. Komisi merekomendasi bahwa mereka harus membuat pernyataan maaf, dan melakukan reintegrasi sosial.

- HAM internasional: menjalankan komitmen sebagaimana diatur dalam hukum internasional. Permintaan maaf kepada negara tetangga, dan tuntutan agar apartheid menjadi bagian dari kejahatan terhadap

kemanusiaan. 555 Pada tahun 1996, disetujui adanya konstitusi baru untuk menggantikan

konstitusi transisi 1993. Konstitusi 1996 dibentuk berdasarkan atas pengalaman ketidakadilan pada masa lampau dan harapan akan masa depan. Hal ini tercantum dalam bagian pembukaan Konstitusi 1996 yang menyatakan:

We, the people of South Africa, Recognise the injustices of our past; Honour those who suffered for justice and freedom in our land; Respect those who have worked to build and develop our country; and Believe that South Africa belongs to all who live in it, united in our diversity. We therefore, through our freely elected representatives, adopt this Constitution as the supreme law of the Republic so as to - Heal the divisions of the past and establish a society based on democratic values, social justice and fundamental human rights;

553 Ibid hlm 325 termasuk pula didalamnya program perlindungan saksi, pidana anak yang lebih baik, komposisi hakim yang representatif baik secara rasial maupun gender, dan lain sebagainya.

554 Ibid hlm 346 555 Ibid hlm 349

Lay the foundations for a democratic and open society in which government is based on the will of the people and every citizen is equally protected by law; Improve the quality of life of all citizens and free the potential of each person; and Build a united and democratic South Africa able to take its rightful place as a sovereign state in the family of nations. May God protect our people. Nkosi Sikelel’ iAfrika. Morena boloka setjhaba sa heso. God seën Suid-Afrika. God bless South Africa. Mudzimu fhatutshedza Afurika. Hosi katekisa Afrika.

Pengalaman tentang segregasi yang memisahkan Afrika Selatan pada masa lalu tersebut kembali ditegaskan dalam Article 1 yang menyatakan bahwa Republik Afrika Selatan adalah negara demokratik yang berdiri atas:

(a) Human dignity, the achievement of equality and the advancement of human rights and freedoms. (b) Non-racialism and non-sexism (c) Supremacy of the constitution and the rule of law (d) Universal adult suffrage, a national common voters roll, regular

elections and a multy-party system of democratic government, to ensure accountability, responsiveness and opennes.