Industri Pengolahan Susu IPS. Pemasaran susu KUD Puspa Mekar dibantu oleh KPSBU karena kapasitas yang belum mencukupi persyaratan minimal untuk
menyetorkan susu ke IPS dan kurangnya modal untuk dapat menyetorkan susu secara mandiri ke IPS. Kurangnya permodalan mengakibatkan KUD Puspa Mekar
belum memiliki laboratorium untuk pengujian kualitas susu dan truk untuk mengangkut susu ke IPS.
KUD Puspa Mekar juga membantu anggota koperasi dalam penyediaan permodalan melalui unit usaha simpan pinjam. Hal ini sangat membantu usaha
ternak yang dijalankan oleh anggota dari seluruh subsistem. Seluruh pelayanan yang diberikan oleh KUD Puspa Mekar melalui integrasi vertikal mampu
meberikan manfaat ekonomi dan manfaat sosial kepada anggota.
6.1.3. Jaringan Kerja
Konsep jaringan kerja koperasi digunakan karena didasarkan bahwa koperasi merupakan bagian dari suatu lingkungan yang sangat dipengaruhi dan
dapat mempengaruhi suatu lingkungan yang lebih besar dalam arti politik, sosial dan teknologi Soedjono 2003. Koperasi sebagai sebuah organisasi dituntut untuk
memiliki daya saing usaha yang lebih baik melalui pembaharuan pada sistem perencanaan dan manajemennya. Salah satu cara untuk mengantisipasi persaingan
bebas yaitu melalui jaringan kerja koperasi. Melalui kerjasama diharapkan koperasi-koperasi dapat saling berbagi risiko, mengurangi biaya, meningkatkan
laba, dan mengatasi masalah yang berhubungan dengan kegiatan koperasi seperti pemasaran, kekurangan teknologi, dan permodalan. Jaringan kerja KUD Puspa
Mekar lebih melihat pada kebijakan-kebijakan yang diterapkan dan hubungan antara KUD dengan organisasi atau instansi terkait.
KUD Puspa Mekar menjalin kerjasama baik dengan KPSBU dan membentuk sebuah asosiasi. Hal ini menguntungkan bagi KUD Puspa Mekar
karena mendapat bantuan dari segi manajemen, tekonologi, dan permodalan. Hubungan KUD Puspa Mekar dan pemerintah desa, Dinas Koperasi dan UMKM,
dan Dinas Peternakan Kabupaten Bandung Barat berjalan sangat baik. Dinas Peternakan mengutus satu orang Petugas Penyuluh Lapang PPL Kecamatan
Parongpong untuk menjadi pengawas koperasi. Hal ini sangat membantu KUD Puspa Mekar dalam hal penyuluhan dan pembinaan kepada anggota karena dapat
ditangani langsung oleh PPL. Dinas peternakan selalu memberikan informasi mengenai dana-dana bantuan bagi pembangunan koperasi maupun kelompok
ternak yang tergabung menjadi anggota KUD Puspa Mekar. KUD Puspa Mekar juga sering mendapatkan penyuluhan dari kerjasama dengan instansi pendidikan.
6.1.4. Sumberdaya
Sumberdaya keuangan
merupakan salah
satu indikator
yang mempengaruhi kinerja koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi tidak mampu
menjalankan tugas dengan baik tanpa sumberdaya keuangan yang mencukupi. Agar mampu memberikan pelayanan yang baik bagi anggotanya KUD Puspa
Mekar dan anggota membuat kebijakan mengenai pembagian SHU dan simpan pinjam yang disesuaikan dengan kemampuan permodalan koperasi dan sisa hasil
usaha yang didapatkan dari unit usaha yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar. SHU yang diperoleh KUD Puspa Mekar dialokasikan, antara lain untuk cadangan
40 persen, anggota 40 persen, dana pengurus tujuh persen, dana kesejahteraan karyawan 7,5 persen, dana pendidikan tiga persen, dan dana
pembangunan daerah kerja 2,5 persen. Seluruh anggota sudah menyetujui pembagian alokasi SHU tersebut.
Dilihat dari pengalokasian SHU bahwa KUD Puspa Mekar tidak hanya fokus pada kesejahteraan anggota nya saja, namun juga kesejahteraan karyawan,
pendidikan, dan pembagunan daerah kerja seperti perbaikan jalan. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu pendidikan, pelatihan, dan penerangan dan
kepedulian terhadap masyarakat SHU yang diberikan kepada anggota sesuai dengan jumlah susu yang diisetorkan atau partisipasi usaha anggota dalam satu
tahun terakhir. Hal ini sesuai dengan prinsip koperasi yaitu partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi.
Penetapan kebijakan anggaran seperti tingkat bunga dan jumlah setoran pembayaran, didiskusikan kepada anggota pada saat akan dibentuk pelayanan
simpan pinjam. Pengurus tidak memiliki wewenang untuk menetapkan keputusan sesuai keinginan anggota. Keputusan mengenai tingkat bunga selalu disetujui
anggota karena bunga yang diterapkan sangat ringan yaitu sebesar satu persen dari pinjaman.
Hal yang menjadi masalah bagi peternak adalah jumlah setoran pembayaraan yang diinginkan. Anggota yang merupakan peternak skala kecil
merasa keberatan dengan potongan simpan pinjam dengan jumlah setoran sebanyak lima kali. Contohnya peternak dengan penghasilan kotor Rp 500.000,00
memiliki pinjaman sebesar Rp 500.000,00 dan akan dipotong sebesar Rp 100.000,00 selama lima kali pembayaran susu. Potongan yang lainnya yaitu
potongan makanan ternak sebesar Rp 150.000,00 dan potongan kebutuhan di waserda, simpanan wajib, dan simpanan sukarela sebesar Rp 50.000,00. Peternak
tersebut hanya mendapatkan penghasilan bersih Rp 200.000,00 setiap 15 hari. Pendapatan sebesar tersebut dirasakan sangat kecil dan belum mampu memenuhi
seluruh biaya budidaya sapi perah selama 15 hari.
6.1.5. Kinerja Koperasi