Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi

sehingga KUD lebih dikenal sebagai kebijaksanaan pemerintah. Sementara peranan anggota baik sebagai pemilik maupun pengguna jasa belum banyak dirasakan. Terkait dengan pengembangan sektor pertanian, pola KUD menyebabkan rendahnya kreativitas para pengurus koperasi dalam menghasilkan berbagai jenis produk komoditas pertanian Baga 2010. Hal ini menjadi tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi untuk membangun koperasi pertanian yang mempunyai basis anggota yang nyata sebagai wadah dan sarana efektif untuk memberdayakan anggotanya, meningkatkan kesejahteraan serta berperan aktif dalam usaha dan pembangunan pertanian secara optimal.

2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja yang dilakukan oleh koperasi merupakan tujuan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kinerja koperasi yang diukur yaitu kinerja organisasi, kinerja usaha dan kinerja keuangan. Kinerja yang baik diperlukan untuk mendukung kesejahteraan anggota. Program yang akan dilaksanakan koperasi membutuhkan dukungan dari semua unsur yang ada dalam koperasi termasuk kinerja koperasi. Kinerja keuangan pada koperasi masih cenderung dipengaruhi oleh bantuan dan modal dari luar seperti lembaga-lembaga pengembangan swadaya pemerintah maupun semi pemerintah Purba 2011; Retno 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Ilhami 2011 di Koperasi Keluarga Pegawai ITB menunjukkan bahwa permodalan berasal dari modal sendiri lebih besar dibandingkan dengan modal dari luar. Penelitian yang dilakukan oleh Sipayung 2003 meyatakan bahwa jika ditinjau dari aspek permodalan, pemanfaatan modal luar masih cukup tinggi karena kelemahan KUD dalam menghimpun modal sendiri. Hal ini terkait dengan keterbatasan KUD di dalam menghimpun modal sendiri yang berasal dari anggota serta adanya kesempatan dan peluang bagi KUD untuk menggunakan modal yang berasal dari luar. Tingginya modal yang bersumber dari luar akan berdampak negatif terhadap permodalan KUD karena pada akhirnya menjadi tunggakan sehingga akan meningkatkan beban. Sumber permodalan akan ikut menentukan kinerja keuangan koperasi tersebut sehingga perlu diperhatikan seberapa proporsi permodalan yang berasal dari luar dan dari dalam koperasi. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio. Analisis rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio aktivitas usaha. Rasio likuiditas pengukurannya terdiri dari rasio lancar dan rasio cepat. Rasio solvabilitas pengukurannya terdiri dari rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio modal sendiri dengan aktiva tetap, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang, rasio total hutang dengan total aktiva, dan rasio hutang dengan total modal sendiri. Rasio rentabilitas diukur dari rasio laba bersih, rasio operasional, rasio tingkat pengembalian modal sendiri, dan rasio tingkat pengembalian investasi. Pengukuran rasio aktivitas usaha terdiri dari rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang, dan rasio perputaran persediaan. Dartiana 2005; Himpuni 2009; Jakiyah 2011; Purba 2011. Penelitian yang dilakukan oleh Purba 2011 menggunakan uji Friedman, perbandingan kinerja Koperasi Kelompok Tani KTT Lisung Kiwari, gapoktan dan poktan yang dinilai berdasarkan tujuh indikator yaitu: pertemuan atau rapat, keterlibatan anggota dalam mengelola, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, keterlibatan anggota dalam kegiatan bersama, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota, dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan pengetahuan anggota dan pengurus. Terlihat dari tujuh indikator yang dinilai ada beberapa indikator merupakan partisipasi dari anggota. Hal ini menandakan bahwa kinerja koperasi dipengaruhi oleh partisipasi anggota. Kinerja organisasi gapoktan terlihat baik pada indikator keterlibatan anggota dalam mengelola kelompok, keterlibatan anggota dalam pengambilan keputusan, usaha berorientasi kepada kepentingan anggota, kemampuan meningkatkan kesejahteraan anggota dan adanya aktivitas pendidikan, pelatihan, penerangan untuk meningkatkan kemampuan anggota Purba 2011. Koswara 2011 melakukan penilaian kerja secara deskriptif, penilaian kinerja dari segi organisasi dikatakan baik terlihat dari telah disusunnya struktur organisasi sesuai dengan tujuan organisasi, interaksi pengurus dan anggota, dan peningkatan kemampuan anggota melalui penyuluhan dan pembinaan. Penilaian kinerja yang dilakukan Retno 2011 dengan metode analisis deskriptif dan metode Importance Performance Alaysis dengan indikator yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh pengurus Koperasi Peternak Garut Selatan KPGS Cikajang yaitu: adanya peningkatan jumlah anggota tiap tahun, pencatatan keanggotaan koperasi, aturantata cara penyelenggaraan rapat akhir tahun yang ketat, audit keuangan, pencatatan simpanan pokok dan wajib milik anggota koperasi, keterkaitan usaha koperasi dengan kegiatan usaha anggota, pemberian bagi hasil yang adil, sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, penyelenggaraan RAT koperasi tepat waktu, pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan pengurus koperasi, penerangan dan penyuluhan bagi anggota koperasi, ketersediaan media informasi, penyediaan anggaran bagi anggota, kerjasama usaha dengan koperasi lain yang menguntungkan, kerjasama usaha dengan pemasok, penyerapan tenaga kerja oleh koperasi, melakukan pembayaran pajak dan retribusi dan ketersediaan dana pembangunan kerja. Atribut yang menjadi prioritas utama yaitu sanksi bagi anggota yang tidak menaati peraturan, pendidikan dan pelatihan bagi anggota koperasi, dan kerjasama usaha dengan koperasi lain yang sejenis. Kinerja koperasi mengalami peningkatan sesuai dengan volume usaha yang dilaksanakan oleh koperasi. Retno 2011 menyatakan bahwa peningkatan kinerja usaha KPGS Cikajang mengalami peningkatan karena unit-unit usaha yang ada di KPGS Cikajang memperoleh keuntungan cukup besar, terutama unit usaha susu dan simpan pinjam. Pengembangan kinerja usaha dan keuangan KPGS Cikajang meliputi modal luar, modal sendiri, dan volume usaha. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Himpuni 2009 menggunakan analisis Balanced Scoredcard. Penilaian kinerja dilihat dari empat perspektif adalah keuangan, anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan perspektif anggota KUD Sumber Alam memiliki kinerja yang baik, sedangkan perspektif anggota, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja cukup baik. Penilaian kinerja yang dilakukan oleh Handayani 2011 dan Jakiyah 2011 menggunakan analisis Penilaian Tangga Perkembangan PTP melihat empat indikator meliputi visi koperasi, kapasitas, sumberdaya dan jaringan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja koperasi dalam penelitian ini diacu dari metode yang digunakan pada penelitian Handayani 2011 dan Jakiyah 2011. Faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu visi koperasi, kapasitas, jaringan kerja dan sumberdaya. Perbedaannya yaitu dalam penelitian ini tidak mengukur kinerja koperasi namun hanya mengetahui dari keempat faktor tersebut, faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja koperasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja koperasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu partisipasi anggota sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba 2011.

2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Anggota