perolehan pinjaman, kinerja koperasi keseluruhan, performa keuangan, perkembangan pasar, teknologi yang digunakan, pemahaman mengenai KUD,
keaktifan memberikan saran dan evaluasi, kesediaan menjadi pengurus, keinginan untuk terus bergabung, pembelian pakan, pembelian kebutuhan di waserda, dan
melakukan pinjaman. Menurut Umar 2010 reliabilitas merupakan suatu nilai yang
menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama secara berulang dua kali atau lebih. Alat yang reliabel secara konsisten
memberi hasil ukuran yang sama Nasution 2007. Berbagai macam teknik yang dapat digunakan dalam pengukuran reliabilitas adalah Teknik Test-Retest, Teknik
Spearman-Brown, Teknik K-R 20, Teknik K-R 21, Teknik Croncbach Alpha, dan Teknik Observasi.
Teknik pengukuran reliabilitas pada penelitian ini yaitu dengan teknik Cronbach Alpha, yakni metode perhitungan reliabilitas yang dikembangkan oleh
Cronbach. Koefisien Cronbach’s Alpha merupakan koefisien reliabilitas yang
paling umum digunakan untuk mengevaluasi internal consistency. Nilai koefisien reliabilitas berkisar antara 0
–1. Semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas maka semakin reliabel sebuah kuisioner. Koefisien
reliabilitas yang dianggap baik adalah yang memiliki nilai lebih besar dari 0,7. Nilai tersebut dapat menunjukkan bahwa kuesioner yang digunakan akan
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Apabila terdapat atribut yang tidak reliabel harus dihilangkan dan tidak ditanyakan kepada responden.
Nilai reliabilitas yang diperoleh selanjutnya diuji tingkat korelasinya. Jika diperoleh hasil r
hitung
lebih besar dari r
tabel
product moment pada taraf nyata α =
0,05 maka variabel atau atribut pertanyaan yang telah disusun pada kuisioner sudah reliabel. Nilai uji reliabilitas yaitu sebesar 0,734.
4.5.4. Analisis Rasio Keuangan
Analisis kinerja keuangan merupakan analisis kuantitatif dengan pendekatan akuntansi terhadap laporan keuangan. Analisis laporan keuangan ini
dilakukan dengan analisis rasio keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan KUD. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu laporan keuangan dengan yang lain yang mempunyai hubungan yang relevan
dan signifikan Harahap 2008; Jumingan 2008. Analisis rasio keuangan digunakan untuk melihat perkembangan kinerja keuangan koperasi sebagai bagian
dari kinerja koperasi secara keseluruhan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jalannya koperasi. Menganalisis rasio keuangan membantu
seorang manajer untuk mengambil keputusan mengenai keuangan perusahaan untuk masa yang akan datang Kasmir Jakfar 2003. Analisis rasio yang
digunakan terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas. 1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas
menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya Kasmir Jakfar 2003. Likuiditas diukur dengan menggunakan rasio di bawah ini:
a. Rasio Lancar Current Ratio Rasio lancar menunjukkan kemampuan koperasi untuk memenuhi hutang
lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya Harahap 2008. Menurut Jumingan 2008 current ratio yang rendah menunjukkan bahwa
manajemen telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif. Rasio lancar lebih aman adalah jika berada di atas 200 persen Suwandi 1986.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
b. Rasio Cepat Quick Ratio Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid untuk
menutupi utang lancar tanpa memperhitungkan persediaan, karena persediaan memiliki sifat yang kurang likuid karena memerlukan waktu
yang relatif lama untuk dicairkan. Standar yang baik rasio ini adalah 150 persen Suwandi 1986. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
QR =
Aktiva Lancar − persediaan Utang Lancar
� CR =
Aktiva Lancar Utang Lancar �
ETFAR = Total Modal Sendiri
Total Aktiva Tetap � 2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila
perusahaan dilikuidasai Harahap 2008. Rasio solvabilitas diukur dengan menggunakan rasio di bawah ini:
a. Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva Equity To Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat solvabilitas koperasi dengan anggapan
bahwa semua aktiva akan dapat direalisir sesuai dengan yang dilaoprkan dalam neraca. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal 50 persen
Suwandi 1986. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva koperasi. Rasio ini
dirumuskan dengan:
b. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap Equity To Fixed Asset Ratio Rasio ini menunjukkan proporsi aktiva tetap yang dibiayai oleh modal
sendiri. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal 150 persen Suwandi 1986. Rumus rasio ini adalah:
c. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang Fixed Asset To Long Term Debt Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan untuk memperoleh pinjaman baru dengan jaminan aktiva tetap. Standar yang baik untuk rasio ini adalah
minimal 150 persen Suwandi 1986. Semakin tinggi rasio semakin besar jaminan, kreditur jangka panjang semakin aman atau terjamin, dan
semakin besar kemampuan koperasi untuk mencari pinjaman. Rumus rasio ini adalah:
ETTAR = Total Modal Sendiri
Total Aktiva �
d. Rasio Total Hutang dengan Total Aktiva Debt Ratio Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan dana yang dibiayai
dari hutangnya. Standar yang baik untuk rasio ini adalah maksimum 50 persen Suwandi 1986. Semakin kecil rasio ini maka semakin kecil risiko
yang akan ditanggung oleh koperasi. Rumus rasio ini adalah:
e. Rasio Total Hutang dengan Total Modal Sendiri Debt Equity Ratio Rasio ini menunjukkan proporsi hutang yang dijamin oleh modalnya
sendiri. Standar yang baik untuk rasio ini adalah maksimum 67 persen Suwandi 1986. Jika nilai rasio ini lebih dari satu berarti kemampuan
modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah. Namun jika rasio lebih kecil dari satu maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin
seluruh hutangnya lebih besar. Rasio in dirumuskan:
3. Rasio Rentabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas dipergunakan untuk
mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam mengelola koperasi Suwandi 1986. Rentabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio, yaitu:
a. Rasio Laba Bersih Net Profit Margin Ratio Rasio laba bersih menunjukkan besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan
koperasi setiap satu rupiah penjualan. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal empat persen Suwandi 1986. Semakin besar rasio ini
maka semakin besar kemampuan koperasi dalam memperoleh laba. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Rasio Operasional Operating Margin Ratio Rasio operasional menunjukkan tingkat efisiensi koperasi dalam
menjalankan usahanya. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal DR =
Total Hutang Total Aktiva �
DER = Total Hutang
Total Modal Sendiri �
NPMR =
Laba Bersih Penjualan �
RONWR = Laba Bersih
Total Modal Sendiri � dua persen Suwandi 1986. Semakin besar rasio ini maka semakin besar
kemampuan koperasi dalam memperoleh laba operasi. Rasio ini dirumuskan:
c. Ratio Tingkat Pengembalian Modal Sendiri Return on Net Worth Ratio Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas modal yang digunakan
koperasi, suatu pengukuran penghasilan yang tersedia bagi koperasi atas modal yang diinvestasikan. Standar yang baik untuk rasio ini minimal 15
persen. Semakin besar rasio ini maka modal sendiri semakin produktif dalam menyumbangkan laba bersih bagi koperasi. Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut:
d. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi Return On Invesment ROI menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan dan
mengindikasikan koperasi menggunakan seluruh aset yang tersedia dengan baik. Rasio ini digunakan untuk mengevaluasi aktivitas keseluruhan
koperasi. Analisis ROI merupakan hubungan antara pendapatan dengan investasi pada aktiva yang ditanamkan koperasi. Standar yang baik adalah
minimal 4 persen. ROI dapat diukur dengan rumus:
4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dapat menunjukkan tingkat efisiensi koperasi dalam
mengelola aset yang dimilikinya. Rasio aktivitas disebut juga rasio perputaran turnover ratio karena rasio ini dapat menjelaskan kecepatan antara
perputaran dengan aset. Keseimbangan antara penjualan dan aset menunjukkan manajemen tekah bekerja secara optimal. Rasio-rasio yang
digunakan dalam rasio aktivitas usaha sebagai berikut: OMR
= Laba Operasi
Penjualan �
ROI = Laba Bersih
Total Aktiva �
TATR = Penjualan
Total Aktiva �
�
�
== −
d
� =�
N N − a. Rasio Perputaran Total Aktiva Total Assets Turn-Over Ratio
Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi dari operasi koperasi tersebut. Standar yang baik untuk rasio ini adalah minimal 5 kali Suwandi 1985.
Semakin besar rasio perputaran total aktiva, maka akan semakin besar tingkat efisiensi penggunaan harta dari suatu koperasi. Rasio ini dapat
diukur dengan menggunakan rumus:
b. Rasio Perputaran Piutang Account Receivable Turn-Over Ratio Rasio ini menginformasikan berapa kali piutang diputar dalam satu tahun.
Semakin tinggi rasio, semakin singkat waktu antara penjualan dan penagihan kas. Standar rasio piutang ini adalah kurang dari 30 hari Baga
et al. 2011. Rumus rasio perputaran piutang yaitu:
4.5.5. Analisis Korelasi