Kesediaan membayar untuk lingkungan

Hasil survey menunjukkan bahwa semua responden menyatakan pengunjung harus berkontribusi untuk menjaga lingkungan, meskipun secara lembaga ada lembaga-lembaga yang khusus bertanggung jawab atas keberlanjutan TWA Cimanggu, seperti Perum Perhutani, BKSDA, pemerintah kabupaten Bandung, dll. Menurut responden yang mempunyai tanggung jawab utama menjaga kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu adalah pemerintah propinsi Jawa Barat 31,8, yang kedua adalah pemerintah kabupaten Bandung 27,2, dan yang ketiga adalah pengunjung 31,8. Secara rinci tentang yang bertanggung jawab akan kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Stake holder yang bertanggung jawab atas kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu menurut pengunjung. No Pemangku Kepentingan Yang paling tanggung jawab Pertama Kedua Ketiga 1 Propinsi Jawa Barat 31,8 6,8 6,8 2 Pemerintahan Kabupaten Bandung 11,4 27,3 6,8 3 Pengunjung 6,8 18,2 31,8 4 Departemen Kehutanan 20,5 2,3 2,3 5 PT Perhutani 15,9 9,1 6 BKSDA 4,5 18,3 6,8 7 LSM 6,8 13,6 6,8 8 Lembaga Internasional 2,3 9 Masyarakat lokal 2,3 11,4 29,5 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang Berdasarkan data pada Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan bahwa kesadaran pengunjung untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan kawasan wisata sudah disadari akan tetapi untuk implementasi masih ada keengganan dari pengunjung untuk berkontribusi lebih karena adanya harapan bahwa lembaga- lembaga yang bertanggung jawab langsung untuk pengelolaan dan pelestarian TWA Cimanggu yang harus berperan lebih banyak. Pengetahuan mengenai kelembagaan yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengelola TWA Cimanggu masih relatif rendah menunjukkan bahwa kepedulian pengunjung terhadap TWA Cimanggu perlu ditingkatkan dengan adanya program edukasi. Sesuai dengan fenomena diatas, motivasi pembayaran tambahan pajak menurut hasil survey, responden menginginkan lebih kearah pengembangan fasilitas wisata 59,1, bukan kearah pelestarian kawasan wisata dan lingkungan hidup seperti Tabel 15. Hal tersebut dapat dikarenakan tingkat motivasi dari pengunjung yang masih kurang terhadap perlindungan lingkungan, secara kognitif memahami akan tetapi untuk aksi belum termotivasi untuk mengimplementasikannya. Tabel 15. Inisiatif pengunjung peruntukan pajak tambahan No Peruntukan pajak tambahan Persentase 1 Pengembangan Fasilitas Wisata 59,1 2 Pelestarian hutan 18,2 3 Pengingkatan keamanan 18,2 4 Tidak tahu 4,5 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang

c. Tingkat kepadatan dan tingkat kepuasan pengunjung

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung adalah tingkat kepadatan pengunjung pada suatu kawasan wisata. Semakin padat jumlah pengunjung pada satu kawasan menyebabkan timbulnya ketidaknyamanan pengunjung sehingga dapat mengurangi tingkat kepuasannya. Untuk mengetahui preferensi tingkat kepadatan pengunjung dilakukan survey kepada responden untuk mengetahui seberapa besar toleransi pengunjung terhadap tingkat kepadatan. Dari hasil survey menunjukkan bahwa setiap responden mempunyai preferensi tersendiri terhadap kepadatan. Berdasarkan optimasi dari preferensi pengunjung didapatkan preferensi tingkat kepadatan di TWA Cimanggu terutama untuk kolam renang sebagai kegiatan utama wisata digambarkan seperti pada Gambar 11. Gambar 11. Hubungan jumlah pengunjung terhadap persentase ketikdakpuasan pengunjung Gambar 11. menunjukkan bahwa semakin padat pengunjung kolam renang TWA Cimanggu, semakin menurun tingkat kepuasan pengunjung. Berdasarkan hubung linier antara tingkat kepadatan pengunjung dengan tingkat kepuasan tingkat ketidakpuasan pengunjung mencapai 50 pada tingkat luas ruang perorang sebesar 9,5 m 2. Hasil analisis kuadran untuk mengukur tingkat kepuasan pengunjung TWA Cimanggu dengan menggunakan teknik Importance-Performance Analysis, seperti pada Gambar 12. menunjukkan bahwa terdapat 24 atribut yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Pada kuadran pertama terdapat 8 variabel yaitu: keramahan dan kesopanan petugas, pengetahuan pemandu, area parkir, kesediaan air, keindahan pemandangan, `keamanan, pendidikan lingkungan dan perlindungan kawasan konservasi. Ke delapan atribut ini menurut penilaian pengunjung mempunyai tingkat kepentingan tinggi dan tingkat kinerja yang baik. Atribut tersebut menjadi unggulan dari pengelola sehingga perlu dipertahankan prestasinya. Pada kuadran kedua terdapat 8 atribut yaitu: kebersihan, kesigapan karyawan dalam melayani, kenyamanan, kualitas pemeliharaan sarana dan prasarana, fasilitas kolam renang, toilet, tempat ibadah dan tingkat kemurahan. Atribut yang masuk kedalam kuadran kedua adalah atribut yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi akan tetapi tingkat kinerja yang rendah. Atribut yang terdapat pada kuadran kedua merupakan kelemahan pengelolaan yang harus