Skenario pengelolaan TWA Cimanggu
aksesibilitas tidak dilakukan upaya yang sistematis dan progresif untuk penyampaian informasi tentang produk dan cara menuju TWA Cimanggu.
Pengelolaan jumlah pengunjung dan distribusi pengunjung di kawasan TWA Cimanggu tidak dilakukan secara khusus. Dampak yang mungkin terjadi adalah
adanya penumpukan pengunjung pada akhir pekan dan di area tertentu yang menjadi tempat favorit dikawasan TWA Cimanggu. Dampak dari penumpukan
pengunjung adalah menurunnya tingkat kepuasan pengunjung akibat faktor kepadatan pengunjung
b Kapasitas asimilasi Penanganan limbah sampah dan cair masih mengandalkan pola pengelolaan
yang sekarang dilaksanakan, tanpa adanya tindakan untuk meningkatkan pola pengelolaan menjadi lebih baik. Pengelola sudah cukup puas dengan model
pengelolaan sampah dan limbah cair yang sudah dilaksanakan. Adapun kapasitas asimilasi pencemaran ammonium, nitrat, fosfat, limbah organik dan sampah
berturut-turut adalah 28 tontahun, 166.7 tontahun, 9 tontahun, 14.9 tontahun dan 24 tontahun.
c Implikasi skenerio status quo
Implikasi dari pola pengelolaan seperti dijelaskan diatas yang paling mungkin terjadi berdasarkan hasil analisis model dapat dilihat pada Tabel 36. Dari
hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario status quo akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan pengunjung dan menyebabkan beban pencemaran
semakin meningkat. Peningkatan beban pencemaran melebihi daya tampung pencemaran pengolahan limbah terjadi pada tahun 2014-2015 dan terus
meningkat sampai tahun 2031 dengan perbandingan beban pencemaran dengan kapasitas asimilasi pengolahan limbah mencapai 1.19. Berarti terdapat 1-19
beban pencemaran yang tidak dapat diasimilasi oleh instalasi pengolahan limbah. Pada skenario ini secara masih terjadi pertumbuhan pengunjung ke TWA
Cimanggu meskipun terjadi penurunan kualitas lingkungan terutama karena adanya pencemaran perairan dan sampah yang tidak terkelola dengan baik. Masih
terdapat sampah di kawasan TWA Cimanggu yang belum terkelola dan dapat mengurangi nilai estetika kawasan TWA Cimanggu. Limbah perairan yang
dibuang ke sungai atau badan perairan TWA Cimanggu telah melewati baku mutu
air limbah yang boleh dibuang dan selanjutnya tergantung dari kemampuan badan perairan TWA Cimanggu. Indikator partisipasi masyarakat dan pendapatan baik
pengelola, sektor pajak dan masyarakat terus meningkat meskipun pertumbuhan dari pendapatan semakin menurun. Hal tersebut akibat adanya pencemaran baik
sampah dan perairan yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasaan dari pengunjung.
Tabel 36. Implikasi skenario status quo
Tahun Indeks
dampak ekologi
Partisipasi Masyarakat
Orang Akumulasi Pendapatan Milyar rupiah
Masyarakat Pengelola
Pajak 2003
0.06 399
111 4
2 2004
0.09 475
132 9
4 2005
0.13 573
159 17
7 2006
0.16 701
194 29
12 2007
0.21 795
216 46
20 2008
0.27 918
243 69
30 2009
0.36 1,078
279 99
42 2010
0.49 1,173
301 136
58 2011
0.63 1,298
329 182
78 2012
0.8 1,490
365 238
102 2013
0.9 1,605
387 305
131 2014
0.98 1,755
416 385
165 2015
1.03 1,949
453 478
205 2016
1.06 2,066
475 586
251 2017
1.06 2,234
502 710
304 2018
1.07 2,442
536 852
365 2019
1.09 2,567
557 1,014
435 2020
1.1 2,721
582 1,197
513 2021
1.1 2,913
614 1,403
601 2022
1.12 3,028
633 1,632
700 2023
1.12 3,171
656 1,888
809 2024
1.12 3,348
685 2,171
930 2025
1.13 3,567
721 2,482
1,064 2026
1.15 3,699
743 2,824
1,211 2027
1.15 3,862
769 3,200
1,372 2028
1.16 4,065
803 3,611
1,547 2029
1.17 4,186
822 4,058
1,739 2030
1.17 4,337
847 4,545
1,948 2031
1.18 4,524
878 5,073
2,174 2032
1.19 4,755
916 5,644
2,419
2 Skenario konservasi
Skenario konservasi dibangun dengan asumsi bahwa pengelolaan belum mempunyai kebijakan untuk pengembangan kegiatan wisata di TWA Cimanggu.
Pengelola telah melakukan monitoring dan melakukan tindakan antisipasi dampak ekologi akibat kegiatan wisata untuk memelihara fungsi TWA Cimanggu
sebagai kawasan konservasi, menjaga agar kondisi area konservasi tidak tercemar dan tidak terganggu fungsinya.
Kondisi tindakan pengelolaan pada skenario ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Pengelolaan pengunjung
Tindakan pengelolaan tidak melakukan peningkatan daya tarik objek wisata dengan penawaran produk wisata berupa atraksi yang sama dengan skenario
status quo. Aspek atraksi yang ditawarkan terdiri dari pemandian air panas, berkemah, penangkaran rusa dan menikmati alam. Amenitas sebagai sarana dan
prasarana pendukung wisata berada pada kualitas yang cukup baik, tidak dilakukan penambahan fasilitas yang dilakukan hanya pemeliharaan fasilitas
yang sudah ada. Aspek aksesibilitas berbeda dengan skenario status quo, terdapat kecenderungan dilakukannya pengetatan aturan untuk memasuki area TWA
Cimanggu. Tindakan pengelolaan pada skenario ini berupa pengetatan aturan untuk
memasuki kawasan TWA Cimanggu. Pengaturan pengelolaan pengunjung yang dilakukan adalah membatasi jumlah pengunjung berdasarkan kapasitas atau
jumlah pengunjung yang diperbolehkan berada dikawasan TWA Cimanggu pada periode waktu tertentu. Strategi yang dapat dilakukan bertujuan untuk penurunan
pertumbuhan jumlah pengunjung ke TWA Cimanggu menjadi 10 pertahun dan dilakukan edukasi kepada pengunjung untuk mengurangi jumlah 50 dari fraksi
beban pencemaran dengan meningkatkan kesadaran pengunjung akan lingkungan hidup.
b Kapasitas asimilasi
Tindakan pengelolaan untuk aspek kapasitas asimilasi, penanganan limbah sampah dan cair masih mengandalkan pola pengelolaan yang sekarang akan tetapi
dilakukan peningkatan kapasitas asimilasi dengan melakukan pemeliharaan dan peningkatan efesiensi. Adapun kapasitas asimilasi pencemaran ammonium, nitrat,
fosfat, limbah organik dan sampah berturut-turut adalah 28 tontahun, 166.7 tontahun, 9 tontahun, 14.9 tontahun dan 24 tontahun.
c Implikasi skenario konservasi
Hasil simulasi skenario konservasi dapat ditunjukkan pada Tabel 37. Implikasi dari simulasi konservasi menunjukkan adanya penurunan pertumbuhan
pengunjung ke kawasan TWA Cimanggu.
Tabel 37. Implikasi skenario konservasi
Tahun Indeks
dampak ekologi
Partisipasi Masyarakat
Orang Akumulasi Pendapatan Milyar rupiah
Masyarakat Pengelola
Pajak 2003
0.06 399
111 4
2 2004
0.09 475
132 9
4 2005
0.13 573
159 17
7 2006
0.16 701
194 29
12 2007
0.21 795
216 46
20 2008
0.27 918
243 69
30 2009
0.36 1,078
279 99
42 2010
0.49 1,173
301 136
58 2011
0.63 1,298
329 182
78 2012
0.8 1,490
365 238
102 2013
0.9 1,605
387 305
131 2014
0.98 1,755
416 385
165 2015
1.01 1,949
447 478
205 2016
1.02 2,066
466 586
251 2017
1.01 2,212
486 710
304 2018
1.01 2,370
508 851
365 2019
1.01 2,540
531 1,012
434 2020
1.01 2,724
557 1,192
511 2021
1.01 2,923
585 1,393
597 2022
1.01 3,042
614 1,617
693 2023
1.01 3,171
647 1,865
799 2024
1.02 3,310
666 2,140
917 2025
1.02 3,460
687 2,443
1,047 2026
1.02 3,622
709 2,776
1,190 2027
1.02 3,798
733 3,140
1,346 2028
1.02 3,987
760 3,538
1,516 2029
1.02 4,100
788 3,970
1,701 2030
1.03 4,223
819 4,438
1,902 2031
1.03 4,355
852 4,946
2,120 2032
1.04 4,498
872 5,496
2,355
Penurunan pertumbuhan pengunjung berdampak juga pada terjadinya penurunan beban pencemaran. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa Indeks
dampak ekologi terlampaui pada tahun 2015- 2032. Berdasarkan indeks dampak ekologi menunjukkan bahwa ada sekitar 1-4 beban pencemaran yang tidak
dapat diasimilasi oleh pengolahan limbah. Penurunan pertumbuhan pengunjung berdampak juga terhadap indikator partisipasi masyarakat dan pendapatan
pengelola, pajak dan masyarakat.
3 Skenario peningkatan kapasitas asimilasi
Skenario peningkatan kapasitas asimilasi merupakan skenario dengan asumsi pengelola wisata di TWA Cimanggu belum mempunyai kebijakan
pengembangan kawasan wisata dan adanya kebijakan pemerintah untuk menjaga kelestarian fungsi TWA Cimanggu sebagai area konservasi. Kebijakan yang
dikeluarkan meningkatkan daya tampung limbah atau kapasitas asimilasi instalasi pengolahan.
Kondisi tindakan pengelolaan pada skenario ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Pengelolaan pengunjung
Tindakan pengelolaan pada skenario ini berupa pengelolaan jumlah pengunjung dan distribusi pengunjung di TWA Cimanggu. Pengelolaan
pengunjung berbeda dengan skenario konservasi. Strategi pengelolaan pengunjung adalah mempertahankan tingkat pertumbuhan pengunjung pada level
20 pertahun. b
Kapasitas asimilasi Tindakan pengelolaan untuk aspek kapasitas asimilasi dilakukan dengan
peningkatan kapasitas penanganan limbah sampah dan cair. Pengelola melakukan monitoring secara ketat pada pengolahan limbah cair dan sampah supaya tidak
melewati kapasitas pengelolaannya. Dilakukan tindakan
pengelolaan penambahan kapasitas asimilasi pencemaran ammonium, nitrat, fosfat, limbah organik dan
sampah berturut-turut menjadi 42 tontahun, 250 tontahun, 13.5 tontahun, 22.35 tontahun dan 36 tontahun.
c Implikasi skenario peningkatan asimilasi
Implikasi skenario peningkat asimilasi dapat ditunjukka pada Tabel 38. Pada Tabel dapat ditunjukkan bahwa peningkatan kapasitas asimilasi dapat
menurunkan Indeks dampak ekologi.
Tabel 38. Implikasi skenario peningkatan kapasitas asimilasi
Tahun Indeks
dampak ekologi
Partisipasi Masyarakat
Orang Akumulasi Pendapatan Milyar rupiah
Masyarakat Pengelola
Pajak 2003
0.06 399
111 4
2 2004
0.09 475
132 9
4 2005
0.13 573
159 17
7 2006
0.16 701
194 29
12 2007
0.21 795
216 46
20 2008
0.27 918
243 69
30 2009
0.36 1,078
279 99
42 2010
0.49 1,173
301 136
58 2011
0.63 1,298
329 182
78 2012
0.8 1,490
365 238
102 2013
0.6 1,605
387 305
131 2014
0.66 1,755
416 385
165 2015
0.68 1,949
453 478
205 2016
0.7 2,066
475 586
251 2017
0.71 2,242
504 710
304 2018
0.72 2,471
541 852
365 2019
0.73 2,608
564 1,014
435 2020
0.73 2,786
593 1,198
513 2021
0.74 3,018
631 1,404
602 2022
0.76 3,157
654 1,635
701 2023
0.76 3,337
683 1,893
811 2024
0.76 3,572
722 2,179
934 2025
0.78 3,713
745 2,495
1,069 2026
0.78 3,897
775 2,845
1,219 2027
0.78 4,135
814 3,229
1,384 2028
0.8 4,278
837 3,650
1,564 2029
0.8 4,464
868 4,111
1,762 2030
0.8 4,705
908 4,614
1,977 2031
0.82 4,850
931 5,160
2,212 2032
0.82 5,039
962 5,754
2,466
Dengan peningkatan kapasitas asimilasi limbah cair dari pengolahan yang dibuang ke badan perairan TWA Cimanggu berada dibawah baku mutu yang
ditentukan sehingga tidak memberikan dampak ekologi bagi kawasan TWA Cimanggu. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa di kawasan TWA
Cimanggu tidak ada pencemaran perairan dan sampah yang dihasilkan akibat kegiatan wisata dapat dikelola dengan baik sehingga tidak menggangu kualitas
dan estetika lingkungan kawasan TWA Cimanggu. Dampak lain dari skenario ini adalah adanya peningkatan pertumbuhan pengunjung yang berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dan pendapatan.
4 Skenario pertumbuhan ekonomi
Skenario ini dibangun berdasarkan asumsi pengelola mempunyai kebijakan untuk meningkatkan pendapatan dengan melakukan pengembangan kawasan
wisata di TWA Cimanggu dan mendukung kebijakan pengembangan TWA Cimanggu sebagai kawasan konservasi dan daerah tujuan wisata dengan konsep
pariwisata berkelanjutan. Strategi pengelolaan dibangun dengan kondisi sebagai berikut:
a Pengelolaan pengunjung
Pengelola melakukan tindakan pengelolaan dengan pengembangan daya tarik objek wisata TWA Cimanggu secara optimal. Pengelola melaksanakan
analisa potensi pengembangan atraksi di TWA Cimanggu karena atraksi merupakan alat untuk menarik pengunjung. Ketertarikan pengunjung mendatangi
suatu daerah tujuan wisata bergantung kepada ragam dan kualitas atraksi. Atraksi yang dikembangkan tidak hanya berbentuk atraksi rekreatif akan tetapi wisata
minat khusus menjadi hal yang penting untuk dikembangkan. Selain atraksi juga dilakukan pengembangan amenitas sebagai sarana dan prasarana pendukung
kegiatan wisata. Amenitas dikembangkan berdasarkan ragam atraksi dan kondisi ekosistem. Untuk aksesibilitas dilakukan pengembangan fasilitas berupa
informasi, atau sarana dan prasarana menuju TWA Cimanggu. Tindakan pengelolaan pada skenario ini berupa pengelolaan jumlah
pengunjung dan distribusi pengunjung di TWA Cimanggu. Tujuan dari pengaturan tersebut agar pengunjung tidak bertumpuk di akhir pekan saja dan
juga supaya tidak terjadi penumpukan pada satu lokasi favorit yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kepuasan pengunjung, dilakukan
edukasi kepada pengunjung untuk mengurangi jumlah 50 dari fraksi beban pencemaran dengan meningkatkan kesadaran pengunjung akan lingkungan hidup.
Pola pengelolaan pengunjung dapat meningkatkan pertumbuhan pengunjung sampai dengan 22 pertahun tanpa menghasilkan dampak ekologi pada kawasan
TWA Cimanggu. b
Kapasitas asimilasi Tindakan pengelolaan untuk aspek kapasitas asimilasi dilakukan dengan
peningkatan kapasitas penangganan limbah sampah dan cair. Peningkatan kapasitas asimilasi tergantung kepada jumlah pengunjung TWA Cimanggu.
Pengelola melakukan monitoring secara ketat pada pengolahan limbah cair dan sampah supaya tidak melewati kapasitas pengelolaannya.
Dilakukan tindakan pengelolaan
penambahan kapasitas asimilasi pencemaran ammonium, nitrat, fosfat, limbah organik dan sampah berturut-turut menjadi 42 tontahun, 250
tontahun, 13.5 tontahun, 22.35 tontahun dan 36 tontahun. c
Implikasi skenario pertumbuhan ekonomi Sesuai dengan namanya, skenario ini bertujuan untuk meningkatan
manfaat ekonomi dari kegiatan pariwisata di TWA Cimanggu. Implikasi yang mungkin terjadi dari skenario ini berdasarkan simulasi dinamis dapat ditunjukkan
pada Tabel 39. Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa Indeks dampak ekologi pada skenario ini berada di bawah nilai 1. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pencemaran yang terjadi akibat kegiatan wisata di TWA Cimanggu dapat dikelola dengan baik dan masih dapat ditampung dan diasimilasi oleh instalasi
pengolahan limbah dan tidak berdampak ekologi pada kawasan TWA Cimanggu. Pengunjung mengalami pertumbuhan dan berdampak terhadap partisipasi
masyarakat dan pendapatan.
Tabel 39. Implikasi skenario pertumbuhan ekonomi
Tahun Indeks
Daya Tampung
Partisipasi Masyarakat
Orang Akumulasi Pendapatan Milyar rupiah
Masyarakat Pengelola
Pajak 2003
0.06 399
111 4
2 2004
0.09 475
132 9
4 2005
0.13 573
159 17
7 2006
0.16 701
194 29
12 2007
0.21 795
216 46
20 2008
0.27 918
243 69
30 2009
0.36 1,078
279 99
42 2010
0.49 1,173
301 136
58 2011
0.63 1,298
329 182
78 2012
0.8 1,490
365 238
102 2013
0.6 1,605
387 305
131 2014
0.66 1,755
416 385
165 2015
0.67 2,054
473 478
205 2016
0.69 2,234
507 586
251 2017
0.69 2,359
527 711
305 2018
0.69 2,608
568 856
367 2019
0.69 2,758
593 1,022
438 2020
0.69 3,058
642 1,210
519 2021
0.7 3,238
671 1,423
610 2022
0.7 3,597
730 1,663
713 2023
0.71 3,813
766 1,933
828 2024
0.71 3,942
787 2,235
958 2025
0.71 4,201
829 2,572
1,102 2026
0.71 4,356
855 2,945
1,262 2027
0.71 4,667
906 3,359
1,439 2028
0.72 4,853
936 3,813
1,634 2029
0.72 5,226
997 4,313
1,848 2030
0.73 5,450
1,034 4,860
2,083 2031
0.73 5,584
1,056 5,459
2,340 2032
0.73 5,852
1,100 6,114
2,620
Keberhasilan kinerja ke empat skenario dapat diuji berdasarkan indikator keberhasilan tindakan yang terdiri dari: 1 Indeks dampak ekologi, 2 partisipasi
masyarakat, dan 3 pendapatan. Untuk indikator Indeks dampak ekologi, efektivitas tindakan dapat diindentifikasi berdasarkan tahun terlampauinya nilai 1
dari Indeks dampak ekologi. Hal tersebut menunjukkan kapasitas maksimum pengelolaan pencemaran telah terlampaui. Semakin lambat tercapainya nilai 1 dari
Indeks dampak ekologi, semakin efektif skenario tersebut. Untuk indikator partisipasi masyarakat dan pendapatan, efektivitas tindakan pengelolaan dapat
diidentifikasi dari semakin besar jumlah partisipasi masyarakat dan pendapatan pengelola, masyarakat dan pajak.
5 Perbandingan antara skenario
Hasil simulasi dari 4 skenario merupakan bahan pertimbangan bagi pengelola untuk menentukan strategi pengelolaan yang paling tepat untuk
diterapkan dalam pengelolaan TWA Cimanggu. Dampak dari skenario tersebut dapat dibandingkan berdasarkan 3 indikator keberhasilan yaitu Indeks dampak
ekologi, partisipasi masyarakat dan pendapatan. Pendapatan terdiri dari pendapatan sektor pajak, pendapatan masyarakat dan pendapatan pengelola wisata
TWA Cimanggu. a Indeks dampak ekologi
Indikator Indeks dampak ekologi merupakan indikator yang dijadikan konstrain pemilihan skenario pengelolaan TWA Cimanggu yang berkelanjutan.
Indeks ini menunjukkan perbandingan beban pencemaran yang terjadi akibat kegiatan wisata dengan kapasitas asimilasi pengelolaan beban pencemaran. Nilai
indeks = 1 menunjukkan beban pencemaran sama dengan kemampuan pengelolaan pencemaran, bila nilai indeks 1 menunjukkan beban pencemaran
yang diakibatkan kegiatan wisata masih dibawah kapasitas pengelolaan pencemaran sedang bila nilai indeks 1 menunjukkan beban pencemaran
melebihi kapasitas pengelolaan yang akan berdampak pada terjadinya pencemaran lingkungan dan akan mengancam proses biologi esensial area konservasi
Hasil simulasi keempat skenario pengelolaan ditunjukkan pada Gambar 44. Skenario status quo menunjukkan terjadinya peningkatan beban pencemaran
yang menyebabkan kapasitas pengelolaan pencemaran dilewati pada tahun 2015, hal tersebut menunjukkan bahwa skenario status quo tidak berkelanjutan secara
ekologi karena menyebabkan pencemaran lingkungan dan akan mengancam proses biologi esensial kawasan konservasi. Skenario konservasi, menunjukkan
adanya penurunan beban pencemaran yang disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pengunjung dan penurunan fraksi kontribusi pengunjung karena
adanya peningkatan kesadaran pengunjung akan lingkungan. Pada skenario ini beban pencemaran yang terjadi masih melewati ambang batas atau kapasitas
asimilasi pengolahan limbah. Sehingga masih ada potensi dampak ekologi yang akan muncul walaupun beban yang tidak dapat diasimilasi berkisar 1-4.
Skenario peningkatan
kapasitas asimilasi
dan pertumbuhan
ekonomi menunjukkan beban pencemaran yang dihasilkan akibat kegiatan wisata masih
dibawah kapasitas asimilasi pengolahan limbah, hal tersebut dikarenakan adanya revitalisasi pengolahan limbah sehingga terjadi peningkatan kapasitas asimilasi
instalasi pengolahan yang dapat mengatasi masalah pencemaran di kawasan TWA Cimanggu.
.
Gambar 44 Perbandingan simulasi indek dampak ekologi skenario Status quo, konservasi, peningkatan asimilasi dan
pertumbuhan ekonomi.
b Partisipasi masyarakat Indikator partisipasi masyarakat adalah indikator yang menunjukkan
jumlah masyarakat disekitar TWA Cimanggu yang terserap menjadi tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan wisata di TWA Cimanggu baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Semakin besar jumlah partisipasi masyarakat, menunjukkan bahwa skenario pengelolaan tersebut semakin baik karena dapat
meningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar melalui perluasaan kesempatan bekerja.
Hasil simulasi indikator partisipasi masyarakat dari 4 skenario pengelolaan dapat ditunjukkan pada Gambar 45. Hasil simulasi menunjukkan bahwa skenario
konservasi menghasilkan tingkat partisipasi masyarakat yang lebih rendah dibandingkan skenario status quo. Hal tersebut diakibatkan adanya penurunan
jumlah pengunjung pada skenario tersebut. Jumlah pengunjung merupakan faktor pengungkit untuk meningkatkan partisipasi masyarakat pada sektor wisata.
Skenario peningkatan kapasitas asimilasi dan skenario pertumbuhan menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat lebih tinggi dibandingkan dengan skenario status
quo. Hal tersebut dikarenakan adanya pertumbuhan jumlah pengunjung yang diakibatkan karena pengelolaan pengunjung dan lingkungan yang baik sehingga
dapat meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung.
Gambar 45 Perbandingan hasil simulasi partisipasi mayarakat skenario Status quo, konservasi, peningkatan kapasitas asimilasi
dan Pertumbuhan ekonomi.
c Pendapatan Indikator pendapatan adalah indikator keberhasilan yang menunjukkan besar
pendapatan yang didapatkan akibat adanya kegiatan wisata di TWA Cimanggu. Indikator pendapatan terdiri dari 3 jenis yaitu pendapatan pengelola wisata TWA
Cimanggu, pendapatan pajak, dan pendapatan masyarakat akibat adanya aktivitas wisata di TWA Cimanggu.
Perbandingan hasil simulasi indikator pendapatan ditunjukkan seperti pada Gambar 46, Gambar 47 dan Gambar 48. Hasil simulasi skenario konservasi
menunjukkan bahwa pendapatan pengelola, pajak dan pendapatan masyarakat yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan skenario status quo, sedangkan
peningkatan kapasitas asimilasi dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan indikator pendapatan pengelola dan masyarakat lebih tinggi dibandingkan
skenario status quo. Skenario pertumbuhan ekonomi menunjukkan hasil simulasi pendapatan pengelola, masyarakat dan pajak paling tinggi dibandingkan dengan
skenario yang lain. Pada skenario konservasi menyebabkan penurunan jumlah pendapatan disebabkan penurunan pertumbuhan pengunjung yang berkontribusi
langsung terhadap peningkatan pendapatan.
Gambar 46 Perbandingan hasil simulasi pendapatan mayarakat skenario Status quo, konservasi, peningkatan kapasitas asimilasi
dan pertumbuhan ekonomi.
Gambar 47 Perbandingan hasil simulasi pendapatan pajak skenario Status quo, konservasi, peningkatan kapasitas asimilasi
dan pertumbuhan ekonomi.
Gambar 48 Perbandingan hasil simulasi pendapatan pengelola skenario Status quo, konservasi, peningkatan kapasitas asimilasi
dan pertumbuhan ekonomi.
Dari keempat skenario tersebut terdapat 2 skenario yang berkelanjutan berdasarkan dampak ekologi yaitu skenario peningkatan kapasitas asimilasi dan
pertumbuhan ekonomi dan skenario yang tidak berkelanjutan adalah status quo dan konservasi karena hasil simulasi menunjukkan pada tahun 2015 nilai indeks
dampak ekologi telah melewati angka 1, hal tersebut mengindikasikan kapasitas pengelolaan pencemaran telah terlampaui.
Untuk menentukan skenario yang paling tepat dapat dilakukan perbandingan indikator-indikator keberhasilan. Keterbatasan model ini tidak
melakukan analisis finansial sebagai indikator keberhasilan yang dimasukan kedalam model. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis finansial pada hasil
simulasi 4 skenario tersebut untuk mengidentifikasi tingkat kelayakannya. Perbandingan indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 40.
Tabel 40 Perbandingan target skenario model dinamis pengelolaan TWA Cimanggu simulasi dari tahun 2003 - 2032
No Indikator Keberhasilan
Skenario Status
quo Konservasi
Peningkatan kapasitas
asimilasi Pertumbuhan
ekonomi 1
Keberlanjutan ekologi
sampai tahun indeks dampak ekologi
2015 2015
2032 2032
2 Partisipasi
masyarakat orang
4.755 4.498
5.039 5.852
3 Pendapatan pengelola
milyar rupiah 5.644
5.496 5.754
6.114 4
Pajak milyar rupiah 2.419
2.355 2.466
2.620 5
pendapatan masyarakat
milyar rupiah 916
872 962
1.100