Pendekatan sistem TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis Hartrisari, 2001. Prosedur analisis sistem meliputi tahapan- tahapan sebagai berikut : analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi Eriyatno, 1999. Secara diagramatik, tahapan analisis sistem disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Tahapan analisis sistem Sumber : Eriyatno 1999 Relevansi konsep ini dengan daerah yang diteliti merupakan suatu landasan pemikiran mengenai komponen pembangun struktur pariwisata di TWA Cimanggu, yaitu penggunaan kawasan pada fungsi-fungsi zonasi di TWA Cimanggu, aktivitas struktur pariwisata, serta populasi penduduk. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel state pendukung dalam membangun model konseptual. Kemudian ditentukan variabel non-state variabel lainnya yang meliputi variabel penggerak driving, variabel pembantu auxiliary, dan variabel tetap constant yang melengkapi suatu model. Desain sistem pengembangan pariwisata dalam pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan merupakan interaksi antar sub model ketersediaan ruang lingkungan, sub model populasi penduduk serta sub model pengusahaan pariwisata ekonomi. Setelah dilakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang terlibat, kemudian ditentukan hubungan yang logis antar variabel tersebut. Dari hubungan itu dapat ditentukan apakah hubungannya bersifat positif atau negatif. Dengan demikian dapat dibangun hubungan umpan balik causal loop untuk semua variabel dalam pengusahaan pariwisata yang membentuk rantai tertutup. Pengaruh positif antara lain terhadap pendapatan pariwisata alam, pendapatan masyarakat serta Produk Dometik Bruto sektor. Pengaruh negatif dapat terjadi apabila perencanaan pengusahaan pariwisata kurang baik dalam pengelolaan limbah dan penanganan lingkungan, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sumberdaya alam yang pada akhirnya dapat mengurangi ketersediaan ruang. Kerusakan lingkungan juga merupakan loop negatif; yaitu mengakibatkan biaya pengelolaan lingkungan yang harus ditanggung oleh pengusaha pariwisata, baik untuk membangun instalasi pengolah air limbah maupun biaya-biaya rencana pengelolaan lingkungan lainnya semakin meningkat. Selain itu juga masalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol dapat berpengaruh negatif terhadap keseimbangan ekosistem TWA Cimanggu. Faktor pendukung berhasilnya sistem pengusahaan pariwisata antara lain adalah ketersediaan ruang, pendapatan per kapita, reboisasi serta tingkat pengenaan pajak penghasilan. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa sistem pengusahaan pariwisata memiliki hubungan sebab akibat causal loop yang luas dan beragam. Identifikasi sistem diagram lingkar sebab-akibat kemudian diinterpretasikan untuk membangun konsep kotak gelap black box diagram input-output. Diagram input-output merepresentasikan input lingkungan, input terkendali dan tak terkendali, output dikehendaki dan tak dikehendaki, serta manajemen pengendalian. Sedangkan parameter rancangan sistem dipresentasikan sebagai kotak gelap black box pada tengah diagram, yang menunjukkan terjadinya proses transformasi input menjadi output. Diagram input-output desain sistem pengembangan pariwisata berdasarkan hasil penelitian lapangan dalam pengelolaan Taman Wisata Alam disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram input-output Sumber : Modifikasi dari Hartrisari 2007 Pemodelan merupakan suatu gugus aktivitas pembuatan model. Secara umum pemodelan didefinisikan sebagai suatu abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual Eriyatno, 1999. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam sebuah model.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Luas Taman wisata ini adalah 154 ha dengan luas blok pemanfaatan 70,25 ha. Secara administrasi kehutanan termasuk dalam Resort Wilayah Konservasi Patengan – Cimanggu, Sub Seksi Wilayah Konservasi Bandung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat I Bandung. Penelitian dilakukan dalam 2 dua tahap yaitu tahap pra penelitian dan Penelitian. Pra penelitian dilakukan pada April 2009 sampai dengan Sepember 2009 dan penelitian dilakukan dari Januari 2010 Sampai dengan Agustus 2011. Gambar 6. Peta lokasi Penelitian

3.2. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian menunjukkan data yang dibutuhkan dan alur analisis data untuk pengembangan model pengelolaan TWA Cimanggu. Komponen data terdiri dari 3 jenis yaitu ekologi, sosial dan ekonomi. Pada komponen ekologi dikoleksi parameter data pencemaran yang terdiri dari BOD, NO 3 , NH 4 dan PO 4 untuk mengukur beban pencemaran dan kapasitas asimilasi. Data sampah terdiri dari produksi dan karakteristik sampah untuk menentukan beban pencemaran sampah. Data luas lahan terdiri dari perubahan lahan fasilitas wisata untuk menentukan luas perubahan fungsi dan stok karbon. Data biologi berupa kelimpahan benthos dan plankton sebagai indikator biologi untuk kualitas perairan. Data tersebut digunakan untuk menentukan dampak ekologi. Pada komponen data sosial yang dikumpulkan berupa data karakteristik pengunjung, tingkat kepuasan, persepsi pengunjung, tingkat kepentingan dan kinerja elemen kunci yang mendukung kegiatan wisata dan tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan wisata di TWA Cimanggu. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan penyebaran kuesioner terhadap responden. Data tersebut digunakan untuk menentukan daya dukung sosial. Pada komponen data ekonomi dikumpulkan data pendapatan, pengeluaran dan investasi. Pengumpulan data dengan wawancara dan studi dokumentasi. Dari ketiga komponen tersebut dapat ditentukan kondisi eksisting TWA Cimanggu sebagai tujuan wisata. Berdasarkan hasil analisa data, dikembangkan model dinamis dengan menggunakan program Stella versi 9.0 untuk pengembangan model pengelolaan TWA Cimanggu. Model dinamis yang dikembangkan digunakan untuk melakukan simulasi tindakan pengelolaan, berupa skenario pengelolaan yang direkomendasikan dan menganalisis perilaku sistem akibat intervensi skenario tindakan pengelolaan tersebut. Berdasarkan hasil simulasi kemudian dianalisis tingkat keberlanjutan model pengelolaan TWA Cimanggu berdasarkan konstrain dampak ekologi akibat kegiatan wisata. Hasil dari analisa keberlanjutan kemudian dijadikan bahan untuk pengembangan arahan strategi pengelolaan TWA Cimanggu dan rekomendasi pengelolaan TWA Cimanggu sebagai kawasan konservasi yang dimanfaatkan secara lestari untuk kegiatan pariwisata alam.