yang tersedia di kawasan tujuan wisata seperti, sumber daya alam, kebudayaan, teman, kegiatan olahraga atau kegiatan lainnya. 2 Facilities of the destination
adalah fasilitas yang memberikan pelayanan bagi pengunjung untuk segala kebutuhan selama tinggal atau berkunjung di daerah tujuan wisata seperti: hotel,
restoran, tempat belanja, toko souvenir, toilet, mushola dan lain-lan. 3 Accessibilities of the destination adalah jasa atau pelayanan untuk mendapatkan
informasi atau mencapai daerah tujuan wisata. Produk wisata merupakan faktor penting yang berperan dalam menentukan
keputusan wisatawan untuk mengunjungi satu daerah tujuan wisata. Menurut Pitana 2005, keputusan wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan
wisata dipengaruhi oleh 12 faktor yaitu: keinginan mengunjungi objek wisata, ragam informasi yang didapat di objek wisata, kemenarikan objek wisata, ragam
jenis akomodasi di objek wisata, ragam transportasi menuju objek wisata, aternatif kesediaan objek wisata, pilihan objek wisata, persiapan mengunjungi objek
wisata, kepuasan setelah mengunjungi objek wisata, manfaat setelah mengunjugi objek wisata dan keinginan untuk kembali ke objek wisata. Hal tersebut
menunjukkan bahwa atraksi, aksesibilitas dan amenitas fasilitas sangat berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan.
Berdasarkan konsep tersebut maka dilakukan kajian preferensi pengunjung TWA Cimanggu terhadap amenitas, atraksi dan aksesibilitas. Hasil survey
menunjukkan preferensi amenitas, atraksi dan aksesibilitas berturut-turut seperti pada Gambar 13, Gambar 14 dan Gambar 15.
Gambar 13. Preferensi amenitas TWA Cimanggu
Gambar 14. Preferensi pengunjung terhadap atraksi TWA Cimanggu
Gambar 15. Preferensi pengunjung terhadap aksesibilitas TWA Cimanggu Hasil survey diatas menunjukkan bahwa nilai aksesibilitas dan amenitas
berturut-turut adalah 59,2 dan 59,6. Nilai tersebut menunjukkan preferensi penilaian pengunjung masuk kedalam kategori antara sedang sampai cukup tinggi,
sedangkan untuk nilai atraksi adalah 62,8 termasuk kedalam kategori cukup tinggi sampai tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dari segi produk wisata
TWA Cimanggu belum dikelola secara optimal. Untuk meningkatkan tingkat kunjungan dan lama tinggal pengunjung bisa dilakukan pengelolaan terhadap
amenitas, atraksi dan aksesibiltas dalam rangka peningkatan kualitas produk wisata.
e. Dampak Ekonomi bagi Masyarakat sekitar Hutan
Pengembangan area wisata didaerah konservasi merupakan suatu strategi pemanfaatan jasa hutan untuk memberikan manfaat ekonomi bagi pengusaha atau
pengelola dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar hutan supaya mendapat manfaat ekonomi dari jasa hutan sehingga masyarakat menyadari manfaat hutan
bagi kehidupannya dan berupaya membantu dalam pelestarian hutan. TWA Cimanggu yang merupakan daerah tujuan wisata diharapkan juga dapat
memberikan manfaat tersebut. Kajian dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar hutan TWA Cimanggu telah dilakukan dengan cara melakukan wawancara
terhadap responden dan analisa data. Dari hasil survey pengusahaan TWA sebagai daerah tujuan wisata dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat hutan
antara lain sebagai pedagang tetap, pedagang tidak tetap, tenaga kerja harian seperti untuk kegiatan kebersihan, pemeliharaan sarana dan prasarana, penjaga
toilet, penyewaan tikar dan shelter. Untuk masyarakat yang bekerja sebagai pedagang tetap pendapatan
mereka perhari tergantung kepada jumlah pengunjung yang datang. Pada kondisi pengunjung ramai terutama pada hari libur pendapatan pedagang tetap berkisaran
antara Rp.150.000 sampai dengan Rp.400.000 perhari, akan tetapi pada kondisi sepi mereka bisa mendapatkan antara Rp.25.000 sampai dengan Rp.60.000
perhari. Untuk pedagang musiman pada saat pengunjung ramai mereka mendapat penghasilan antara Rp.20.000 sampai dengan Rp.50.000 perhari sedangkan pada
kondisi sepi mereka mendapatkan pendapatan antara Rp.10.000 sampai Rp.15.000 perhari. Untuk pegawai harian seperti penjaga toilet, penyewaan tikar dan shelter
dan pegawai kebersihan pendapatan mereka antara Rp.150 000 sampai dengan Rp.375.000 perbulan.
4.3.2. Dampak dan daya dukung ekologi
a. Sampah dan jenisnya
Salah satu dampak dari kegiatan wisata adalah sampah yang ditinggalkan di lokasi wisata. Jenis sampah TWA Cimanggu terdiri dari 58,9 sampah organik
dan 41,1 sampah anorganik. Sampah anorganik terdiri dari sampah plastik, pembungkus makanan, bungkus rokok, kaleng, botol minuman, dll . Jenis sampah
seperti pada Tabel 16 menyebabkan perlu adanya pengelolaan khususnya sampah anorganik yang relatif sulit untuk terdegradasi.
Tabel 16. Jenis sampah di TWA Cimanggu. No
Jenis sampah Persentase
1 Organik
58,9 2
Anorganik 41,1
Sampah plastik 20,9
Sampah Stereofoam 13,6
Bungkus rokok 4,1
Botol minuman 0,2
Kaleng minuman 0,2
Lain-lain 1,1
Prediksi jumlah sampah yang dihasilkan oleh TWA Cimanggu didapatkan dari persamaan regresi y = 0,1278 X
– 24,035 dengan R
2
= 0,99 yang menyatakan hubungan antara jumlah produksi sampah terhadap jumlah pengunjung Gambar
16. Berdasarkan persamaan tersebut maka produksi sampah setiap tahun dapat diprediksi. Berdasarkan hubungan antara jumlah pengunjung dan produksi
sampah dapat dihitung produksi sampah TWA Cimanggu setiap tahunnya seperti pada Gambar 16.
Gambar 16. Hubungan produksi sampah terhadap jumlah pengunjung