Bumi Perkemahan Tingkat Kepedulian Pengunjung terhadap Lingkungan

Tabel 6. Keadaan sarana dan prasarana di TWA Cimanggu No Jenis Fasilitas Jumlah Luas m2 Kondisi Lokasi 1 Gapura 1 6 Baik Cimanggu 2 Cottage: a. kamar b. standar c. suite d. VIP 2 4 2 2 96 144 108 120 Baik Baik Baik Baik Cimanggu 3 MCK 2 16 Baik Cimanggu 4 Shelter kolam 5 20 Baik Cimanggu 5 Shellter 3 12 Tidak baik Cimanggu 6 Bilik Sauna a. unit sauna 1 b. unit sauna II VIP 1 1 40 60 Baik Baik Cimanggu 7 Tempat ganti pakaian 1 24 Baik Cimanggu 8 Mushola 1 24 Baik Cimanggu 9 Restoran 1 40 Baik Cimanggu 10 Kios Cenderamata 5 20 Baik Cimanggu 11 Area bermain 1 Cimanggu 12 Lapangan bola Volly 1 250 Baik Cimanggu 13 Kolam renang 3 600 Baik Cimanggu 14 Lapangan parkir 2 500 Baik Cimanggu 15 Rumah dinasmess 1 60 Baik Cimanggu 16 Penangkaran rusa 1 15000 Baik Ranca upas 17 Bumi perkemahan 1 100000 Baik Ranca upas 18 Menara Pengamatan 1 Baik Ranca upas 19 Penginapan 1 Baik Ranca upas 20 Mushola 1 Baik Ranca upas 21 Pemandian 1 Baik Ranca upas 22 MCK 8 Baik Ranca upas 23 Tempat parkir 1 Baik Ranca upas 24 Warung 14 Baik Ranca upas Jumlah 1618 Sumber: Perum Perhutani 2005

4.1.3. Kependudukan

Areal TWA Cimanggu berada di Kabupaten Bandung, kecamatan Ciwidey. Berdasarkan statistik Kabupaten Bandung, kecamatan Ciwidey merupakan daerah yang tingkat kepadatannya 515,59 jiwakm 2 . Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Barat yaitu 3.092,07 km 2 . Jumlah penduduknya pada tahun 2000 berdasarkan sensus tercatat sebanyak 4.146.997 jiwa terdiri dari 2.083.225 laki-laki dan 2.063.772 jiwa perempuan. Untuk kecamatan Ciwidey luasnya adalah 198,84 km 2 dengan jumlah penduduk 101.489 jiwa.

4.1.4. Pola Penggunaan lahan

Pola penggunaan lahan dan luas masing-masing di kecamatan Ciwidey disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut lahan yang digunakan untuk pemukiman, pekarangan, sawah, ladang, empang dll tercatat sekitar 91, sedangkan lahan hutan seluas 9. Tabel 7. Pola penggunaan lahan di kecamatan Ciwidey No Penggunaan lahan Desa lebak Muncang Luas ha 1 Sawah 14.225 28,5 2 Tegalan 12.775 25,6 3 Perkebunan 6.838 13,7 4 Kolamsitu 58 0,11 5 Hutan 4.391 8,8 6 Pemukiman 11.574 23,2 7 Lain-lain 29 0,05 Jumlah 49.840 100 Sumber: BPS Kabupaten Bandung 2003

4.1.5. Kondisi perekonomian

Kecamatan Ciwidey merupakan pusat perekonomian bagi masyarakat setempat. Terdapat satu buah pasar kecamatan yang aktivitas jual belinya dilakukan setiap hari, sedangkan disetiap desa juga terdapat pasar yang aktivitasnya hanya pada hari-hari tertentu. Selain pasar kota Ciwidey juga terdapat 400 buah kiostoko untuk memenuhi kebutuhan sekunder masyarakat setempat. Dari segi mata pencaharian masyarakat kecamatan Ciwidey umumnya berprofesi sebagai petani 74,45, buruh tani 3,8, pedagang 15, PNSABRI 2 dan lainnya 0,4. Kecamatan Ciwidey juga terkenal sebagai daerah penghasil sayur-sayuran seperti kentang, kol, cabe merah, sawi dan sebagainya. Komoditi sayuran ini dipasarkan ke kota Bandung dan beberapa kota lainnya seperti Bogor dan Jakarta.

4.2. Karakteristik dan Preferensi Pengunjung

4.2.1. Jumlah Pengunjung

Dinamika jumlah pengunjung suatu area wisata dapat dijadikan salah satu indikator tingkat kepuasan pengunjung di area wisata tersebut. Apabila terjadi penambahan jumlah pengunjung dapat diindikasikan adanya pencapaian tingkat kepuasan optimum pengunjung ketika mereka berwisata di tempat tersebut. Hasil survey menunjukkan mayoritas pengunjung TWA Cimanggu datang dari daerah pulau Jawa terutama daerah Jawa Barat seperti Bandung, Cirebon, Bogor, dan luar Jawa Barat seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan kota-kota besar lainnya. Selain pengunjung domestik, TWA Cimanggu juga dikunjungi oleh wisatawan asing. Wisatawan asing yang berkunjung ke lokasi tersebut sekitar 1- 5 dari total pengunjung. Jumlah pengunjung mulai tahun 1997 sampai 2010 adalah seperti pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8. menunjukkan adanya dinamika pertumbuhan jumlah pengunjung dari tahun 1997 sampai dengan 2010. Hal tersebut dapat mengindikasikan adanya dinamika pencapaian tingkat kepuasan optimum pengunjung TWA Cimanggu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung terdiri dari atraksi, amenitas dan aksesibilitas yang mempengaruhi pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima Shelby dan Heberlein, 1986. Akan tetapi memang sulit untuk menentukan definisi pengalaman minimum yang dapat diterima pengunjung. Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu yang mempengaruhi persepsi dari pengunjung dan harapan pengunjung ketika mengunjungi TWA Cimanggu, sehingga dapat diukur nilai realtif pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima pengunjung. Tabel 8. Pengunjung TWA Cimanggu periode Tahun 1997 – 2010 Tahun Jumlah pengunjung 1997 61.314 1998 55.375 1999 75.386 2000 118.297 2001 135.160 2002 164.460 2003 114.650 2004 100.480 2005 101.519 2006 102.824 2007 77.612 2008 89567 2009 147.496 2010 64.926 Ket: Sumber Perum Perhutani 2010 Sampai dengan September 2010

4.2.2. Profil Pengunjung

Profil pengunjung TWA Cimanggu berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 9. Pengunjung TWA Cimanggu didominasi oleh pengunjung berusia remaja antara 17 – 34 tahun dan sebagian besar berasal dari Bandung dan sekitarnya. TWA Cimanggu merupakan daerah tujuan wisata yang menarik menurut pengunjung karena kondisi alam yang sejuk dan dapat terjangkau baik dari segi lokasi maupun tingkat kemahalannya dengan rentang pengeluaran untuk kegiatan rekreasi antara Rp 50.000 – Rp 300.000. Berdasarkan profil tersebut pengembangan produk wisata di TWA Cimanggu dapat diarahkan kepada produk wisata yang dapat mengakomodasi rekreasi pengunjung usia muda dan merupakan wisata untuk kegiatan keluarga atau rombongan. Dari aspek informasi produk wisata, pengunjung mendapatkan informasi tentang TWA Cimanggu sebagai daerah tujuan wisata didapatkan dari informasi orang ke orang. Bila dibandingkan dengan beberapa media promosi brosur, internet dan lainnya belum dapat dilihat keefektivitasan media tersebut untuk mendorong masyarakat datang berekreasi ke TWA Cimanggu, akan tetapi dari data pengunjung Web TWA Cimanggu, tegolong kedalam web yang banyak dikunjungi, ada 293.538 pengunjung web sampai dengan bulan Juli 2012. Tabel 9. Profil Pengunjung TWA Cimanggu No Persentase 1 Jenis Kelamin Pria 77 Wanita 23 2 Umur 17-24 Tahun 34 25-34 Tahun 32 35-44 Tahun 25 45 Tahun 9 3 Pendidikan SD 4,6 SMP 13, 6 SMA 63,6 Diploma - Sarjana 18,2 4 Asal Tempat Tinggal Kota Bandung 50 Kabupaten Bandung 36,4 Kota Jakarta 6,8 Bekasi 3 Semarang 2,3 Lampung 1,5 5 Pekerjaan Pelajarmahasiswa 15,9 PNS 9 Swasta 54,5 BUMN - Lainya 20,6 6 Penghasilan Rp 1000.000 36,4 Rp 1000.000 - 2.500.000 47,7 Rp 2.600.000 – 4.000.000 15,9 Rp 4.000.000 - 7 Pergi wisata Sendiri 2,3 Berdua 9 Rombongan 31,8 Keluarga 56,9 8 Kendaraan Angkutan umum 2,3 Motor 36,4 Mobil 31,8 Bus 29,5 Lainnya - 9 Informasi TWA Cimanggu Teman 70,5 Brosur - Internet - Travel Agent - Panduan wisata 2,3 Lainnya 27,2 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang

4.2.3. Motivasi Pengunjung

Motivasi merupakan sekumpulan tahapan untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi perilaku. Studi mengenai motivasi pengunjung suatu area wisata sangat penting karena dengan mengetahui motivasi pengunjung akan digali tujuan dari kegiatan wisata sehingga mempermudah untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung dan apabila kepuasan tercapai maka dapat menimbulkan loyalitas pengunjung Marcuzel dan Zhang 2007. Hasil pengambilan data kepada pengunjung dengan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa motivasi utama mengunjungi TWA Cimanggu adalah liburan 93, bisnis, 5, dan menikmati alam 2 Tabel 10. Frekuensi wisatawan berkunjung ke TWA Cimanggu didominasi oleh pengunjung yang lebih dari satu kali. Pengunjung yang frekuensi kunjungannya lebih dari 5 kali sebesar 38,6 dari responden. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa pengunjung TWA Cimanggu termasuk dalam kategori pengunjung yang loyal. Tabel 10. Motivasi utama mengunjungi TWA Cimanggu No Motivasi utama mengunjungi Persentase 1 Liburan 93 Bisnis 5 Menikmati alam 2 2 Frekuensi Kunjungan Pertama kali 18,2 2-3 kali 24,2 4 – 5 kali 11,4 5 kali 38,6 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang Untuk mengidentifikasi tercapainya tujuan dari kegiatan wisata, diindentifikasi juga faktor-faktor penting yang menurut pengunjung dapat meningkatkan kepuasan saat mengunjungi TWA Cimanggu. Faktor-faktor penting yang teridentifikasi antara lain kebersihan, keindahan kawasan wisata, keamanan tingkat wisata, tingkat kemurahan, budaya lokal, kemudahan transportasi, pendidikan lingkungan, perlindungan kawasan konservasi, keanekaragaman hayati. makanan lokal dan petualangan. Tabel 11. Faktor-faktor penting menurut pengunjung yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung TWA Cimanggu No Faktor Penting Persentase 1 Kebersihan area wisata 100 2 Kemudahan alat transportasi 100 3 Keindahan kawasan wisata 98 4 Keamanan 98 5 Tingkat kemurahan 98 6 Ketersediaan air 98 7 Perlindungan kawasan konservasi 91 8 Keanekaragaman hayati 89 9 Pendidikan Lingkungan 89 10 Budaya lokal 70 11 Makanan lokal 67 12 Petualangan 59 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden yang memilih point 7, 8 dan 9 yang menunjukan faktor yang tergolong penting, penting sekali dan sangat penting sekali. Dari hasil pengambilan data menunjukkan bahwa kebersihan dan kemudahan untuk mencapai TWA Cimanggu merupakan faktor pertama yang dapat meningkatkan kepuasaan pengunjung, 100 responden menyetujui bahwa kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepuasaan. Faktor yang kedua adalah keindahan kawasan, keamanan, tingkat kemurahan dan ketersediaan air merupakan faktor terbanyak kedua yang dipilih oleh responden 98 yang dapat meningkatkan tingkat kepuasaan berkunjung. Berdasarkan hasil data kuesioner tersebut maka pengelola perlu memperhatikannya sebagai strategi dalam peningkatan pelayanan dan peningkatan kepuasaan pengunjung.

4.3. Kajian Dampak kegiatan Wisata Alam dan Daya Dukung TWA

Cimanggu Taman wisata alam TWA Cimanggu merupakan area konservasi yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Diharapkan pemanfaatan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pengelola dan masyarakat sekitar tanpa mengurangi peranan TWA Cimanggu sebagai area konservasi yang berfungsi sebagai penunjang kehidupan. Perkembangan TWA Cimanggu sebagai salah satu tujuan wisata dikhawatirkan tidak hanya memberikan dampak positif akan tetapi dapat pula memberikan dampak negatif apabila pemanfaatannya melebihi daya dukung kawasan. Di bidang pariwisata, Cooper et al. 1993 memberikan penjelasan tentang daya dukung sebagai konsep yang luas dan bersifat dinamis. Daya dukung sebuah kawasan wisata didefinisikannya sebagai level kehadiran wisatawan yang menimbulkan dampak pada masyarakat setempat, lingkungan, dan ekonomi yang masih dapat ditoleransi baik oleh masyarakat maupun wisatawan itu sendiri dan memberikan jaminan sustainability pada masa mendatang. Cooper et al. 1993 lebih memberi tekanan pada kehadiran wisatawan dari pada jumlah wisatawan, karena menurutnya level kehadiran lebih tepat dipakai sebagai pendekatan bagi sejumlah faktor seperti lama tinggal length of stay, karakteristik wisatawan, konsentrasi wisatawan pada lokasi geografis tertentu dan derajat musiman kunjungan wisatawan. Konsep daya dukung obyek wisata juga dikemukakan oleh Mathieson dan Wall 1982 yakni bahwa daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal kawasan obyek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara “maksimum” tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Penggunaan kata “maksimum” pada definisi di atas dinilai memiliki tendensi makna yang sama dengan kata “optimum” pada definisi Soemarwoto 1997 karena adanya batasan “tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan”. Hal ini berarti bahwa daya dukung obyek wisata menurut konsep Mathieson Wall 1982 berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul. Pengelompokan wisatawan untuk menikmati suatu produk wisata pada tempat dan waktu tertentu dapat dijadikan informasi mengenai daya dukung obyek wisata. Dengan kata lain daya dukung obyek wisata dimanifestasikan pada banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu obyek wisata per satuan luas per satuan waktu dengan catatan baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu yang tidak merata Soemarwoto, 1997. Dengan demikian daya dukung obyek wisata selain ditentukan oleh tujuan wisatawan juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik obyek wisata. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga berperan pada pelestarian daya dukung. Pada kunjungannya ke suatu obyek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah istirahatberjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan belajarmengamatimeneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual seseorang diharapkan dapat pulih kembali. Lingkungan biofisik obyek wisata terdiri dari berbagai macam komponen biologi dan fisik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biologi misalnya flora dan fauna. Komponen fisik misalnya topografi, keadaan tanah, iklim faktor iklim yang paling berpengaruh pada kunjungan wisatawan adalah suhu, sarana dan prasarana, luas efektif kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan. Interaksi antar komponen lingkungan biofisik tersebut membentuk suatu ekosistem yang sangat menentukan tinggi-rendahnya daya dukung obyek wisata. Menurut Soemarwoto 1997, ekosistem yang kuat daya dukung tinggi dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan konsep daya dukung pariwisata diatas bisa disimpulkan bahwa daya dukung pariwisata bukanlah hanya angka yang merupakan jumlah wisatawan yang dapat mengunjungi area wisata pada satuan area dan waktu tertentu, daya dukung pariwisata tidak bersifat daya dukung tunggal akan tetapi terdiri dari beberapa nilai daya dukung yang bersifat dinamis yang saling berinteraksi dalam sistem Mc Cool dan Lime, 2001. Penentuan seberapa besar daya dukung suatu tujuan wisata ditentukan berdasarkan penilaian secara sosial yaitu oleh pemegang kebijakan pengelola yang didasarkan dari tujuan pengelolaan area wisata tersebut dan pertimbangan perubahan yang diperbolehkan terhadap komponen sosial, ekonomi dan biologi.

4.3.1. Komponen daya dukung sosial TWA Cimanggu

Dalam penentuan daya dukung sosial TWA Cimanggu, ada beberapa komponen yang mempengaruhi antara lain seperti yang di sampaikan oleh Caldwell 1990 yang dirangkum kedalam 4 pertanyaan yaitu: 1 Pengalaman apa yang akan diberikan? 2 Sistem nilai apa yang akan digunakan untuk mengestimasi daya dukung? 3 Kondisi perubahan sampai tingkatan apa yang masih ditoleransi? dan 4 Trade off apa yang dapat dilakukan diantara tujuan pengelolaan yang telah dibuat? Berdasarkan kajian tersebut ada beberapa komponen yang perlu diidentifikasi dan dielaborasi sebagai bahan untuk menentukan daya dukung sosial TWA Cimanggu. Beberapa komponen tersebut antara lain adalah berhubungan dengan karakteristik dan motivasi pengunjung, produk wisata yang dijual, preferensi dan pengalaman pengunjung, pengelolaan oleh manajemen dan komponen-komponen yang berperan untuk mencapai tujuan manajemen. Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai karakteristik pengunjung yang terdiri dari jumlah pengunjung, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, motivasi berkunjung dan komponen-komponen yang menentukan kepuasan berkunjung. Pada bagian ini akan dibahas mengenai persepsi pengunjung terhadap lingkungan, tingkat kepadatan, dan produk wisata.

a. Tingkat Kepedulian Pengunjung terhadap Lingkungan

Tingkat kepedulian pengunjung terhadap lingkungan kawasan wisata merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan keberlanjutan kawasan wisata. Faktor-faktor penting yang telah disampaikan pada Tabel 12 merupakan isu lingkungan yang dapat berperan kepada peningkatan kepuasan pengunjung. Berdasarkan faktor penting tersebut pengunjung mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang terjadi di TWA Cimanggu. Ada beberapa faktor yang menjadi perhatian responden antara lain: sampah, kesediaan air, polusi udara, polusi air, polusi suara, kerusakan hutan, longsor, bangunan kawasan hutan, kehilangan keanekaragaman hayati dan populasi hewan yang dilindungi. Hasil survey menunjukkan bahwa menurut pengunjung permasalahan sampah menjadi permasalahan utama 63,6 dan yang kedua adalah polusi air 47,7. Secara rinci urutan permasalahan lingkungan seperti pada Tabel 12. Berdasarkan data tersebut maka pengelola perlu melakukan identifikasi permasalahan tersebut dilapangan sebagai tindakan preventif permasalahan yang mungkin muncul yang dapat mengurangi tingkat kepuasaan pengunjung. Sehingga pengelola dapat mengembangkan strategi meminimisasi dampak yang mungkin akan terjadi dikemudian hari. Tabel 12. Permasalahan lingkungan di TWACimanggu menurut pengunjung TWA Cimanggu No Permasalahan Persentase 1 Sampah 63,6 2 Polusi Air 47,7 3 Kesediaan Air 34,1 4 Bangunan di kawasan hutan 31,8 5 Kehilangan keanekaragaman hayati 31,8 6 Kerusakan hutan 25 7 Populasi hewan dilindungi 22,7 8 Longsor 18,2 9 Polusi suara 9,1 10 Polusi udara 6,8 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang

b. Kesediaan membayar untuk lingkungan

Motivasi dan tingkat kepedulian pengunjung terhadap lingkungan merupakan faktor yang berperan terhadap keberlanjutan tujuan wisata. Salah satu bentuk kepedulian tersebut adalah kesediaan membayar lebih untuk kelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Pembayaran melalui pertambahan nilai uang yang harus dibayar berupa pajak untuk pelestarian. Kesediaan membayar ditanyakan kepada responden dan dari hasil survey menunjukkan bahwa 100 responden bersedia membayar lebih dari harga tiket untuk pelestarian lingkungan dengan besaran seperti pada Tabel 13. Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa kesediaan membayar tambahan pajak untuk perlindungan lingkungan masih rendah hanya 1- 5 dari harga tiket masuk 45,5, hal tersebut sesuai dengan persepsi siapa yang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam pelestarian dan pengelolaan TWA Cimanggu. Tabel 13. Kesedian pengunjung membayar pajak tambahan untuk pelestarian lingkungan Kesediaan membayar tambahan pajak untuk perlindungan lingkungan Persentase dari tiket 1-5 5-10 10-25 25-50 50-75 75-100 100 Persentase Responden 45,5 25 6,8 15,9 4,5 2,3 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang Hasil survey menunjukkan bahwa semua responden menyatakan pengunjung harus berkontribusi untuk menjaga lingkungan, meskipun secara lembaga ada lembaga-lembaga yang khusus bertanggung jawab atas keberlanjutan TWA Cimanggu, seperti Perum Perhutani, BKSDA, pemerintah kabupaten Bandung, dll. Menurut responden yang mempunyai tanggung jawab utama menjaga kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu adalah pemerintah propinsi Jawa Barat 31,8, yang kedua adalah pemerintah kabupaten Bandung 27,2, dan yang ketiga adalah pengunjung 31,8. Secara rinci tentang yang bertanggung jawab akan kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu seperti pada Tabel 14. Tabel 14. Stake holder yang bertanggung jawab atas kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu menurut pengunjung. No Pemangku Kepentingan Yang paling tanggung jawab Pertama Kedua Ketiga 1 Propinsi Jawa Barat 31,8 6,8 6,8 2 Pemerintahan Kabupaten Bandung 11,4 27,3 6,8 3 Pengunjung 6,8 18,2 31,8 4 Departemen Kehutanan 20,5 2,3 2,3 5 PT Perhutani 15,9 9,1 6 BKSDA 4,5 18,3 6,8 7 LSM 6,8 13,6 6,8 8 Lembaga Internasional 2,3 9 Masyarakat lokal 2,3 11,4 29,5 Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang Berdasarkan data pada Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan bahwa kesadaran pengunjung untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan kawasan wisata sudah disadari akan tetapi untuk implementasi masih ada keengganan dari pengunjung untuk berkontribusi lebih karena adanya harapan bahwa lembaga- lembaga yang bertanggung jawab langsung untuk pengelolaan dan pelestarian TWA Cimanggu yang harus berperan lebih banyak. Pengetahuan mengenai kelembagaan yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengelola TWA Cimanggu masih relatif rendah menunjukkan bahwa kepedulian pengunjung terhadap TWA Cimanggu perlu ditingkatkan dengan adanya program edukasi.