Tabel 6. Keadaan sarana dan prasarana di TWA Cimanggu No
Jenis Fasilitas Jumlah
Luas m2
Kondisi Lokasi 1
Gapura 1
6 Baik
Cimanggu 2
Cottage: a. kamar
b. standar c. suite
d. VIP 2
4 2
2 96
144 108
120 Baik
Baik Baik
Baik Cimanggu
3 MCK
2 16
Baik Cimanggu
4 Shelter kolam
5 20
Baik Cimanggu
5 Shellter
3 12
Tidak baik
Cimanggu 6
Bilik Sauna a. unit sauna 1
b. unit sauna II VIP 1
1 40
60 Baik
Baik Cimanggu
7 Tempat ganti pakaian
1 24
Baik Cimanggu
8 Mushola
1 24
Baik Cimanggu
9 Restoran
1 40
Baik Cimanggu
10 Kios Cenderamata
5 20
Baik Cimanggu
11 Area bermain
1 Cimanggu
12 Lapangan bola Volly
1 250
Baik Cimanggu
13 Kolam renang
3 600
Baik Cimanggu
14 Lapangan parkir
2 500
Baik Cimanggu
15 Rumah dinasmess
1 60
Baik Cimanggu
16 Penangkaran rusa
1 15000
Baik Ranca upas
17 Bumi perkemahan
1 100000
Baik Ranca upas
18 Menara Pengamatan
1 Baik
Ranca upas 19
Penginapan 1
Baik Ranca upas
20 Mushola
1 Baik
Ranca upas 21
Pemandian 1
Baik Ranca upas
22 MCK
8 Baik
Ranca upas 23
Tempat parkir 1
Baik Ranca upas
24 Warung
14 Baik
Ranca upas Jumlah
1618
Sumber: Perum Perhutani 2005
4.1.3. Kependudukan
Areal TWA Cimanggu berada di Kabupaten Bandung, kecamatan Ciwidey. Berdasarkan statistik Kabupaten Bandung, kecamatan Ciwidey merupakan daerah
yang tingkat kepadatannya 515,59 jiwakm
2
. Kabupaten Bandung merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Barat yaitu 3.092,07 km
2
. Jumlah penduduknya pada tahun 2000 berdasarkan sensus tercatat sebanyak 4.146.997
jiwa terdiri dari 2.083.225 laki-laki dan 2.063.772 jiwa perempuan. Untuk
kecamatan Ciwidey luasnya adalah 198,84 km
2
dengan jumlah penduduk 101.489 jiwa.
4.1.4. Pola Penggunaan lahan
Pola penggunaan lahan dan luas masing-masing di kecamatan Ciwidey disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan tabel tersebut lahan yang digunakan untuk
pemukiman, pekarangan, sawah, ladang, empang dll tercatat sekitar 91, sedangkan lahan hutan seluas 9.
Tabel 7. Pola penggunaan lahan di kecamatan Ciwidey No
Penggunaan lahan Desa lebak Muncang
Luas ha 1
Sawah 14.225
28,5 2
Tegalan 12.775
25,6 3
Perkebunan 6.838
13,7 4
Kolamsitu 58
0,11 5
Hutan 4.391
8,8 6
Pemukiman 11.574
23,2 7
Lain-lain 29
0,05 Jumlah
49.840 100
Sumber: BPS Kabupaten Bandung 2003
4.1.5. Kondisi perekonomian
Kecamatan Ciwidey merupakan pusat perekonomian bagi masyarakat setempat. Terdapat satu buah pasar kecamatan yang aktivitas jual belinya
dilakukan setiap hari, sedangkan disetiap desa juga terdapat pasar yang aktivitasnya hanya pada hari-hari tertentu. Selain pasar kota Ciwidey juga terdapat
400 buah kiostoko untuk memenuhi kebutuhan sekunder masyarakat setempat. Dari segi mata pencaharian masyarakat kecamatan Ciwidey umumnya
berprofesi sebagai petani 74,45, buruh tani 3,8, pedagang 15, PNSABRI 2 dan lainnya 0,4. Kecamatan Ciwidey juga terkenal sebagai
daerah penghasil sayur-sayuran seperti kentang, kol, cabe merah, sawi dan sebagainya. Komoditi sayuran ini dipasarkan ke kota Bandung dan beberapa kota
lainnya seperti Bogor dan Jakarta.
4.2. Karakteristik dan Preferensi Pengunjung
4.2.1. Jumlah Pengunjung
Dinamika jumlah pengunjung suatu area wisata dapat dijadikan salah satu indikator tingkat kepuasan pengunjung di area wisata tersebut. Apabila terjadi
penambahan jumlah pengunjung dapat diindikasikan adanya pencapaian tingkat kepuasan optimum pengunjung ketika mereka berwisata di tempat tersebut. Hasil
survey menunjukkan mayoritas pengunjung TWA Cimanggu datang dari daerah pulau Jawa terutama daerah Jawa Barat seperti Bandung, Cirebon, Bogor, dan luar
Jawa Barat seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan kota-kota besar lainnya. Selain pengunjung domestik, TWA Cimanggu juga dikunjungi oleh wisatawan
asing. Wisatawan asing yang berkunjung ke lokasi tersebut sekitar 1- 5 dari total pengunjung. Jumlah pengunjung mulai tahun 1997 sampai 2010 adalah
seperti pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8. menunjukkan adanya dinamika pertumbuhan jumlah
pengunjung dari tahun 1997 sampai dengan 2010. Hal tersebut dapat mengindikasikan adanya dinamika pencapaian tingkat kepuasan optimum
pengunjung TWA Cimanggu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung terdiri dari atraksi, amenitas dan aksesibilitas yang
mempengaruhi pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima Shelby dan Heberlein, 1986. Akan tetapi memang sulit untuk menentukan definisi
pengalaman minimum yang dapat diterima pengunjung. Oleh karena itu perlu diidentifikasi isu-isu yang mempengaruhi persepsi dari pengunjung dan harapan
pengunjung ketika mengunjungi TWA Cimanggu, sehingga dapat diukur nilai realtif pengalaman rekreasi minimum yang dapat diterima pengunjung.
Tabel 8. Pengunjung TWA Cimanggu periode Tahun 1997 – 2010
Tahun Jumlah
pengunjung 1997
61.314 1998
55.375 1999
75.386 2000
118.297 2001
135.160 2002
164.460 2003
114.650 2004
100.480 2005
101.519 2006
102.824 2007
77.612 2008
89567 2009
147.496 2010
64.926
Ket: Sumber Perum Perhutani 2010 Sampai dengan September 2010
4.2.2. Profil Pengunjung
Profil pengunjung TWA Cimanggu berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 9. Pengunjung TWA Cimanggu
didominasi oleh pengunjung berusia remaja antara 17 – 34 tahun dan sebagian
besar berasal dari Bandung dan sekitarnya. TWA Cimanggu merupakan daerah tujuan wisata yang menarik menurut pengunjung karena kondisi alam yang sejuk
dan dapat terjangkau baik dari segi lokasi maupun tingkat kemahalannya dengan rentang pengeluaran untuk kegiatan rekreasi antara Rp 50.000
– Rp 300.000. Berdasarkan profil tersebut pengembangan produk wisata di TWA
Cimanggu dapat diarahkan kepada produk wisata yang dapat mengakomodasi rekreasi pengunjung usia muda dan merupakan wisata untuk kegiatan keluarga
atau rombongan. Dari aspek informasi produk wisata, pengunjung mendapatkan informasi tentang TWA Cimanggu sebagai daerah tujuan wisata didapatkan dari
informasi orang ke orang. Bila dibandingkan dengan beberapa media promosi brosur, internet dan lainnya belum dapat dilihat keefektivitasan media tersebut
untuk mendorong masyarakat datang berekreasi ke TWA Cimanggu, akan tetapi dari data pengunjung Web TWA Cimanggu, tegolong kedalam web yang banyak
dikunjungi, ada 293.538 pengunjung web sampai dengan bulan Juli 2012.
Tabel 9. Profil Pengunjung TWA Cimanggu No
Persentase 1
Jenis Kelamin
Pria 77
Wanita 23
2 Umur
17-24 Tahun 34
25-34 Tahun 32
35-44 Tahun 25
45 Tahun 9
3 Pendidikan
SD 4,6
SMP 13, 6
SMA 63,6
Diploma -
Sarjana 18,2
4 Asal
Tempat Tinggal
Kota Bandung 50
Kabupaten Bandung 36,4
Kota Jakarta 6,8
Bekasi 3
Semarang 2,3
Lampung 1,5
5 Pekerjaan
Pelajarmahasiswa 15,9
PNS 9
Swasta 54,5
BUMN -
Lainya 20,6
6 Penghasilan Rp 1000.000
36,4 Rp 1000.000 - 2.500.000
47,7 Rp 2.600.000
– 4.000.000 15,9
Rp 4.000.000 -
7 Pergi wisata Sendiri
2,3 Berdua
9 Rombongan
31,8 Keluarga
56,9 8
Kendaraan Angkutan umum
2,3 Motor
36,4 Mobil
31,8 Bus
29,5 Lainnya
- 9
Informasi TWA
Cimanggu Teman
70,5 Brosur
- Internet
- Travel Agent
- Panduan wisata
2,3 Lainnya
27,2
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang
4.2.3. Motivasi Pengunjung
Motivasi merupakan sekumpulan tahapan untuk mencapai tujuan dan mempengaruhi perilaku. Studi mengenai motivasi pengunjung suatu area wisata
sangat penting karena dengan mengetahui motivasi pengunjung akan digali tujuan dari kegiatan wisata sehingga mempermudah untuk memberikan kepuasan bagi
pengunjung dan apabila kepuasan tercapai maka dapat menimbulkan loyalitas pengunjung Marcuzel dan Zhang 2007.
Hasil pengambilan data kepada pengunjung dengan menggunakan kuesioner menunjukkan bahwa motivasi utama mengunjungi TWA Cimanggu
adalah liburan 93, bisnis, 5, dan menikmati alam 2 Tabel 10. Frekuensi wisatawan berkunjung ke TWA Cimanggu didominasi oleh pengunjung
yang lebih dari satu kali. Pengunjung yang frekuensi kunjungannya lebih dari 5 kali sebesar 38,6 dari responden. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa
pengunjung TWA Cimanggu termasuk dalam kategori pengunjung yang loyal.
Tabel 10. Motivasi utama mengunjungi TWA Cimanggu No
Motivasi utama mengunjungi Persentase
1 Liburan
93 Bisnis
5 Menikmati alam
2 2
Frekuensi Kunjungan Pertama kali
18,2 2-3 kali
24,2 4
– 5 kali 11,4
5 kali 38,6
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang
Untuk mengidentifikasi tercapainya tujuan dari kegiatan wisata, diindentifikasi juga faktor-faktor penting yang menurut pengunjung dapat
meningkatkan kepuasan saat mengunjungi TWA Cimanggu. Faktor-faktor penting yang teridentifikasi antara lain kebersihan, keindahan kawasan wisata, keamanan
tingkat wisata, tingkat kemurahan, budaya lokal, kemudahan transportasi, pendidikan lingkungan, perlindungan kawasan konservasi, keanekaragaman
hayati. makanan lokal dan petualangan.
Tabel 11. Faktor-faktor penting menurut pengunjung yang dapat meningkatkan tingkat kepuasan pengunjung TWA Cimanggu
No Faktor Penting
Persentase 1
Kebersihan area wisata 100
2 Kemudahan alat transportasi
100 3
Keindahan kawasan wisata 98
4 Keamanan
98 5
Tingkat kemurahan 98
6 Ketersediaan air
98 7
Perlindungan kawasan konservasi 91
8 Keanekaragaman hayati
89 9
Pendidikan Lingkungan 89
10 Budaya lokal
70 11
Makanan lokal 67
12 Petualangan
59
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden yang memilih point 7, 8 dan 9 yang menunjukan faktor yang tergolong penting, penting sekali dan sangat penting
sekali.
Dari hasil pengambilan data menunjukkan bahwa kebersihan dan kemudahan untuk mencapai TWA Cimanggu merupakan faktor pertama yang dapat
meningkatkan kepuasaan pengunjung, 100 responden menyetujui bahwa kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepuasaan. Faktor yang
kedua adalah keindahan kawasan, keamanan, tingkat kemurahan dan ketersediaan air merupakan faktor terbanyak kedua yang dipilih oleh responden 98 yang
dapat meningkatkan tingkat kepuasaan berkunjung. Berdasarkan hasil data kuesioner tersebut maka pengelola perlu memperhatikannya sebagai strategi
dalam peningkatan pelayanan dan peningkatan kepuasaan pengunjung.
4.3. Kajian Dampak kegiatan Wisata Alam dan Daya Dukung TWA
Cimanggu Taman wisata alam TWA Cimanggu merupakan area konservasi yang
dimanfaatkan untuk kegiatan wisata. Diharapkan pemanfaatan tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi bagi pengelola dan masyarakat sekitar tanpa
mengurangi peranan TWA Cimanggu sebagai area konservasi yang berfungsi sebagai penunjang kehidupan. Perkembangan TWA Cimanggu sebagai salah satu
tujuan wisata dikhawatirkan tidak hanya memberikan dampak positif akan tetapi dapat pula memberikan dampak negatif apabila pemanfaatannya melebihi daya
dukung kawasan.
Di bidang pariwisata, Cooper et al. 1993 memberikan penjelasan tentang daya dukung sebagai konsep yang luas dan bersifat dinamis. Daya dukung
sebuah kawasan wisata didefinisikannya sebagai level kehadiran wisatawan yang menimbulkan dampak pada masyarakat setempat, lingkungan, dan ekonomi yang
masih dapat ditoleransi baik oleh masyarakat maupun wisatawan itu sendiri dan memberikan jaminan sustainability pada masa mendatang. Cooper et al. 1993
lebih memberi tekanan pada kehadiran wisatawan dari pada jumlah wisatawan, karena menurutnya level kehadiran lebih tepat dipakai sebagai pendekatan bagi
sejumlah faktor seperti lama tinggal length of stay, karakteristik wisatawan, konsentrasi wisatawan pada lokasi geografis tertentu dan derajat musiman
kunjungan wisatawan. Konsep daya dukung obyek wisata juga dikemukakan oleh Mathieson dan
Wall 1982 yakni bahwa daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal kawasan obyek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara
“maksimum” tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata.
Penggunaan kata “maksimum” pada definisi di atas dinilai memiliki tendensi makna yang sama dengan
kata “optimum” pada definisi Soemarwoto 1997 karena adanya batasan “tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh
wisatawan”. Hal ini berarti bahwa daya dukung obyek wisata menurut konsep
Mathieson Wall 1982 berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul.
Pengelompokan wisatawan untuk menikmati suatu produk wisata pada tempat dan waktu tertentu dapat dijadikan informasi mengenai daya dukung
obyek wisata. Dengan kata lain daya dukung obyek wisata dimanifestasikan pada banyaknya wisatawan yang berkunjung pada suatu obyek wisata per satuan luas
per satuan waktu dengan catatan baik luas maupun waktu umumnya tidak dapat dirata-ratakan karena penyebaran wisatawan dalam ruang dan waktu yang tidak
merata Soemarwoto, 1997. Dengan demikian daya dukung obyek wisata selain ditentukan oleh tujuan
wisatawan juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik obyek wisata. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga berperan pada pelestarian
daya dukung. Pada kunjungannya ke suatu obyek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah
istirahatberjalan santai,
berkemah, mendaki
gunung, dan
belajarmengamatimeneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan
hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual seseorang diharapkan dapat pulih kembali. Lingkungan biofisik obyek wisata
terdiri dari berbagai macam komponen biologi dan fisik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biologi misalnya flora dan fauna. Komponen fisik
misalnya topografi, keadaan tanah, iklim faktor iklim yang paling berpengaruh pada kunjungan wisatawan adalah suhu, sarana dan prasarana, luas efektif
kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan.
Interaksi antar komponen lingkungan biofisik tersebut membentuk suatu ekosistem yang sangat menentukan tinggi-rendahnya daya dukung obyek wisata.
Menurut Soemarwoto 1997, ekosistem yang kuat daya dukung tinggi dapat menerima wisatawan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan konsep daya dukung
pariwisata diatas bisa disimpulkan bahwa daya dukung pariwisata bukanlah hanya angka yang merupakan jumlah wisatawan yang dapat mengunjungi area wisata
pada satuan area dan waktu tertentu, daya dukung pariwisata tidak bersifat daya dukung tunggal akan tetapi terdiri dari beberapa nilai daya dukung yang bersifat
dinamis yang saling berinteraksi dalam sistem Mc Cool dan Lime, 2001. Penentuan seberapa besar daya dukung suatu tujuan wisata ditentukan
berdasarkan penilaian secara sosial yaitu oleh pemegang kebijakan pengelola yang didasarkan dari tujuan pengelolaan area wisata tersebut dan pertimbangan
perubahan yang diperbolehkan terhadap komponen sosial, ekonomi dan biologi.
4.3.1. Komponen daya dukung sosial TWA Cimanggu
Dalam penentuan daya dukung sosial TWA Cimanggu, ada beberapa komponen yang mempengaruhi antara lain seperti yang di sampaikan oleh
Caldwell 1990 yang dirangkum kedalam 4 pertanyaan yaitu: 1 Pengalaman apa yang akan diberikan? 2 Sistem nilai apa yang akan digunakan untuk
mengestimasi daya dukung? 3 Kondisi perubahan sampai tingkatan apa yang
masih ditoleransi? dan 4 Trade off apa yang dapat dilakukan diantara tujuan pengelolaan yang telah dibuat? Berdasarkan kajian tersebut ada beberapa
komponen yang perlu diidentifikasi dan dielaborasi sebagai bahan untuk menentukan daya dukung sosial TWA Cimanggu. Beberapa komponen tersebut
antara lain adalah berhubungan dengan karakteristik dan motivasi pengunjung, produk wisata yang dijual, preferensi dan pengalaman pengunjung, pengelolaan
oleh manajemen dan komponen-komponen yang berperan untuk mencapai tujuan manajemen. Pada sub bab sebelumnya telah dibahas mengenai karakteristik
pengunjung yang terdiri dari jumlah pengunjung, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, motivasi berkunjung dan komponen-komponen yang menentukan
kepuasan berkunjung. Pada bagian ini akan dibahas mengenai persepsi pengunjung terhadap lingkungan, tingkat kepadatan, dan produk wisata.
a. Tingkat Kepedulian Pengunjung terhadap Lingkungan
Tingkat kepedulian pengunjung terhadap lingkungan kawasan wisata merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan keberlanjutan kawasan
wisata. Faktor-faktor penting yang telah disampaikan pada Tabel 12 merupakan isu lingkungan yang dapat berperan kepada peningkatan kepuasan pengunjung.
Berdasarkan faktor penting tersebut pengunjung mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang terjadi di TWA Cimanggu. Ada beberapa faktor yang menjadi
perhatian responden antara lain: sampah, kesediaan air, polusi udara, polusi air, polusi suara, kerusakan hutan, longsor, bangunan kawasan hutan, kehilangan
keanekaragaman hayati dan populasi hewan yang dilindungi. Hasil survey menunjukkan bahwa menurut pengunjung permasalahan
sampah menjadi permasalahan utama 63,6 dan yang kedua adalah polusi air 47,7. Secara rinci urutan permasalahan lingkungan seperti pada Tabel 12.
Berdasarkan data tersebut maka pengelola perlu melakukan identifikasi permasalahan tersebut dilapangan sebagai tindakan preventif permasalahan yang
mungkin muncul yang dapat mengurangi tingkat kepuasaan pengunjung. Sehingga pengelola dapat mengembangkan strategi meminimisasi dampak yang
mungkin akan terjadi dikemudian hari.
Tabel 12. Permasalahan lingkungan di TWACimanggu menurut pengunjung TWA Cimanggu
No Permasalahan
Persentase 1
Sampah 63,6
2 Polusi Air
47,7 3
Kesediaan Air 34,1
4 Bangunan di kawasan hutan
31,8 5
Kehilangan keanekaragaman
hayati 31,8
6 Kerusakan hutan
25 7
Populasi hewan dilindungi 22,7
8 Longsor
18,2 9
Polusi suara 9,1
10 Polusi udara
6,8
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang
b. Kesediaan membayar untuk lingkungan
Motivasi dan tingkat kepedulian pengunjung terhadap lingkungan merupakan faktor yang berperan terhadap keberlanjutan tujuan wisata. Salah satu
bentuk kepedulian tersebut adalah kesediaan membayar lebih untuk kelestarian dan keberlanjutan lingkungan. Pembayaran melalui pertambahan nilai uang yang
harus dibayar berupa pajak untuk pelestarian. Kesediaan membayar ditanyakan kepada responden dan dari hasil survey menunjukkan bahwa 100 responden
bersedia membayar lebih dari harga tiket untuk pelestarian lingkungan dengan besaran seperti pada Tabel 13. Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa kesediaan
membayar tambahan pajak untuk perlindungan lingkungan masih rendah hanya 1- 5 dari harga tiket masuk 45,5, hal tersebut sesuai dengan persepsi siapa yang
mempunyai tanggung jawab terbesar dalam pelestarian dan pengelolaan TWA Cimanggu.
Tabel 13. Kesedian pengunjung membayar pajak tambahan untuk pelestarian lingkungan
Kesediaan membayar tambahan pajak untuk perlindungan lingkungan
Persentase dari tiket
1-5 5-10
10-25 25-50
50-75 75-100
100 Persentase
Responden 45,5
25 6,8
15,9 4,5
2,3
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang
Hasil survey menunjukkan bahwa semua responden menyatakan pengunjung harus berkontribusi untuk menjaga lingkungan, meskipun secara
lembaga ada lembaga-lembaga yang khusus bertanggung jawab atas keberlanjutan TWA Cimanggu, seperti Perum Perhutani, BKSDA, pemerintah kabupaten
Bandung, dll. Menurut responden yang mempunyai tanggung jawab utama menjaga kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu adalah pemerintah
propinsi Jawa Barat 31,8, yang kedua adalah pemerintah kabupaten Bandung 27,2, dan yang ketiga adalah pengunjung 31,8. Secara rinci tentang yang
bertanggung jawab akan kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Stake holder yang bertanggung jawab atas kelestarian dan keberlanjutan TWA Cimanggu menurut pengunjung.
No Pemangku Kepentingan
Yang paling tanggung jawab Pertama
Kedua Ketiga
1 Propinsi Jawa Barat
31,8 6,8
6,8 2
Pemerintahan Kabupaten Bandung 11,4
27,3 6,8
3 Pengunjung
6,8 18,2
31,8 4
Departemen Kehutanan 20,5
2,3 2,3
5 PT Perhutani
15,9 9,1
6 BKSDA
4,5 18,3
6,8 7
LSM 6,8
13,6 6,8
8 Lembaga Internasional
2,3 9
Masyarakat lokal 2,3
11,4 29,5
Catatan: Persentase menunjukkan jumlah responden n = 132 orang
Berdasarkan data pada Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukkan bahwa kesadaran pengunjung untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan kawasan
wisata sudah disadari akan tetapi untuk implementasi masih ada keengganan dari pengunjung untuk berkontribusi lebih karena adanya harapan bahwa lembaga-
lembaga yang bertanggung jawab langsung untuk pengelolaan dan pelestarian TWA Cimanggu yang harus berperan lebih banyak. Pengetahuan mengenai
kelembagaan yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengelola TWA Cimanggu masih relatif rendah menunjukkan bahwa kepedulian pengunjung
terhadap TWA Cimanggu perlu ditingkatkan dengan adanya program edukasi.