BP : Beban pencemaran Q : Debit sungai m3detik
C : Konsentrasi limbah parameter ke-i mgl Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat fungsi korelasi
antara konsentrasi masing-masing parameter limbah dititik pembuangan limbah dengan total beban pencemaran di titik outlet kawasan TWA Cimanggu. Titik
perpotongan dengan garis nilai baku untuk setiap parameter disebut dengan kapasitas asimilasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencemaran dihilir
sungai secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: y = fx………………………………………………………………………2
Secara matematis persamaan regresi linier dapat di tulis: y = a + bx.........................................................................................................3
dimana: x : parameter sungai
y : nilai parameter di sungai bagian hilir a : nilai tengahrataan umum
b : koefisien regresi untuk parameter di outlet
b. Pengukuran parameter makrobenthos dan plankton
Pencuplikan sampel makrobenthos dilakukan dengan menggunakan jaring surber dengan metode taveling kicknet. Semua makrobenthos yang tercuplik
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop stereo. Setelah diidentifikasi ditentukan
indek keanekaragaman Shanon winener H’, kemerataan dengan formulasi Pielou Odum, 1971, dan kelimpahannya. Untuk sampel fitoplankton
diambil dengan jaring plankton dan dilakukan pengukuran kelimpahan mengunakan metode sapuan diatas gelas objek Segwik Rafter. Kelimpahan
dinyatakan dalam satuan selliter. Parametar lain yang diukur adalah indek keanekaragaman Shannon Wiener H’, indek kemerataan dan indek dominansi.
c. Pengukuran parameter sampah dan lahan
Analisis pencemaran tanah dilakukan secara deskripsi menganalisis jenis sampah, jumlah sampah dan kemampuan pengelola untuk mengatasi
permasalahan sampah. Parameter pelestarian kawasan yang dianalisis terdiri dari
2 dua parameter yaitu luas pemanfaatan lahan dan stok karbon yang hilang dari perubahan lahan. Analisis pemanfaatan lahan di lakukan dengan menganalisis
data pemanfaatan lahan TWA Cimanggu untuk fasilitas wisata, lahan komersil, lahan untuk kegiatan wisata alam, dan peruntukan lainnya. Pengukuran stok
karbon didasarkan kepada produktivitas lahan dan estimasi biomassa dengan menggunakan persamaan allometric.
Tabel 5. Estimasi biomasa pohon menggunakan persamaan allometric Jenis Pohon
Estimasi Biomasa Pohon, kgpohon
Pohon bercabang BK = 0.11 ρ D
2.62
Pohon tidak bercabang BK = π ρ H D
2
40 Sengon
BK = 0.0272 D
2.831
Pinus BK = 0.0417 D
2.6576
Sumber: Hairiah Rahayu 2007
Keterangan: BK = berat kering; D = diameter pohon, cm;
π = 3.14; H = tinggi pohon, cm;
ρ = BJ kayu, g cm
-3
3.5.4. Keberlanjutan ekonomi
Jenis data yang diperlukan merupakan data primer dan sekunder. Data primer dikoleksi dari hasil wawancara dan kuesioner kepada pengelola TWA
Cimanggu, masyarakat dan pengunjung, sedangkan data sekunder dikoleksi dari database pengelola TWA Cimanggu. Data terdiri dari nilai investasi, pendapatan,
pengeluaran, dan pajak.
3.5.5.Pengembangan model dinamis
Berdasarkan UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa Taman Wisata Alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan dapat di manfaatkan untuk
kegiatan wisata alam. Berdasarkan hal tersebut maka kunci dari kelestarian kawasan adalah pemanfaatan lahan dan daya dukung lingkungan. Ada 4 submodel
yang akan dikembangkan pada model pengelolaan TWA Cimanggu yaitu: Submodel pencemaran adalah submodel penyangga ekosistem yang mampu
mengatasi dampak dari kegiatan wisata. Kemampuan penyangga ini merupakan