Penerapan konsep daya dukung di kawasan taman wisata alam

konservasi, dimana keterbatasan tersebut tergantung kepada kemampuan daya dukung untuk dapat memberikan nilai optimum terhadap peningkatan ekonomi dan partisipasi masyarakat lokal dengan tetap mempertahankan nilai perlindungan dan menekan dampak negatif yang akan terjadi. Adapun dalam perkembangannya secara metodologi daya dukung berkembang seperti limit of acceptable change LAC, visitor impact management VIM, visitor experince and resources protection VERP, Visitor activity management process VAMP, the recreation opportunity spectrum ROS. Perkembangan tersebut sangat tergantung dari kompleksitas permasalahan, keinginan dan kebutuhan wisatawan, ketersediaan sumber daya pada kawasan wisata terutama untuk wisata khusus seperti di taman wisata alam Cimanggu yang rentan terhadap perubahan ekosistem. Penggunaan konsep limit of acceptable change dipergunakan melihat kondisi yang sesuai dengan kebutuhan rekreasi, dimana konsep LAC bertujuan untuk mengontrol terjadinya kerusakan terhadap sumber daya dibandingkan mencegahnya. Hal itu dimungkinkan jika manajemen mempunyai informasi yang cukup terhadap kondisi eksisting kawasan dan pengaruh jumlah pengunjung yang mempergunakan sebuah objek wisata atau kawasan wisata. Dalam proses LAC terlihat bahwa kemampuan identifikasi terhadap kebutuhan akan kegiatan wisata yang telah dilakukan pada kawasan didukung dengan upaya monitor kondisi kawasan tersebut. Selanjutnya, penggunaan visitor impact management VIM, sangat tergantung kepada kemampuan manajemen untuk mengatur jumlah pengunjung yang datang pada kawasan wisata dan dampak yang mungkin terjadi pada kawasan wisata. Akan tetapi dalam penentuan strategi tidak dapat diperhitungkan secara kuantitatif dampak yang mungkin terjadi. Sedangkan pada recreation opportunity spectrum ROS terlihat kelemahan yang mendasar yaitu desain manajemen hanya dapat dilakukan apabila sesuai dengan kebutuhan dari rekreasi pengunjung terhadap kawasan. Untuk menerapkan konsep daya dukung pariwisata di kawasan taman wisata alam ada tiga komponen yang perlu diperhatikan diantaranya: 1. Faktor sumber daya alam termasuk karakteristik fisik dan biologi 2. Faktor sosial yang meliputi kebutuhan dan keinginan masyarakat lokal 3. Faktor manajemen termasuk legal directive dan misi stakeholders yang mempunyai peranan penting dalam menentukan sumber daya yang tepat, pengelolaan dan kondisi sosial. Kondisi kekinian dapat membantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung. Untuk mengukur daya dukung lingkungan kita harus dapat menjelaskan dampak yang dapat diterima untuk kondisi yang kita inginkan. Untuk mendapatkan informasi tersebut tentunya diperlukan input dari berbagai pihak antara lain dari stakeholders, masyarakat, peneliti, pemangku kebijakan pengelola dan dokumen perencanaan. Berdasarkan hal tersebut maka kita dapat mengembangkan indikator yang bersifat deskripsi dan harus kita terjemahkan menjadi variabel kualitatif dan mudah untuk di ukur. Indikator yang baik mempunyai karakteristik spesifik, objektivitas, realibilitas, repeatability, sensitivity, reselience dan signifikan. Indikator harus mudah diukur, dimonitor, cost effective dan berbasis pada data dasar. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam menetapkan daya dukung perlu dilakukan: a Mendeskripsikan secara jelas kondisi yang diinginkan, b Mengidentifikasi indikator, c Menetapkan standar, d Merumuskan teknik monitoring dan e mengembangkan kebijakan dan aksi pengelolaan.

2.5. Pendekatan sistem

Metode pendekatan sistem merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Eriyatno 1999. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan rasional. Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno 1999. Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis Hartrisari, 2001. Prosedur analisis sistem meliputi tahapan- tahapan sebagai berikut : analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi Eriyatno, 1999. Secara diagramatik, tahapan analisis sistem disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Tahapan analisis sistem Sumber : Eriyatno 1999 Relevansi konsep ini dengan daerah yang diteliti merupakan suatu landasan pemikiran mengenai komponen pembangun struktur pariwisata di TWA Cimanggu, yaitu penggunaan kawasan pada fungsi-fungsi zonasi di TWA Cimanggu, aktivitas struktur pariwisata, serta populasi penduduk. Ketiga variabel tersebut merupakan variabel state pendukung dalam membangun model konseptual. Kemudian ditentukan variabel non-state variabel lainnya yang meliputi variabel penggerak driving, variabel pembantu auxiliary, dan variabel tetap constant yang melengkapi suatu model. Desain sistem pengembangan pariwisata dalam pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan merupakan