11. Permodelan adalah suatu proses pembuatan model yang menggambarkan sistem yang dikaji
12. Resiliensi adalah kemampuan lingkungan untuk merespon gangguan agar tetap berada pada kondisi stabil atau awal.
13. Self purification adalah kemampuan badan air untuk pulih kembali secara alami akibat masuknya pencemaran kedalam badan perairan tersebut.
14. Sistem adalah suatu gugus yang terdiri dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan.
15. Sistem dinamik adalah suatu pendekatan yang menyeluruh dan terpadu, yang mampu menyederhanakan masalah yang rumit tanpa kehilangan esensi atau
unsur utama dari objek yang menjadi perhatian.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran umum wilayah penelitian
Taman Wisata Alam TWA Cimanggu ditetapkan berdasarkan SK. Mentan Nomor : 369KptsUm61978 tanggal 9 Juni 1978 dengan luas kawasan
154 ha dan yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata adalah seluas 70,25 ha serta daerah yang boleh dimanfaatkan sebagai area terbangun adalah seluas 15 ha.
TWA Cimanggu memiliki keindahan alam yang menarik dan didalamnya terdapat sumber air panas, sehingga areal tersebut perlu dijaga kelestariannya agar dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi, pariwisata, pendidikan dan kebudayaan. Selain itu TWA Cimanggu memiliki keanekaragaman sumber plasma nutfah
sumber genetik baik flora maupun fauna, yang perlu dipertahankan keberadaannya, sehingga dapat memberikan manfaat baik masa kini maupun masa
mendatang secara lestari.
Gambar 10. Peta Lokasi dan blok pemanfaatan Taman Wisata Alam Cimangu
Kawasan TWA Cimanggu secara geografis terletak diantara 7° 14’ 24” LS
dan 107° 28’ 14” BT. Daerah ini termasuk kedalam deretan Gunung Patuha dengan ketinggian antara 1.600
– 2.200 mdpl. Berdasarkan pembagian wilayah administrasi pemerintahan, kawasan ini terletak di Desa Patengan, Kecamatan
Ciwidey, Kabupaten Dati II Bandung, Propinsi Jawa Barat. Menurut SK. GB. No. 27. IG tertanggal 7 Juli 1927, areal TWA Cimanggu sebelumnya merupakan
kawasan hutan lindung yang terdiri dari hutan alam dan hutan produksi. Secara administrasi kehutanan termasuk dalam Resort Wilayah Konservasi Patengan
– Cimanggu, Sub Seksi Wilayah Konservasi Bandung, Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Jawa Barat I Bandung dan berdasarkan wilayah pengelolaannya termasuk dalam RPH Ciwidey, BKPH Ciwidey dan Tambak Ruyung Timur, KPH
Bandung Selatan. Kawasan TWA. Cimanggu merupakan daerah berbukit yang memiliki topografi bergelombang sampai curam dengan sudut kemiringan 5
– 30 . Kawasan ini berada pada ketinggian antara 1.600 m
– 2.200 mdpl, dengan puncak terdekat adalah Gunung Patuha setinggi 2.434 mdpl. Menurut sistem iklim
Schmidt dan Ferguson, kawasan ini bertipe iklim B basah, antara 18,3 – 22,3 .
Curah hujan tahunan antara 3.745 – 4.046 mm. Jumlah Bulan Kering max 3 – 4
bulan, dan Bulan Basah max 12 bulan. Curah hujan rata-rata antara 2.500 –
3.000mmth, kondisi kelembaban udara rata-rata sebesar 90 . Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tahun 1964 skala 1 : 250.000 yang
diterbitkan oleh Lembaga Penelitian Tanah dan hasil pengamatan dilapangan, tanah yang terdapat di kawasan TWA Cimanggu adalah Andosol dan Regosol.
Andosol yang terbentuk dari bahan induk abu vulkanik, memiliki batas horizon jelas, berwarna kelabu sampai coklat, lempung berdebu sampai lempung dan
berkonsistensi gembur. Regosol terbentuk dari bahan induk mergel dan abu vulkanik, berwarna coklat sampai hitam,bertekstur lepas dan berpasir. Regosol ini
terutama terbentuk pada lokasi yang kondisi lapangannya bergelombang.
4.1.1. Daya Tarik Objek wisata
TWA Cimanggu sesuai dengan letak, potensi ekosistem, dan fenomena alamnya memiliki beberapa daya tarik objek wisata alam yang potensial untuk
dikembangkan antara lain: