Kebijakan kegiatan wisata di area konservasi.

berusaha dengan keterlibatan masyarakat setempat, kelompok pengusaha golongan ekonomi kecil, menengah dan besar, BUMD, BUMN dan koperasi dalam berbagai klasifikasi bidang usaha kegiatan pariwisata alam, d memperluas bidang kegiatan pengusahaan pariwisata alam yang tidak saja terbatas dalam bidang sarana akomodasi wisata alam, namun mencakup pula berbagai kegiatan wisata alam baik yang bersifat sesaatmusiman maupun sepanjang tahun. Keterkaitan pengembangan pariwisata alam dikawasan hutan konservasi taman nasional, taman wisata alam, taman hutan raya, telah ditetapkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu: 1. Undang-Undang No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. 2. Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Undang-undang No 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Subtansi penting dalam perundang- undangan tersebut adalah: a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan yaitu terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Untuk itu ditetapkan: 1 Wilayah tertentu sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan. 2 Pola dasar pembinaan wilayah sistem penyangga kehidupan 3 Pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan. b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, yang dilaksanakan didalam dan diluar kawasan suaka alam. c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dilakukan dengan: 1 Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam 2 Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilakukan dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa. 4. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 36 Tahun 2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam. 5. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. 7. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No : P.48Menhut- II2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam dan Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Mengingat pariwisata alam merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, dimana diharapkan pariwisata alam tidak merusak sumber daya alam, namun justru dapat melindungi kawasan yang akan digunakan untuk kegiatan wisata tersebut dari kerusakan akibat perbuatan manusia. Kebijakan yang ada dalam menyelenggarakan dan mengimplementasikan kegiatan pengembangan pariwisata alam perlu mengacu kepada kaidah-kaidah atau prinsip-prinsip pengelolaan secara lestari untuk pariwista sebagai berikut Dephut, 2006: 1. Menunjang upaya konservasi Mengingat objek yang dijadikan usaha pariwisata adalah kawasan konservasi TWA yang merupakan sistem penyangga kehidupan, maka kegiatan pariwisata alam harus: a. Dapat menunjang upaya pengawetan keanekaragaman hayati yang dimiliki kawasan tersebut; b. Dapat menghindarkan dan meminimalkan dampak negatif sekecil apapun agar tidak mengganggu atau mengurangi baik kualitas maupun kuantitas keanekaragaman hayati dan ekosistem kawasan. 2. Mengembangkan penelitian, pendidikan dan latihan Kegiatan ini harus dikembangkan dan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, antara lain: a. Mendidik dan melatih para karyawan dan masyarakat sekitar areal usaha untuk dapat melakukan upaya pengelolaan pariwisata alam secara profesional; b. Melatih dan mendidik para tour operator dan intrepreter pariwisata alam untuk mengetahui aspek-aspek dasar alamiah dari kawasan konservasi dan lingkungan c. Dapat memadukan antara pengelolaan sumber daya dikawasan yang dilindungi dengan aspek pemanfaatannya d. Mengetahui sejauh mana pengaruh pariwisata alam terhadap keberadaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di areal pengusahaan yang dikembangkan; e. Mengetahui manfaat aspek-aspek sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dengan adanya kegiatan pariwisata alam. 3. Berbasis masyarakat Secara umum pengusahaan pariwisata alam dikawasan konservasi diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap pengembangan wilayah, sehingga disekitar kawasan mendapatkan manfaat. Namun demikian untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan pariwista alam ini, sangat perlu memperhatikan atau mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial maupun budaya masyarakat. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pariwisata alam berbasis masyarakat antara lain: a. Masyarakat setempat harus dilibatkan dari sejak awal dalam proses perencanaan sampai kepada pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi. b. Dalam pengembangan harus memperhatikan kearifan tradisional dan kekhasan setempat local specific agar tidak terjadi benturan- benturan kepentingan dalam kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat. c. Diupayakan agar dalam pelaksanaannya menggunakan semaksimal mungkin produk-produk lokal yang berasal dari masyarakat setempat. d. Menyediakan peluang usaha dan kesempatan kerja semaksimal mungkin bagi masyarakat sekitar tanpa mengurangi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan pariwisata alam. e. Menyediakan pelatihan dan pendidikan khusus bagi masyarakat setempat tentang pariwisata secara umum dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Upaya ini dimaksudkan agar pengelolaan pariwisata bisa dilakukan secara profesional dan kesadaran masyarakat tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bisa terus ditingkatkan. f. Memahami struktur sosial dan budaya masyarakat 4. Memberikan manfaat ekonomi Secara ekonomi pengembangan pariwisata alam harus dapat memberikan keuntungan bagi pengelola kawasan, penyelenggara pariwisata alam, masyarakat setempat dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya yang terkait. Secara luas dengan adanya penyelenggaraan pariwisata alam diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh daerah atau wilayah kota, sehingga pengembangan pariwisata alam harus dapat memacu pembangunan wilayah setempat baik pada tingkat lokal, regional maupun nasional.

2.3. Pengusahaan Taman Wisata Alam Cimanggu

Pengusahaan pariwisata alam di Taman Wisata Alam Cimanggu pada awalnya adalah penugasan langsung dari Menteri Kehutanan, berupa pemberian hak pengusahaan wisata alam di beberapa taman wisata alam di pulau Jawa. Namun dengan adanya Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 36 Tahun 2010 Tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam mengharuskan pihak pengelola Perum Perhutani unit III untuk memenuhi ketentuan tersebut, salah satunya pengelolaan berbasis konservasi sumber daya alam yang dapat memberikan nilai ekonomi tambah bagi pengelola, pemerintah dan masyarakat sekitar. Ketentuan tersebut menjadi tantangan bagi Perum Perhutani untuk mengembangkan model pariwisata berkelanjutan yaitu fungsi konservasi terjaga dan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi dari kegiatan pariwisata. Strategi Pengusahaan Perum Perhutani unit III dalam melakukan usaha pariwisata alam dikawasan TWA Cimanggu dimaksudkan untuk mencapai pengembangan pariwisata secara optimal, ekonomis, berkelanjutan dan senantiasa mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan. Adapun strategi yang dilakukan adalah Perhutani 2003: 1. Konsentrasi investasi dengan penataan fasilitas fisik sarana prasarana yang dibangun di dalam kawasan diupayakan menjadi fasilitas rekreasi yang sesuai dengan keinginan pengunjung, agar dapat memberikan harapan tinggi dan mudah dicapai, dapat menarik wisatawan lebih banyak dan tercapai hasil yang diinginkan dalam jangka yang tidak lama. 2. Pengembangan alternatifpenganekaragaman kegiatan rekreasi dengan menghidupkan berbagai alternatif kegiatan rekreasi, pendidikan, studi ilmiah dengan standar berbeda-beda agar dapat menarik pasar besar wisatawan. 3. Dalam rangka mendukung program pemerintah untuk berpartisipasi memulihkan citra pariwisata Indonesia, maka akan diupayakan mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan pasar wisata serta membuka pasar baru. 4. Meningkatkan kontribusi dan manfaat ganda kepada stakeholders melalui investasi dan sarana prasarana serta fasilitas pendukung lainnya, peluang berusaha bagi masyarakat sekitar yang ekonomi kecil, kesempatan bekerja bagi masyarakat sekitar, pembayaran pajak-pajak dan pungutan kepada pemerintah daerah, dll. Pada prinsipnya memberikan kontribusi kepada negara sebagai devisa negara non migas dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.