Revealed Comparative Advantage RCA

menggambarkan perkembangan nilai ekspor dan pesaing hortikultura Indonesia di sepuluh negara tujuan utama dan dunia serta menganalisis data-data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif yang digunakan menganalisis keunggulan komparatif komoditi hortikultura Indonesia adalah Revealed Comparative Advantage RCA, sedangkan metode Export Product Dynamic EPD digunakan untuk mengetahui posisi daya saing berdasarkan performa ekspor hortikultura Indonesia. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara bertahap, tahap pertama yaitu pengelompokan data, tahap kedua yaitu pengolahan data dalam model analisis, dan dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel dan WITS Ver. 6 World Integrated Trade Solutions.

3.2.1 Revealed Comparative Advantage RCA

Salah satu indikator yang dapat menunjukan perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing ekspor suatu produk dari suatu negara terhadap dunia disebut Revealed Comparative Advantage index RCA. Indeks dapat didefinisikan sebagai berikut, jika pangsa pasar ekspor suatu atau kelompok komoditi di dalam total ekspor manufaktur dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut Tambunan, 2001. RCA pertama kali diperkenalkan oleh Bela Ballasa pada tahun 1965 dalam penelitian tentang pengaruh liberalisasi perdagangan luar negeri terhadap keunggulan komparatif hasil industri Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara yang tergabung dalam pasar bersama Eropa MEE serta pada tahun 1977 untuk negara yang sama ditambah Kanada dan Swedia Yuliati, 2010. Pada penelitian ini, RCA digunakan untuk mengukur posisi daya saing beberapa ekspor hortikultura utama Indonesia seperti bunga potong, jamur, cendawan tanah, pisang, nanas, jambu, mangga, dan manggis di beberapa negara tujuan ekspor utama seperti Hongkong, Belanda, Singapura, Taiwan, Cina, Jepang, Malaysia, Saudi Arabia, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan pasar dunia. Perhitungan RCA yang digunakan adalah sebagai berikut: Dimana: X ij = Nilai ekspor setiap komoditi hortikultura Indonesia di masing- masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia X it = Nilai total ekspor setiap komoditi hortikultura Indonesia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia W j = Nilai ekspor setiap komoditi hortikultura dunia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia W t = Nilai total setiap komoditi hortikultura dunia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia Jika nilai RCA lebih dari satu RCA1 berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif diatas rata-rata pasar tersebut dalam komoditi tersebut sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang kuat. Dan jika nilai RCA kurang dari satu RCA1 berarti keunggulan komparatif untuk komoditas tersebut rendah dibawah rata-rata pasar tersebut sehingga komoditi tersebut berdaya saing lemah Tambunan, 2001. Keuntungan dari RCA adalah bahwa indeks ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah alternatif. Kelemahan metode RCA adalah mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor dengan asumsi persaingan bebas dan produk homogen, serta mengesampingkan pentingnya permintaaan domestik, ukuran pasar domestik, dan perkembangannya Silalahi, 2007.

3.2.2 Export Product Dynamic EPD