Cina Tabel 5.39 Hasil Estimasi

Tabel 5.42 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Temulawak di Pasar Taiwan Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,00000 India 0,34976 Cina 0,00000 0,00004 2005 0,00000 India 0,27334 Jepang 0,00022 0,00008 2009 13,90357 India 0,16076 Singapura 0,00057 0,60489

5.3.4 Cina

Posisi daya saing hortikultura Indonesia di Pasar Cina berdasarkan keunggulan komparatifnya dapat dilihat pada Tabel 5.43. Dari tabel tersebut, dapat terlihat bahwa hanya ada dua komoditi yang dapat diestimasi pertumbuhan rata-ratanya yaitu bunga potong dan jambu bij, mangga, serta manggis. Dengan rata-rata pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh komoditi Jambu Biji, Mangga da Manggis. Sedangkan komoditas lainnya tidak dapat diestimasi karena ketidakkontinyuan ekspor komoditas tersebut ke Pasar Cina. Produk hortikultura Indonesia yang memiliki daya saing yang kuat berdasarkan keunggulan komparatifnya di Pasar Cina yaitu bunga potong pada tahun 2005 dan 2009; kubis pada tahun 2005 dan 2009; jamur pada tahun 2005; dan jambu biji, mangga, serta manggis pada tahun 2005 dan 2009. Tabel 5.43 Hasil Estimasi RCA Hortikultura Indonesia di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Komoditi Nilai RCA Pertumbuhan Rata-Rata 2001 2005 2009 Bunga Potong 0,04678 3,42866 9,44040 3702,68 Kubis 0,00000 41,96720 2,64320 — Jamur 0,00000 8,26055 0,00000 — Pisang 0,00000 0,00000 0,01758 — Jambu Biji, Mangga da Manggis 0,06234 6,03645 1,24702 4751,95 Jahe 0,00064 0,00000 0,00000 — Keterangan: Tanda -: tidak dapat diestimasi Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka komoditi yang dapat diestimasi dengan menggunakan EPD hanya bunga potong dan jambu biji, mangga dan manggis. Ini menunjukan bahwa ketidakkontinyuan ekspor Indonesia menyebabkan posisi daya saing Indonesia di Pasar Cina baik itu menurut keunggulan komparatif dan kompetitifnya tidak bagus. Pada Tabel 5.44 ditunjukkan bahwa Posisi daya saing bunga potong, Jambu Biji, Mangga da Manggis Indonesia berada pada kuadran ―Rising Star‖ meskipun hanya dua komoditi ini yang mempunyai daya saing secara kompetitif, namun berhasil menduduki posisi daya saing yang terbaik di Pasar Cina. Posisi ―Rising Star‖ dapat diartikan bahwa Indonesia mendapatkan tambahan pangsa pasar dimana komoditin tersebut merupakan salah satu produk yang permintaannya tumbuh dengan cepat atau dinamis di Pasar Cina. Tabel 5.44 Hasil Estimasi EPD Hortikultura Indonesia di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Komoditas Pertumbuhan Pangsa Pasar Ekspor Pertumbuhan Pangsa Pasar Produk Posisi Daya saing Bunga Potong 4251,70 15,56 Rising Star Kubis — — — Jamur — — — Pisang — — — Jambu Biji, Mangga da Manggis 5448,45 15,56 Rising Star Jahe — — — Keterangan: Tanda -: tidak dapat diestimasi Penjelasan mengenai perbandingan nilai RCA Indonesia dan negara pesaingnya pada tahun 2001, 2005 dan 2009 di Pasar Cina akan dijelaaskan sebagai berikut.

1. Bunga Potong

Berdasarkan hasil estimasi keunggulan komparatif menggunakan RCA, nilai RCA bunga potong Indonesia meningkat pada tahun 2001, 2005 dan 2009 Tabel 5.45. Peningkatan ini terjadi karena pangsa ekspor bunga potong Indonesia yang meningkat. Hanya pada tahun 2001 nilai RCA kurang dari satu, tahun 2005 dan 2009 nilai RCA Indonesia lebih dari satu dengan rata-rata sebesar 6,435 dengan kata lain Indonesia mempunyai daya saing kuat pada tahun 2005 dan 2009. Tetapi nilai RCA Indonesia masih jauh dibawah negara-negara pesaingnya. Negara yang memiliki nilai RCA tertinggi pada komoditi bunga potong di Pasar Cina yaitu pesaing satu, Thailand, pesaing kedua, lalu Indonesia. Pesaing kedua Indonesia pada tahun 2005 dan 2009 yaitu Hongkong dan Jepang memiliki nilai RCA yang kurang dari satu. Sedangkan nilai RCA tertinggi terjadi pada tahun 2001 oleh negara pesaing satu yaitu Vietnam sebesar 96,57329. Tabel 5.45 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Bunga Potong di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,04678 Vietnam 96,57329 Belanda 20,77265 9,38378 2005 3,42866 Korea Selatan 2,57221 Hongkong 0,87813 16,79383 2009 9,44040 Belanda 17,85481 Jepang 0,35422 29,59227 Bunga potong Indonesia di Pasar Cina menunjukan bahwa meskipun bunga potong Indonesia hanya memiliki daya saing yang kuat pada tahun 2005 dan 2009 berdasarkan keunggulan komparatifnya, namun bunga potong Indonesia mampu mendapatkan pangsa pasar ekspor dan pangsa pasar produk di Pasar Cina, sehingga bunga potong Indonesia mempunyai keunggulan kompetitif serta merupakan komoditi yang dinamis di Pasar Cina.

2. Kubis

Hasil estimasi RCA kubis Indonesia pada tahun 2001 menunjukan nilai yang kurang dari satu, pada tahun 2005 dan 2009 nilai RCA Indonesia berhasil menunjukan angka yang lebih dari satu dengan kata lain pada periode tersebut Indonesia memiliki daya saing yang kuat di Pasar Cina dengan rata-rata nilai ekspor sebesar 22,305. Thailand sebagai negara pesaing Indonesia tidak memiliki daya saing terhadap komoditi ini di Pasar Cina karena pada tahun 2001, 2005 dan 2009 Thailand tidak mengekspor kubis ke Pasar Cina. Pesaing satu dan dua memiliki daya saing yang kuat di Pasar Cina, dengan nilai terbesar pada tahun 2005 pada pesaing satu oleh Vietnam. Hasil estimasi RCA kubis Indonesia dan negara pesaingnya dapat dilihat pada Tabel 5.46. Tabel 5.46 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Kubis di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,00000 Amerika Serikat 5,53852 Australia 23,51667 0,00000 2005 41,96720 Vietnam 87,20667 Amerika Serikat 2,90843 0,00000 2009 2,64320 Korea Selatan 4,98552 Australia 6,19768 0,00000

3. Jamur

Hasil estimasi RCA pada komoditi ini menunjukan bahwa hanya pada tahun 2005 Indonesia memiliki daya saing yang kuat sedangkan pada tahun 2001 dan 2009 Indonesia tidak memiliki daya saing karena pada tahun tersebut Indonesia tidak mengekspor jamur ke Pasar Cina. Sama seperti Indonesia, Thailand pun pada tahun 2001, 2005 dan 2009 tidak mengekspor jamur ke Cina sehingga pada tahun tersebut Thailand tidak memiliki daya saing di Pasar Cina. Sedangkan pesaing dua tidak memiliki daya saing yang kuat di Pasar Cina karena memiliki nilai RCA yang kurang dari satu pada tahun 2001, 2005 dan 2009. Pada Tabel 5.47 dapat terlihat bahwa hanya pesaing satu yang mempunyai nilai RCA lebih dari satu pada setiap tahun yang digunakan dalam penelitian ini, dengan nilai RCA tertinggi pada negara Vietnam tahun 2001 sebesar 127,51787. Tabel 5.47 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Jamur di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,00000 Vietnam 127,51787 Hongkong 0,37344 0,00000 2005 8,26055 Inggris 47,90779 Hongkong 0,79608 0,00000 2009 0,00000 Taiwan 15,23484 Kanada 0,93248 0,00000

4. Pisang

Tahun 2001 dan 2005 Indonesia tidak mengekspor pisang ke Pasar Cina sehingga pada tahun tersebut Indonesia tidak memiliki daya saing di Pasar Cina, pada tahun 2005 pun Indonesia hanya memiliki daya saing yang rendah di Pasar Cina karena nilai RCA pisang Indonesia yang kurang dari satu. Sedangkan negara pesaing lain yang memiliki daya saing rendah sama seperti Indonesia yaitu negara pesaing satu pada tahun 2005 dan Thailand pada tahun 2001. Sedangkan negara yang memiliki nilai RCA paling tinggi yaitu Ekuador sebagai negara pesaing satu dengan nilai RCA yang mencapai 2430,63710. Hasil estimasi RCA Indonesia dan negara pesaingnya dapat dilihat pada Tabel 5.48. Tabel 5.48 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Pisang di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Filipina Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,00000 Ekuador 2430,63710 Kolombia 766,22727 0,71321 206,46190 2005 0,00000 Hongkong 0,41757 Ekuador 1653,06007 3,27938 114,38658 2009 0,01758 Hongkong 1,61952 Ekuador 96,09708 6,39578 154,30106

5. Jahe

Berdasarkan hasil estimasi RCA jahe Indonesia pada tahun 2001, 2005 dan 2009 menunjukan angka yang kurang dari satu atau dengan kata lain jahe Indoensia memiliki daya saing yang rendah di Pasar Cina, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.49. Ternyata tidak hanya Indonesia yang memiliki daya saing yang rendah, pesaing kesatu, kedua, dan Thailand pun mengalami hal yang serupa. Hanya Thailand yang mempunya daya saing jahe yang kuat di Pasar Cina pada tahun 2009. Tabel 5.49 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA Jahe di Pasar Cina Tahun 2001, 2005 dan 2009 Tahun RCA Indonesia Pesaing 1 Pesaing 2 Thailand Negara Nilai RCA Negara Nilai RCA 2001 0,00064 Jepang