Konsep Daya Saing Perdagangan Internasional

yang dapat diraih oleh Negara 1 dan Negara 2 dalam kondisi tanpa perdagangan. Sedangkan titik A dan titik A′ melambangkan titik-titik ekuilibrium produksi dan konsumsi di kedua negara tersebut sebelum mereka terlibat dalam perdagangan. Titik A dan titik A′ yang menjadi tempat kedudukan tangen pada kurva indiferen I itu juga melambangkan terciptanya harga relatif komoditi ekuilibrium dalam kondisi tanpa perdagangan P A di Negara 1 dan P A ′ di Negara 2. P A lebih kecil daripada P A ′ , maka Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam produksi komoditi X sedangkan Negara 2 menguasai keunggulan komparatif dalam produksi komoditi Y Salvatore, 1997. Panel sebelah kanan memperlihatkan bahwa setelah perdagangan berlangsung maka Negara 1 akan melakukan spesialisasi produksi komoditi X, sedangkan Negara 2 akan berspesialisasi dalam produksi komoditi Y. Spesialisasi di Negara 1 akan terus berlangsung sampai ia mencapai titik B. Sedangkan spesialisasi produksi Negara 2 baru akan berhenti jika titik B ′ telah tercapai. Pada titik-titik itulah maka kurva-kurva transformasi dari kedua negara menjadi tangen terhadap garis harga relatif bersama atau P B . Negara 1 akan mengekspor sejumlah komoditi X untuk memperoleh komoditi Y dari Negara 2 dan Negara 1 akan berkonsumsi di titik E yang terletak pada kurva indiferen II. Di lain pihak, Negara 2 akan mengekspor sebagian komoditi Y yang diproduksiknnya untuk memperoleh tambahan komoditi X dari Negara1. Perdagangan ini akan memungkinkan Negara 2 berkonsumsi di titik E ′ yang berhimpitan dengan titik E Salvatore, 1997.

2.1.3.2 Konsep Daya Saing

Esterhuizen et. al. 2008 dalam Daryanto 2009 2 , mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu sektor, industri, atau perusahaan untuk bersaing dengan sukses untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan didalam lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah dari penerimaan 2 Daryanto, Arief. 2009. Posisi Daya saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya [Makalah] disampaikan dalam Seminar Nasional ―Peningkatan Daya saing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani‖ Bogor, 14 Oktober 2009.http:ariefdaryanto.blog.mb.ip b.ac.idfiles201007MU_Arief.pdf [30 Maret 2011] sumberdaya yang digunakan. Daya saing dapat diukur dengan dua cara yaitu melalui keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan komparatif dikembangkan oleh David Ricardo. Menurut hukum keunggulan komparatif yang dikembangkan oleh David Ricardo, mekipun sebuah negara kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap negara lain dalam memproduksi kedua komoditi namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar komoditi ini memiliki keunggulan komparatif Salvatore, 1997. Sedangkan konsep keunggulan kompetitif dikembangkan oleh M. Porter. Menurut Porter dalam Hadi 2001, dalam era persaingan global saat ini suatu bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage of nation dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki empat faktor penentu Keegan dan Green, 1997;268 dalam Hadi, 2001 yaitu factor conditions, demand conditions, factor strategy structurerivalry dan factor strategy structurerivalry.

2.1.3 World Trade Organization WTO dan Pertanian