Dimana: X
ij
= Nilai ekspor setiap komoditi hortikultura Indonesia di masing- masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia
X
it
= Nilai total ekspor setiap komoditi hortikultura Indonesia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia
W
j
= Nilai ekspor setiap komoditi hortikultura dunia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia
W
t
= Nilai total setiap komoditi hortikultura dunia di masing-masing sepuluh negara importir utama dan pasar dunia
Jika nilai RCA lebih dari satu RCA1 berarti negara itu mempunyai keunggulan komparatif diatas rata-rata pasar tersebut dalam komoditi tersebut
sehingga komoditi tersebut memiliki daya saing yang kuat. Dan jika nilai RCA kurang dari satu RCA1 berarti keunggulan komparatif untuk komoditas
tersebut rendah dibawah rata-rata pasar tersebut sehingga komoditi tersebut berdaya saing lemah Tambunan, 2001.
Keuntungan dari RCA adalah bahwa indeks ini mempertimbangkan keuntungan intrinsik komoditas ekspor tertentu dan konsisten dengan perubahan
di dalam suatu ekonomi produktivitas dan faktor anugerah alternatif. Kelemahan metode RCA adalah mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor dengan
asumsi persaingan bebas dan produk homogen, serta mengesampingkan pentingnya permintaaan domestik, ukuran pasar domestik, dan perkembangannya
Silalahi, 2007.
3.2.2 Export Product Dynamic EPD
Export product Dynamic EPD adalah suatu alat analisis untuk mengukur daya saing apakah suatu produk tersebut mempunyai performa yang
dinamis pertumbuhannya cepat atau tidak. Matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan
pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar market share
sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis
ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu ialah “Rising Star”, “Lost
Opportunity”, “Falling Star”, dan “Retreat” Siregar, 2010. Posisi pasar ideal bertujuan untuk memperoleh pangsa ekspor tertinggi
sebagai Rising Star, ditandai dengan negara tersebut memperoleh pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat. Lost Opportunity dihubungkan
dengan penurunan pangsa pasar pada produk yang dinamis. Kondisi ini paling tidak diinginkan karena hal ini berarti kita kehilangan kesempatan pangsa ekspor
untuk komoditi yang dinamis di pasar dunia. Kondisi Falling Star juga tidak diinginkan walaupun tidak seperti kondisi Lost Opportunity, karena pangsa
pasarnya meningkat meskipun bukan pada produk yang dinamis di pasar dunia. Sementara itu, Retreat berarti produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar.
Namun bisa diinginkan kembali jika pergerakannya jauh dari produk stagnan dan bergerak mendekati peningkatan pada produk dinamis Gumilar, 2010.
Tabel 3.2 Matriks Posisi Daya saing
Share of countrys export in world trade
Share of TradeProduct in World Rising Dynamic
Falling Stagnan
Rising Competitiveness Rising Stars
Falling Stars Falling non-competitiveness
Lost Opportunity Retreat
Sumber: Esterhuizen, 2006 dalam Gumilar, 2010
Selain melalui Tabel 3.2, untuk melihat posisi daya saing masing-masing komoditi dapat pula dilihat seperti pada Gambar 3.1. Komoditi yang diestimasi
posisi daya saingnya akan menempati salah satu dari empat kuadran seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1.
Catatan: Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tersebut di perdagangan dunia
Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tersebut di perdagangan dunia.
Gambar 3.1 Daya Tarik Pasar dan Kekuatan Bisnis pada EPD
Adapun yang dimaksud dengan pangsa pasar ekspor suatu negara dan pangsa pasar produk dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut:
Sumbu x: Pertumbuhan pangsa pasar ekspor i =
Sumbu y: Pertumbuhan pangsa pasar produk n =
Dengan: X= Volume Ekspor
T= Jumlah Tahun t= tahun ke-t
IV. GAMBARAN UMUM