kebutuhannya masing-masing. Selain itu, faktor lainnya adalah karena adanya perbedaan citarasa. Suatu negara akan terlibat perdagangan dengan negara lainnya
karena masing-masing negara punya citarasa atau preferensi yang berbeda-beda terhadap suatu barang atau jasa. Dan faktor yang terakhir adalah perbedaan biaya,
karena alasan yang mungkin dapat dipertimbangkan bagi negara-negara dalam melakukan perdagangan adalah perbedaan dalam hal biaya produksi.
2.1.3.1 Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional menjelaskan arah dan komposisi perdagangan antar berbagai negara serta bagaimana dampaknya terhadap
perekonomian suatu negara, selain itu teori ini juga dapat menunjukan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional. Ada beberapa
teori yang menerangkan tentang timbulnya perdagangan internasional. Teori yang pertama yaitu teori klasik tentang keunggulan absolut
absolute advantage yang diutarakan oleh Adam Smith. Menurut Adam Smith, setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan absolut serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak
memiliki keunggulan absolut Hady, 2001. Kelemahan dari teori klasik Adam Smith yaitu Smith mengatakan bahwa perdagangan internasional akan terjadi dan
menguntungkan kedua negara bila masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Dengan demikian, bila hanya satu negara yang memiliki
keunggulan absolut untuk kedua jenis produk, maka tidak akan terjadi perdagangan internasional yang menguntungkan. Namun kelemahan Smith
tersebut disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori keunggulan komparatif Comparative Advantage baik secara cost comparative labor efficiency maupun
production comparative Labor productivity Hady, 2001. Teori David Ricardo didasarkan pada nilai tenaga kerja atau theory of
labor value yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta
mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurangtidak efisien. Production comparative advantage atau labor productivity dapat
dikatakan sebagai berikut, suatu negara akan memeperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor
barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurangtidak
produktif Hady, 2001. Kelemahan teori klasik Comparative Advantage David Ricardo, yaitu
1`Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan fungsi faktor produksi tenaga kerja. Akibatnya terjadilah
perbedaan harga barang yang sejenis di antara dua negara, 2 Jika fungsi faktor produksi tenaga kerja sama atau produktivitas dan efisiensi di dua negara sama,
maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang yang sejenis akan menjadi sama di kedua negara, 3 Pada kenyataannya walaupun
fungsi faktor produksi produktivitas dan efisiensi sama diantara dua negara, ternyata harga barang yang sejenis dapat berbeda, sehingga dapat terjadi
perdagangan internasional. Dalam hal ini teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terjadi perbedaan harga untuk barangproduk sejenis walaupun fungsi
faktor produksi produktivitas dan efisiensi sama di kedua negara Hady, 2001. Maka muncul teori modern yang dikemukakan oleh Hecksher dan Ohlin,
dimana perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi
yang dimiliki masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut dapat menimbulkan terjadinya perdagangan internasional Hady, 2001. Sebuah negara
akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu
bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Singkatnya, sebuah negara yang
relatif kaya atau berkelimpahan tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan mengimpor komoditi-komoditi yang relatif
padat modal yang merupakan faktor produksi langka dan mahal di negara yang bersangkutan Salvatore, 1997.
Teori Heckscher-Ohlin merumuskan pernyataan bahwa perbedaan dalam kelimpahan faktor harga-harganya secara relatif merupakan penyebab perbedaan
harga relatif komoditi X dan Y di antara kedua negara sebelum berlangsungnya perdagangan. Selisih harga absolut atas berbagai komoditi di antara kedua negara
itulah yang merupakan penyebab langsung terjadinya perdagangan. Gambar 2.1 merupakan model dasar dari teori Heckscher-Ohlin, dimana panel sebelah kiri
menggambarkan kurva batas kemungkinan produksi dari Negara 1 dan Negara 2. Bentuk kurva batas kemungkinan produksi Negara 1 lebih memanjang atau
melebar apabila dilihat dari sumbu X, karena komoditi X yang menjadi andalan ekspornya adalah komoditi yang padat tenaga kerja. Karena kedua negara itu
memiliki selera yang sama, maka mereka pun menghadapi peta indiferen yang sama pula.
Sumber: Salvatore, 1997
Gambar 2.1 Model Dasar Heckscher-Ohlin
Kurva indiferen I yang merupakan kurva indiferen bagi Negara 1 dan Negara 2 adalah tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi Negara 1 di
titik A dan juga menjadi tangen terhadap kurva batas kemungkinan produksi Negara 2 di titik A
′. Kurva indiferen I merupakan kurva indiferen yang tertinggi
Y Y
140 140
120 120
100 100
A ′
80 80
60 60
40 40
A
20 20
0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 100 120
X X
Negara 1 Negara 2
P
A
′
P
A
│
ǁ
A′
A
Negara 2
Negara 1
B′
C′
C E = E′
ǁ
B
P
B
yang dapat diraih oleh Negara 1 dan Negara 2 dalam kondisi tanpa perdagangan. Sedangkan titik A dan titik
A′ melambangkan titik-titik ekuilibrium produksi dan konsumsi di kedua negara tersebut sebelum mereka terlibat dalam perdagangan.
Titik A dan titik A′ yang menjadi tempat kedudukan tangen pada kurva indiferen I itu juga melambangkan terciptanya harga relatif komoditi ekuilibrium dalam
kondisi tanpa perdagangan P
A
di Negara 1 dan P
A
′ di Negara 2. P
A
lebih kecil daripada P
A
′ , maka Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam produksi komoditi X sedangkan Negara 2 menguasai keunggulan komparatif dalam
produksi komoditi Y Salvatore, 1997. Panel sebelah kanan memperlihatkan bahwa setelah perdagangan
berlangsung maka Negara 1 akan melakukan spesialisasi produksi komoditi X, sedangkan Negara 2 akan berspesialisasi dalam produksi komoditi Y. Spesialisasi
di Negara 1 akan terus berlangsung sampai ia mencapai titik B. Sedangkan spesialisasi produksi Negara 2 baru akan berhenti jika titik B
′ telah tercapai. Pada titik-titik itulah maka kurva-kurva transformasi dari kedua negara menjadi tangen
terhadap garis harga relatif bersama atau P
B
. Negara 1 akan mengekspor sejumlah komoditi X untuk memperoleh komoditi Y dari Negara 2 dan Negara 1 akan
berkonsumsi di titik E yang terletak pada kurva indiferen II. Di lain pihak, Negara 2 akan mengekspor sebagian komoditi Y yang diproduksiknnya untuk
memperoleh tambahan komoditi X dari Negara1. Perdagangan ini akan memungkinkan Negara 2 berkonsumsi di titik E
′ yang berhimpitan dengan titik E Salvatore, 1997.
2.1.3.2 Konsep Daya Saing