Sumber: UN Comtrade. 2011
Gambar 5.22 Perbandingan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia dan Dunia Tahun 2000-2010
Perkembangan nilai impor hortikultura yang semakin meningkat membuat peluang bagi Indonesia untuk masuk ke dalam pasar tersebut dan
menjadi salah satu eksportir terbesar di dunia. Namun ternyata dibalik nilai ekspor Indonesia yang cenderung meningkat, Indonesia masih berkontribusi sangat kecil
di dunia tidak seperti negara eksportir lainnya. Rata-rata kontribusi ekspor Indonesia selama satu dekade terakhir yaitu sebesar 0,21 persen dari total ekspor
hortikultura dunia.
5.2 Negara-Negara Pesaing Utama Ekspor Hortikultura Indonesia di
Sepuluh Negara Tujuan Utama dan Dunia
Tidak hanya Indonesia yang mengekspor produk hortikultura ke berbagai negara tujuan ekspor, karena terdapat negara-negara lain yang juga menjadi
negara eksportir hortikultura dan menjadi pesaing bagi Indonesia. Ini dapat menjadi tantangan dan ancaman tersendiri bagi Indonesia. Negara-negara pesaing
utama tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Negara-Negara Pesaing Utama Ekspor Hortikultura Indonesia di Sepuluh Negara Tujuan Utama dan Dunia Tahun 2001, 2005 dan
2009
No Komoditi
Negara Pesaing 1
Pesaing 2 Pesaing 3
1 Bunga Potong
Belanda Thailand
Kolombia 2
Kubis Amerika Serikat
Cina Malaysia
3 Jamur
Cina Belanda
Kanada 4
Cendawan Tanah Perancis
Italia Cina
5 Pisang
Filipina Ekuador
Belgia 6
Nanas Filipina
Costa Rica Belgia
7 Jambu Biji, Mangga da Manggis
Thailand India
Filipina 8
Jahe Cina
Thailand Brazil
9 Temulawak
India Cina
Singapura
Dari Tabel 5.1 maka yang menjadi pesaing utama ekspor hortikultura Indonesia yaitu Cina, Thailand dan Filipina. Cina berhasil menjadi pesaing utama
Indonesia karena berhasil menguasai dan mengalahkan Indonesia pada beberapa komoditi seperti kubis, jamur, cendawan tanah, jahe dan temulawak di sepuluh
negara tujuan ekspor dan dunia. Cina merupakan produsen terbesar untuk beberapa komoditi tertentu di dunia. Seperti pada komoditi kubis, jamur dan
cendawan tanah Cina merupakan produsen terbesar di dunia menurut data FAO pada tahun 2000-2008. Sedangkan untuk komoditi jahe, Cina termasuk ke dalam
dua besar negara penghasil jahe terbesar di dunia bersama dengan India. Tetapi Cina hanya berhasil unggul dari India pada tahun 2001 dan 2002,
tahun 2002-2008 India menjadi produsen terbesar jahe di dunia menuut data FAO. Sedangkan bagi komoditi temulawak, Cina merupakan salah satu negara yang
membudidayakan komoditi ini selain India. Cina bersaing dengan India untuk merebut pangsa pasar temulawak karena India berhasil menguasai semua pasar
yang dijadikan negara tujuan ekspor dalam penelitian ini. Selain itu, Cina merupakan salah satu negara yang berhasil meningkatkan sektor pertaniannya.
Terbukti pada tahun 1965-1963 Cina pernah mengalami masa sulit akibat kelaparan, dimana hampir 27.000.000 jiwa penduduknya meninggal akibat
kelaparan. Namun Cina berhasil membangun sektor pertaniannya, salah satunya yaitu dengan mendirikan Agriculture Bank of China. Bank tersebut khusus
diperuntukkan untuk membantu modal petani dan pada tahun 2005 Cina mampu bangkit dengan keluar dari permasalahan tersebut. Dengan mensejahterahkan
petani dalam pembangunan yang berbasis pertanian maka swasembada, kemandirian, ketahanan pangan nasional dapat tercapai.
Thailand juga berhasil menjadi pesaing utama Indonesia, Thailand termasuk salah satu negara eksportir hortikultura terbesar di ASEAN.
Transformasi sosial yang terjadi di negara ini didukung dengan infrastruktur yang memadai sehingga sektor pertanian menjadi lebih efisien. Selain itu didukung juga
oleh mekanisasi pertanian untuk mengatasi biaya buruh tani yang semakin mahal, sekaligus meningkatkan efisieni waktu dan biaya, serta kemitraan yang berjalan
dengan baik. Pemerintah Thailand sangat mendukung pembangunan di bidang pertanian, salah satunya yaitu dengan mengharuskan petaninya menggunakan
bibit unggul bermutu tinggi agar dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang bagus dan dapat bersaing dengan negara-negara eksportir lainnya. Sehingga
Thailand mampu membangun sektor pertaniannya dan mampu menyebut diri mereka dengan sebutan Kitchen of The World atau dapur dunia. Thailand mampu
menjadi pesaing utama Indonesia pada komoditi bunga potong, jahe, Jambu Biji, Mangga da Manggis. Menurut data FAO pada tahun 2000-2008 Thailand
merupakan negara ketiga terbesar di dunia dalam produksi jambu biji, mangga dan manggis hanya pada tahun 2006 Thailand berada di urutan keempat.
Dahulu kala, Thailand sempat berguru pertanian ke Indoesia sehingga banyak tanaman khas Indonesia yang berhasil dibudidayakan di Thailand dan
membanjiri pasar Indonesia dan mengalahkan Indonesia di pasar internasional. Thailand merupakan benchmark Indonesia karena Thailand dan Indonesia
memiliki kesamaan iklim dengan karakteristik yang tidak jauh berbeda. Filipina juga mampu menjadi pesaing utama Indonesia dalam ekspor hortikultura ke
sepuluh negara tujuan ekspor utama dan dunia. Sama seperti Thailand, Filipina juga merupakan benchmark Indonesia sehingga Indonesia perlu banyak belajar
dari negara-negara tersebut. Filipina mampu menjadi pesaing utama Indonesia pada komoditi pisang, nanas, jambu biji, mangga dan manggis. Buah-buahan
memang menjadi salah satu komoditas ekspor utama Filipina. Filipina termasuk
ke dalam lima negara produsen pisang terbesar di dunia, dengan budidaya yang baik serta penggunaan teknologi yang tepat guna menjadikan Filipina mampu
menguasai ekspor beberapa negara tujuan utama. Menurut data FAO, dari tahun 2000 hingga 2008 Filipina merupakan
negara penghasil nanas ketiga terbesar di dunia, kecuali pada tahun 2007 Filipina sempat menduduki urutan keempat setelah posisinya direbut oleh Indonesia.
Meskipun Indonesia selalu masuk ke dalam sepuluh besar penghasil nanas terbesar di dunia, bahkan pernah menempati posisi ketiga terbesar tetapi nilai
ekspor Indonesia masih sangat kecil. Sedangkan untuk komodit Jambu Biji, Mangga da Manggis Filipina harus bersaing degan Thailand dan India. Filipina
merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Pemerintah Filipina mendukung kuat pembangunan sektor
pertanian, salah satunya yaitu dengan anggaran yang tak terbatas untuk riset bioteknologi pertanian sehingga mampu menangkal ledakan konsumsi pangan di
masa mendatang dengan memanfaatkan teknologi tersebut.
5.3 Hasil Estimasi Revealed Comparative Advantage RCA dan Export