Pemetaa n Spas ial

menyelesaikan masalah ; dan 2 dibuat suatu mode l kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional. Suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi : metodo logi untuk pe rencanaan da n pengelolaan, suatu tim yang multidisipliner, pengorganisasian, disiplin untuk bida ng yang non kuant itatif, teknik model matematik, teknik simulasi, teknik optimasi dan aplikasi komputer Marimin 2007. Simatupang 1995, mengemukakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam memecahkan atau menganalisis masalah dengan pendekatan sistem adalah : a. Melihat masalah sebagai suatu sistem. Dalam konteks penelitian ini, pulau kecil dipandang sebagai sebuah sistem. b. Mengenali sistem lingkungan. c. Identifikasi subsistem yang ada pada sistem. d. Analisis bagian-bagian sistem secara berurutan, dengan cara 1 evaluasi tujuan, 2 membandingkan keluaran output dengan tuj uan, 3 mengevaluasi manajemen, melalui: a evaluasi performansi hasil kerja, b evaluasi kebutuhan, c evaluasi percobaan experiment yang pernah dilakukan, d tingkat pe ncapa ian tujuan yang hendak dicapai, e waktu yang tersedia,4 mengevaluasi sistem pengolah informasi, dengan a menentukan informasi- informasi yang akan dibutuhkan, b mendesain sistem informasi sesuai dengan yang dibutuhka n, 5 Mengevaluasi sumberdaya meliputi : a evaluasi sumberdaya yang ada mesin, manusia, material, uang, energi dan sebagainya, b evaluasi sumberdaya yang dibutuhkan, c evaluasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, 6 mengevaluasi proses transformasi dengan cara a mengevaluasi proses pendayagunaan sumberdaya, b proses transformasi diarahkan menuju tercapainya efektivitas dan efisiensi yang cukup tinggi. Marimin 2007, metode untuk penyelesaian persoalan yang dilakukan melalui pendekatan sistem terdiri dari tahapan proses. Tahapan tersebut meliputi analisa, rekayasa model, implementasi rancangan, implementasi dan operasi sistem tersebut. Metodo logi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisa yang meliputi analisa kebutuhan, identifikasi sistem, formulasi permasalahan, 51 pembentukan alternatif sistem, determinasi dari realisasi fisik, sosial politik dan penent uan ke layaka n eko nomi da n ke uangan. Permodelan sistem merupakan salah satu metode analisis dalam pemecahan suatu masalah dengan mengabstraksikan dari suatu objek pada situasi yang aktual ke dalam ko nsep da n stukturisasi mode l. Tahapan dalam membangun model simulasi komputer menur ut Djojomartono 1993 adalah : 1. Identifikasi dan defenisi sistem. Tahap ini mencakup pemikiran, definisi, karakteristik yang bersifat dinamik atau stokastik dari masalah yang dihadapi dan memerlukan pemecahan dan mengapa perlu dilakukan pendekatan sistem terhadap masalah tersebut. Batasan dari pe rmasalahannya juga harus dibuat untuk menent uka n ruang lingk up sistem; 2. Konseptualisasi sistem. Tahap ini mencakup pa nda ngan yang lebih da lam lagi terhadap strukt ur sistem dan mengetahui dengan jelas pengaruh-pengaruh penting yang akan beroperasi di dalam sistem. Struktur dan kuantitatif dari model digabungkan bersama, sehingga akhirnya kedua-duanya akan mempengaruhi efektivitas model; 3. Formulasi model. Tahap ini biasanya model dibuat dalam bentuk kode-kode yang dapat dimasukkan ke dalam komputer. Penentuan akan bahasa komputer yang tepat merupakan bagian pokok pada tahap formulasi model; 4. Simulasi mode l. Tahap simulasi komputer digunakan untuk menyatakan dan menentukan bagaimana semua peubah dalam sistem berperilaku terhadap waktu. Tahapan ini perlu menetapka n periode waktu simulasi; 5. Evaluasi model. Berba gai uji dilakuka n terhadap mode l yang telah dibangun untuk mengevaluasi keabsahan dan mutunya. Uji berkisar memeriksa konsistensi logis, membandingkan keluaran model dengan data pengamatan atau lebih jauh menguji secara statistik parameter-parameter yang digunakan dalam simulasi. Analisis sensitivitas dapat dilakukan setelah mode l divalidasi; 6. Penggunaan model dan analisis kebijakan. Tahap ini mencakup aplikasi mode l dan mengevaluasi alternatif yang memungkinkan dapat dilaksanaka n. Pemodelan sistem dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terkait dengan kerentanan, memasukka n faktor-faktor fungsi dari kerentanan fisik yang terdiri dari exposure, sensitivity dan adaptif capacity Gambar 8 yang akan dioverlay dengan faktor sosial ekonomi dan kondisi eksisting pulau-pulau kajian. Gambar 8. Sistem Kerentanan di Pulau-Pulau Kecil Adopsi : Kasperson 1998 in Adrianto 2010.

2.11 Penelitian Terdahulu

Kajian kerentanan ba nyak dilakukan denga n mengacu pada ko nsep kerentanan Environmental Vulnerability Index kaly et al. 2004. Berdasarkan penelitian terdahulu, kajian kerentanan lebih menitikberatkan pada faktor fisis

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102