Daya Dukung Air Tawar

175 Berdasarkan analisis stakeholders, kajian pada penelitian ini menggunakan pilihan skenario I pertama yaitu skenario sangat optimis dan skenario II kedua yaitu skenario op timis. Kajian yang telah diuraikan diatas menunjukkan pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring yang memiliki kerentanan tinggi dengan luasan yang terba tas dan tingkat pemanfaatan yang masih memiliki peluang besar, membutuhkan kegiatan pengelolaan pulau-pulau kecil yang terpadu dan berkelanjutan baik secara ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan kapital capital maintenance dan penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara ekologis mengandung arti bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan integritas ekos istem, memelihara daya dukung lingkungan dan ko nservasi sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati biodiversity, sehingga diharapkan pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial, partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat dekratisasi, identitas sosial dan pengembangan kelembagaan. Dari sudut pandang ekologi, pengembangan pulau-pulau kecil membutuhkan strategi berupa keselarasan spasial, pemanfaatan optimal sumberdaya alam, aplikasi bioteknologi yang berwawasan lingkungan, pengendalian pencemaran dan minimasi secara maksimal dampak-dampak lingkungan yang sifatnya berbalik. Untuk itu diperluka n ske nario pe ngelolaan yang holistik seperti berikut : 1. Terkait dengan kenaikan muka laut, perlu diadakan pemantauan, survei dan pengumpulan data yang berkaitan dengan perubahan iklim dan kenaikan muka laut. 2. Formulasikan penyesuaian yang komprehensif dan kebijakan-kebijakan penanganannya untuk kenaikan muka laut dalam keterkaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. 3. Perhitungan dampak-dampak dan implikasi-implikasi sosial ekonomi terhadap dasar perubahan iklim, pergantian cuaca serta kenaikan permukaan laut pada pulau-pulau kecil. 4. Memetakan area-area yang rentan terhadap kenaikan muka laut serta peningkatan kesadaran masyarakat akan dampak potensial terhadap perubahan cuaca. 5. Pemanfaatan sumber-sumber energi secara efisien dengan menggunakan metode- metode yang tepat dan sesuai untuk mengurangi dampak-dampak berbaliknya perubahan iklim pada pengembangan yang berkelanjutan dari sumberdaya-sumberdaya yang ada. 6. Penghentian penggunaan bahan peledak, bahan beracun, mencari sumber- sumber alternatif untuk bahan bangunan konstruksi dan kalsium karbonat untuk mencegah penambangan, tidak melakukan pengerukan atau kegiatan lainnya yang mengganggu sedimen-sedimen dan menyebabkan air berlumpur didekat atau diatas arus untuk kerusakan terumbu karang. 7. Menghindari kerusakan lamun dengan membatasi pencemaran air termasuk praktek-praktek perikanan yang menggunakan trawl dasar yang menggaruk dan merusak ekosistem lamun. 8. Melakukan pengelolaan air tawar, dengan mengembangkan, memelihara dan melindungi daerah-daerah kantong air dan mengintensifka n ko nservasi air dengan melibatkan langsung masyarakat dalam pengelolaan dan konservasi. Selain itu dipe rluka n upa ya unt uk senant iasa dilakuka n pe mantauan da n respon terhadap dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut terhadap sumberdaya air serta melakukan alih tekhnologi desalinasi air tawar dan pengumpulan air hujan untuk melengkapi kualitas air tawar. 9. Pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil hendaknya memperhatikan aspek daya dukung lingkungan dan kesesuaian spasial, sehingga potensi 177 sumberdaya hayati yang ada di pulau-pulau kecil dapat dimanfaatkan lebih optimal dan berkelanjutan. 10. Pembangunan pulau-pulau kecil diperlukan perencanaan yang terarah dan terintegrasi, sehingga output pembangunan yang dihasilkan menjadi optimal dan berkelanjutan. 11. Kerangka pembangunan yang dikembangkan melibatkan semua pemangku kepentingan stakeholder yang akan mengelola sebuah pulau-pulau kecil. 12. Masyarakat di pulau-pulau kecil perlu dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pembangunan pulau-pulau kecil, ikut memberikan masukan dalam proses pembuatan keputusan dan ikut mengambil bagian dalam memanfaatkan hasil pembangunan di pulau-pulau kecil. 13. Pengembangan sumberdaya manusia di pulau-pulau kecil melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakuka n secara rut in. 8 SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan 1. Pulau-pulau kecil memiliki kerentanan yang berbeda-beda. Berdasarkan kerentanan lingkungan, Pulau Balang Lompo, Pulau Pajenekang, Pulau Sanane dan Pulau Bontosua memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi. Sedangkan berdasarkan kerentanan ekonomi, Pulau Sanane, Pulau Langkadea dan Pulau Pajenekang memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi. Berdasarkan kompos it kerentanan lingkungan da n kerentanan eko nomi, Pulau Langkadea, Pulau Pajenekang, Pulau Sanane dan Pulau Badi memiliki kerentanan yang tinggi. Sedangkan Pulau Balang Lompo, Pulau Panambungan, Pulau Badi dan Pulau Bontosua memiliki kriteria kerentanan sedang. Dan Pulau Balang Caddi memiliki kriteria ke rentanan yang renda h. 2. Hasil analisis kesesuaian lahan yang dikompilasi dengan faktor kerentanan pulau, diperoleh nilai peruntukan lahan wisata selam dengan kategori sangat sesuai seluas 42,57 ha; kategori sesuai seluas 53,90 ha dan kategori tidak sesuai seluas 56,32 ha. Nilai kesesuaian lahan wisata snorkling dengan kategori sangat sesuai seluas 29,93 ha, kategori sesuai seluas 58,66 ha dan ka tegor i tidak sesuai seluas 42,33 ha. Kesesuaian lahan peruntukan memancing dengan kategori sangat sesuai seluas 177,94 ha, kategori sesuai seluas 434,08 ha dan kategori tidak sesuai seluas 160,94 ha. Kesesuaian wisata berjemur dengan kategori sangat sesuai seluas 3,60 ha, kategor i sesuai seluas 6,58 ha dan kategori tidak sesuai seluas 28,40 ha. Pulau Balang Lompo memiliki nilai 11,01 ha untuk pemanfaatan pemukiman. Pulau Balang Caddi memiliki luas lahan ya ng sesuai 8,32 ha, Pulau Badi memiliki luas lahan 0,04 ha untuk pemanfaatan pemukiman dan Pulau Pajenekang memiliki luas 2,64 ha untuk pemanfaatan pemukiman. 3. Berdasarkan hasil analisis daya dukung pulau-pulau kecil, dengan pertumbuhan ikan sebesar 0,16 maka jumlah ikan yang dapat ditangkap secara maksimal adalah 3.641,31 ton dengan jumlah alat tangkap yang dapat dioperasionalkan sebesar 199.622,68 unit. Energy exomomatic ika n- ikan yang tertangkap sebesar 31,24 kJ dengan efisiensi koloni sebesar 3,26 kJ. Dan berdasarkan cakupan air tawar sebesar 643,433 m 3 4. Pulau-pulau kecil yang memiliki kerentanan tinggi memerlukan pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan baik secara ekologis, ekonomi, sosial buda ya maupun tekhnologi. th, maka pulau-pulau kecil di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan hanya dapat menampung wisatawan sebanyak 2.301 orangtahun dengan kesesuaian spasial seluas 254,04 ha.

8.2 Saran

Saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pada pulau-pulau kecil yang memiliki tingkat kerentanan sedang hingga tinggi, memerlukan tingkat daya adaptasi yang tinggi agar pulau-pulau tersebut tidak menjadi bahaya. Tingkat adaptasi yang dibutuhkan melalui penguatan kualitas sumberdaya manusia dan rehabilitasi kondisi ekos istem pulau-pulau melalui upa ya ko nservasi. 2. Berdasarkan kesesuaian spasial dan kriteria kerentanan pulau-pulau kecil, maka hendaknya pemanfaatan sumberdaya lainnya harus mempertimbangkan luasan wilayah yang masih dapat dikembangkan. 3. Dalam pemanfaatan sumberdaya yang belum melampaui kapasitas daya dukung, diperlukan upaya pembatasan pemanfaatan sumberdaya agar sumberdaya yang ada tetap lestari. 4. Diperlukan teknologi desalinasi air laut untuk dijadikan air tawar, sehingga kebutuhan air tawar dapat tercukupi bagi wilayah pulau-pulau kecil yang kekurangan air tawar, begitupula upaya pengelolaan kantong-kantong air di pulau-pulau kecil perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. 5. Pengelolaan pulau-pulau kecil yang rentan hendaknya dikelola secara berkelanjutan dengan mengedepankan aspek kesesuaian spasial dan daya dukung wilayah serta melibatkan seluruh stakeholders terkait.

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102