Tingkat Pendapatan Sistem Sosial .1 Keadaan Penduduk
133
de lta-delta sungai. Dampak fisik yang disebabkan akibat kenaikan muka laut diantaranya adalah 1 terjadinya peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, 2
erosi garis pantai, 3 meningkatkan bahaya badai laut di daerah pesisir, 4 berubahnya ekosistem pesisir, 5 aquifer salinization. Nilai SLR yang diperoleh
dari data penelitian berkisar 5,66 mmthn hingga 5,70 mmthn Lampiran 4. Hal ini menunjukkan bahwa dalam waktu 100 tahun, akan terjadi kenaikan muka laut
sebesar 5,6 m – 5,7 m. Jika ketinggian pulau hanya 5,6 m hingga 5,7 m, maka akan membawa dampak tenggelamnya pulau tersebut, jika tidak diiringi dengan
upaya konservasi atau perlindungan pulau dengan membangun break waters di sekiling pulau berdasarkan sistem kapasitas alam yang ada. Dampak kenaikan
muka laut Nicholls, 2002 in Paharuddin 2011 terdapat pada Tabel 25. Tabe l 25 Dampak Kenaikan Muka Laut
Dampak Biofisik Faktor Relevan Lainnya
Iklim Non Iklim
Perendaman, banjir, gelombang, dampak
efek backwater
Gelombang, perubahan
morfologi, suplai sedimen, run-off
Suplai sedimen, penanganan banjir, pe ruba han morfologi,
pengelolaan daerah tangkapan air dan pemanfaatan lahan
Kehilangan daerah lahan
basah Suplai sedimen
Suplai sedimen
Eros i Gelombang dan badai
iklim, suplai sedimen Suplai sedimen
Intrusi air laut air permukaan
Run-off, curah hujan Pengelolaan daerah
tangkapan air Sumber : Nicholls 2002 in Paharuddin 2011
Kisaran pasang sur ut di pulau-pulau yang dikaji adalah 1,50 hingga 1,66 cm Lampiran 4, dengan skor kerentanan 2 – 3 rentan rendah – rentan sedang.
Faktor pasang surut berhubungan dengan kemudahan dari suatu pantai pesisir mengalami perendaman atau penggenangan apabila terjadi banjir dan
mempercepat bergesernya garis pantai. Untuk di pulau-pulau penelitian berdasarkan perhitungan bilangan Fomzahl dari konstanta pasang surut yang ada
pada Tabe l 26 diperoleh bilangan F =1,73 untuk perairan sekitar Biringkassi pulau-pulau Spermonde. Hal ini berarti kedua daerah tersebut memiliki tipe
pasang surut “Campuran Domina n Tungg al” dimana da lam satu hari terjadi dua
134
kali pasang dan satu kali surut atau satu kali pasang dua kali surut atau terkadang cende rung satu pasang da n satu ka li surut.
Tabe l 26 Konstanta Pasut di Loka si Penelitian Konstanta Pasut
So M2 S2
N2 K2
K1 O1 P1
M4 MS4 Amplitudo cm
90 13
17 5
5 32
20 10
1 Pase
- 252 144 134 144
65 95
65 32
Nilai tinggi gelombang yang merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terendamnya pulau dan atau mempercepat garis pantai bergeser di
lokasi penelitian berkisar 0,13 m hingga 0,45 m, dengan kisaran kerentanan 2 – 5 yaitu rentan rendah hingga rentan sangat tinggi. Pada umumnya perairan sekitar
Pulau-pulau Pangkajene Kepulauan rata-rata tinggi gelombang hanya mencapa i 1 meter dengan arah yang bervariasi dari tenggara hingga barat. Gelombang tinggi
hingga 2-3 meter umumnya terjadi berasal dari arah barat, hal ini berarti pada musim barat perairan di sekitar Kepulauan Pangkajene Kepul auan Pangkep
memiliki ketinggian gelombang yang lebih besar dibanding musim lainnya. Tinggi gelombang ini akan semakin besar saat gelombang bertransformasi kearah
pantai. Frekuensi kejadian gelombang terbanyak berkisar antara 0,5 – 1 meter dari arah tenggara. Perambatan gelombang dari arah tenggara tidak berpengaruh besar
pada perairan Kepulauan Pangkajene Kepulauan, sehingga pada musim timur angin tenggara gelomba ng yang terjadi di perairan Kepulauan Pangkajene
Kepulauan memiliki tinggi gelombang yang kecil 1 meter. Nilai tinggi gelombang pulau-pulau yang dikaji dapat dilihat pada Lampiran 5.
B Sensitivity kepekaan
Kepekaan adalah tingkatan dari suatu sistem yang dipengaruhi atau berhubungan dengan stimulus karena perubahan iklim. Kaly et al. 2004
mengemukakan bahwa kepekaan merefleksikan respon dari suatu sistem terhadap pengaruh iklim kenaikan muka laut dan tingkat perubahan yang diakibatkan oleh
perubahan tersebut. Villagran 2006 mendefinisikan kepekaan sebagai suatu tingkatan atau level dari sebuah sistem alam yang dapat mengabsorbsi atau