Kerentanan Lingk ungan Kerentanan Parsial

140 Gambar 17 Peta Kerentanan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil yang Dikaji 139 140 Hasil kajian kerentanan lingkungan yang terlihat diatas, menunjukk an kerentanan lingkungan yang paling dominan adalah kerentanan pantai berupa naiknya air laut ke pantai di pulau-pulau kecil sebagai akibat perubahan iklim yang semakin besar akibat kenaikan muka laut. Hal ini senada dengan hasil kajian Hantoro et al. 1992, 1993, yang mengemukakan bahwa terdapat beberapa kawasan yang akan mengalami penggenangan pesisir dan pulau kecil akibat kenaikan muka laut global dampak pemanasan global. Terdapat 3.000 buah pulau kecil yang rentan terhadap kenaikan muka laut termasuk pulau-pul au di Selat Makassar da n kerentanan pulau tersebut akan menjadi sangat tinggi ketika unsur bahaya dan kerugian yang dikaitkan dengan kegiatan kehidupan manusia seperti pembangunan kawasan yang tidak sesuai dengan daya dukung dan kriteria kesesuaian spasial. Untuk menanggulanginya diperlukan upaya adaptasi masyarakat berbasis lingk ungan sedari dini, seperti pemulihan ekos istem pantai di pulau dan kegiatan mitigasi harus mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat.

6.1.2 Kerentanan Ekonomi

Seperti halnya dengan kerentanan lingkungan, pada penelitian ini kerentanan ekonomi juga terdiri dari kajian kerentanan faktor 1 exposure keterbukaan, 2 sensitifitas dan 3 kapasitas adaptif. Penelitian ini menggabungkan faktor kerentanan ekonomi dengan kondisi sosial masyarakat, kondisi ekosistem, kondisi eksisting pulau da n ke rentanan lingk ungan. Basis data yang digunakan diberi nilai antara 0 hingga 1, dengan kriteria kerentanan dari kerentanan sangat renda h hingga ke rentanan sangat tinggi . A Exposure Keterbukaa n Indeks Keterbukaan Ekonomi Economic Exposure Index, EEI Indeks keterbukaan ekonomi terkait dengan nilai ekonomi pulau yang meliputi pengukuran 1 rasio aktifitas perdagangan eksternal ET, yang menggambarkan tingkat keterbukaan pulau dan 2 rasio keuangan eksternal EF yang menggambarkan tingkat ketergantungan pulau-pulau kecil PPK pada Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Daerah Briguglio 2000. 141 Parameter perdagangan keluar outflow dalam kajian ini menggunakan volume perdagangan perikanan yang disubtitusikan dalam nilai harga ikan, nilai transpor tasi dan nilai penerangan listrik, sedangkan perdagangan masuk inflow menggunakan parameter jumlah kebutuhan manusia di pulau-pulau kecil yang diperoleh dari luar pulau, termasuk nilai air tawar yang diperoleh dari mainland. Nilai ET i Gambar 18 Tingkat Ketergantungan Perdagangan Eksternal PPK yang Dika ji yang terbesar terdapat di Pulau Badi dengan nilai 1, hal ini mengindikasikan bahwa Pulau Badi memiliki tingkat ketergantungan perdagangan eksternal yang tinggi dibandingkan dengan pulau lainnya. Sedangkan tingkat ketergantungan pulau terhadap bantuan pemerintah pusat daerah EF yang terbesar terdapat di Pulau Balang Lompo karena pulau tersebut menjadi pusat pemerintahan kecamatan Liukang Tupabbiring, dimana prasarana dan sarana lebih tercukupi dibanding pulau lainnya. Sedangkan tingkat ketergantungan yang paling rendah terdapat di Pulau Sanane yang berarti dalam mengembangkan ekonominya, Pulau Sanane masih rendah, dimana tingkat ketergantungan pulau terhadap bantuan pemerintah rendah Gambar 18. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 N ila i E T I d a n E F I ETI EFI 142 B Sensitivity 1 Indeks Keterpencilan Ekonomi Economic Remoteness Index, ERI Indeks keterpencilan ekonomi diukur de ngan memasukka n faktor kerentanan eko nomi pulau-pulau kecil karena terkait dengan ketidakpastian keterlambatan kegiatan perekonomian yang ada di pulau-pulau kecil khususnya perda gangan barang masuk dan barang keluar yang sangat dibutuhkan oleh penduduk yang bermukim di pulau-pulau kecil karena keterbatasan wilayahnya. Parameter yang dapat digunakan dalam indeks ini adalah dengan menggunakan biaya-biaya transportasi biaya transpor tasi total dari tanah daratan ke masing- masing pulau-pulau kecil. Untuk parameter transportasi wilayah pulau-pulau kecil studi, yang tertinggi terdapat di Pulau Balang Lompo, sementara tingkat keterpencilan pulau yang tertinggi terdapat di Pulau Langkadea, Pulau Panambungan, Pulau Bontos ua da n Pulau Sanane Gambar 19. Hal ini mengindikasikan perdagangan barang masuk atau barang keluar dan orang masuk atau orang yang keluar serta alat transportasi di Pulau Balang Lompo lebih lancar dibandingkan pulau lainnya. Gambar 19 Tingkat Keterpencilan Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 E R I 143 2 Indeks Dampak Kenaikan Muka Laut Sea Level Rise Index, SLRI Kenaikan muka laut SLR akan berdampak pada erosi garis pantai dan berubahnya ekosistem pesisir. Proyeksi nilai SLR terhadap total produk domestik bruto GIP dan produk domestik bruto perkapita GIP-P pada masing- masing pulau-pulau kecil yang dikaji. Persentase nilai ancaman bahaya SLR terhadap total GIP yang dihitung meliputi nilai produksi perikanan, listrik dan transpor tasi tertinggi terjadi di Pulau Balang Lompo yaitu sekitar Rp. 56.743.758,5 dan nilai terendah terjadi di Pulau Badi yaitu sekitar Rp 18.921.316,4, ini terkait dari nilai GIP pulau. Semakin besar nilai GIP pulau, maka dampak biaya yang ditimbulkan akibat kenaikan muka laut akan semakin besar, begitupun sebaliknya. Dari data yang tersaji di Histogram pada Gambar 20, terlihat bahwa dampak kenaikan muka laut secara ekonomi yang terbesar terdapat di Pulau Bontosua, kemudian diikuti oleh Pulau Balang Caddi, Pulau Badi, Pulau Pajeneka ng da n Pulau Sanane. Hal ini berarti nilai ancaman bahaya SLR terhadap total GIP dan GIP-P di Pulau Balang Lompo lebih besar dibandingkan pulau- pulau lainnya atau dengan kata lain Pulau Balang Lompo memiliki kerentanan yang tinggi terhadap variabel dampak kenaikan muka laut. Gambar 20 Indeks Dampak Kenaikan Muka Laut Pulau-Pulau Kecil yang Dikaji 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 S L R I 144 C Adaptif Capacity Kapasitas Adaptif Parameter yang digunakan dalam komponen kerentanan kapasitas adaptif yang dimasukkan disini yaitu dengan memasukkan indeks karakt eristik lahan indeks pantai dan indeks keterisolasian pulau, indeks tekanan penduduk dan indeks de gradasi lahan. Komponen-komponen tersebut dimasukka n seba gai pembatas karena faktor-faktor tersebut dapat menyesuaikan sistem alam atau manusia dalam merespon kondisi aktual dan iklim atau dampak dari perubahan iklim. 1 Indeks Karakteristik Lahan a Indeks Pantai Indeks pantai menunjukkan karakteristik sifat fisik smallness pulau. Semakin kecil pantai, maka pulau tersebut menjadi semakin rentan terhadap kondisi aktual atau iklim atau dampak dari perubahan iklim. Hasil kajian smallness pulau menunjukkan pulau yang paling kecil terdapat di Pulau Langkadea, yang menunjukkan Pulau Langkadea sangat rentan terhadap naiknya muka laut da n pe ruba han iklim yang terjadi di sekitar pulau-pulau kecil. Selain itu, pulau yang berukuran kecil akan memiliki daerah tangkapan air yang lebih sedikit. Ukuran smallness pulau-pulau kajian dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Tingkat Ukuran Pulau-Pulau Kecil yang Dikaji 5 10 15 20 25 30 C o a st a l I n d e x 145 Gambar 21 menunjukkan selain Pulau Langkadea dari ukuran fisik pulau, memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi, kemudian Pulau Panambungan, Pulau Bontosua, Pulau Pajenekang dan Pulau Sanane. Sementara pulau yang secara fisik memiliki ukuran yang besar yaitu Pulau Balang Lompo. Ini berarti berdasarkan variabel ukuran pulau, Pulau Balang Lompo memiliki tingkat kerentanan yang renda h. b Indeks Keterisolasian Pulau Insularity index Indeks keterisolasian pulau dimasukka n dalam parameter kapasitas adaptif karena semakin jauh pulau terhadap mainland, maka pulau tersebut semakin rentan karena jika kerentanan menjadi bahaya, maka bantuan dari mainland akan semakin lama. Tingkat keterisolasian pulau yang paling rentan terdapat di Pulau Sanane dan Pulau Bontosua, sedangkan yang memiliki tingkat kerentanan rendah terdapat di Pulau Langkadea, Pulau Balang Lompo dan Pulau Balang Caddi seperti yang terlihat pada Gambar 22. Ini berarti Pulau Sanane dan Pulau Bontos ua lebih terisolasi dibandingkan dengan Pulau Langkadea, Pulau Balang Lompo dan Pulau Balang Caddi. Gambar 22 Insularity Index Pulau-Pulau Kecil yang Dikaji -1 1 3 5 7 9 11 13 In su la it y I n d e x 146 2 Indeks Tekanan Pulau Indeks ini meliputi tekanan pe nduduk da n tekanan ekos istem pulau. Sebagaimana diketahui manusia semakin bertambah setiap tahunnya. Kondisi pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas manusia indeks pembangunan manusia, akan menimbulkan dampak terdegradasinya lahan ekosistem. a Indeks Populasi Penduduk yang tinggi dan tidak dibarengi dengan kualitas sumberdaya manusia SDM yang tinggi, akan mengekstraksi ekosistem dengan intensitas yang tinggi dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kondisi tersebut berakibat pada kerusakan ekosistem. Dari analisis yang dilakukan Gambar 23, terlihat bahwa pulau yang sangat rentan dan memiliki penduduk yang memberikan tekanan sangat tinggi terdapat di Pulau Pajenekang dan diikuti oleh Pulau Balang Lompo. Ini terjadi karena pada Pulau Pajenekang dan Pulau Balang Lompo, laju pertumbuhan pe nduduknya sangat tinggi, yang akan mengakibatkan jumlah penduduk yang akan mengekstraksi sumberdaya alam di Pulau semakin besar. b Indeks Degradas i Lahan Indeks degradasi lahan merupakan indeks yang mengukur dampak tekanan ekosistem dari aktifitas manusia. Komponen ini merupakan fungsi dari degradasi lahan oleh lahan terbangun dengan luas lahan terbangun pada kurun waktu tertentu. Dalam kajian ini, data yang dimasukka n ada lah pertumbuhan pe nduduk selama 10 tahun dan jumlah lahan terbangun selama 10 tahun berdasarkan data citra selama 10 tahun Gambar 24. Data lahan terdegradasi yang dihitung adalah luas lahan terumbu karang yang terdegradasi selama 10 tahun. Hasil kajian menunjukkan luasan terumbu karang yang terdegradasi terbesar terdapat di Pulau Badi, Pulau Balang Lompo dan Pulau Balang Caddi. 147 Gambar 23 Tekanan Penduduk terhadap Kondisi Ekosistem Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji Nilai terendah terdapat di wilayah Pulau Panambungan. Ini menunjukkan bahwa pembangunan lahan, khususnya pemukiman sangat tinggi di Pulau Badi, Pulau Balang Lompo dan Pulau Balang Caddi. Sementara pembangunan di Pulau Panambungan sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pulau tersebut tidak berpenghuni dan pengelolaannya diberikan kepada pihak swasta Bosowa Group, yang memiliki cottage sejumlah 10 unit bangunan selama 10 tahun terakhir. D Kompos it Kerentanan Ekonomi Komposit kerentanan ekonomi dilakukan karena faktor- faktor kerentanan yang digunakan memiliki unit yang berbeda dalam pengukuran. Dari hasil komposit kerentanan yang dilakukan, diperoleh kajian pulau-pulau yang memiliki tingkat kerentanan yang tinggi hingga kerentanan yang rendah Gambar 24. Kerentanan eko nomi menujukk an Pulau yang memiliki ke rentanan sangat tinggi terdapat di Pulau Sanane, Pulau Pajenekang dan Pulau Langkadea. 14,20 4,36 0,00 0,00 1,72 19,69 1,85 12,20 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 T e k a n a n P e n d u d u k 148 Gambar 24 Degradasi Terumbu Karang Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji

6.2 Kerentanan Kompos it

Untuk menentukan kerentanan pulau dengan pendekatan ekologi, ekonomi, maka kerentana n lingkungan yang telah diperoleh dikompositkan dengan kerentanan eko nomi yang telah dibahas di depan. Hasil kompilasi data kerentanan menunjukkan pulau yang sangat rentan terdapat pada Pulau Badi, Pulau Pajenekang dan pulau Sanane. Pulau yang memiliki tingkat kerentanan yang sedang terdapat di Pulau Balang Lompo, Pulau Langkadea, Pulau Panambungan dan Pulau Bontosua. Sementara Pulau yang memiliki tingkat kerentanan yang rendah terdapat di Pulau Balang caddi Gambar 26. Hal ini disebabkan karena dari kerentanan lingkungan, Pulau Balang caddi lebih terlindung dibandingkan dengan pulau lainnya. Begitupun dari faktor kerentanan ekonomi, Pulau Balang Caddi memiliki kerentanan yang sangat rendah. Nilai kerentanan ekonomi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. 2 4 6 8 10 12 14 16 D e g ra d a si K a ra n g 149 Kajian kerentanan ekonomi di pulau-pulau kecil juga telah dilakuka n oleh Briguglio 1995, Adrianto 2004 dan Rahman 2009, yang menunjukkan bahwa pulau-pulau kecil memiliki peluang ekonomi yang terbatas, yang menjadikan pulau tersebut menjadi rentan. Agar ke giatan eko nomi di pulau-pulau kecil mendapatkan skala yang sesuai, maka pengembangan sektor perdagangan diperlukan, walaupun tergantung pula kepada infrastruktur yang ada di pulau- pulau kecil tersebut. Adapun kegiatan ekonomi yang memungkinkan untuk dilakukan di pulau-pulau kecil adalah kegiatan ekonomi yang terspesialisasi sesuai dengan sumberdaya yang tersedia. Dalam beberapa hal, specialized economy seperti yang terjadi untuk pulau-pulau kecil berdampak positif, khususnya yang terkait dengan konsep skala ekonomi. Dengan keanekaragaman spesialisasi ekonomi dari sebuah pulau kecil, maka semakin meningkat pula tingkat ketahanan resiliensi ekonomi dari pulau tersebut dari faktor eksternal sepanjang pengelolaan kegiatan ekonomi tersebut memperhitungkan tingkat daya dukung pulau secara umum Hein 1990 in Adrianto 2004. Karakteristik lain dari pulau-pulau kecil yang terkait dengan pengembangan ekonomi wilayah yang menjadikannya rentan adalah tingkat insularitas. Pulau- pulau kecil memiliki tingkat insularitas yang tinggi karena sebagian besar jauh dari daratan induknya. Persoalan ekonomi pulau-pulau kecil yang terkait dengan karakteristik insularitas ini terutama yang terkait dengan persoalan transpor tasi dan komunikasi, lingkungan ekonomi yang cenderung monopolistik, melimpahnya sumberdaya kelautan dan dominasi sektor jasa. Untuk itu dalam menciptakan keseteraan pembangunan pulau-pulau kecil diperlukan perencanaan yang terarah dan terintegrasi, sehingga output pembangunan yang dihasilkan menjadi optimal dan berkelanjutan serta terciptanya pembangunan wilayah kepulauan terpencil atau terluar dapat sejajar atau paling tidak tidak terlalu ketinggalan dengan wilayah daratan induk lainnya. 150 Gambar 25 Kerentanan Ekonomi Pulau-Pulau Kecil yang Dika ji 150

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102