Optimas i Penangkapan Ikan

101 volume air yang disimpan dalam pori-por i tanah, hingga kondisi tanah menjadi jenuh. Secara keseluruhan perhitungan debit dengan Metoda Mock ini mengacu pada water balance , dimana volume air total yang ada di bumi adalah tetap, hanya sirkulasi dan distribus inya yang bervariasi.

A. Water Balance

Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam inflow dan aliran ke luar outflow di suatu daerah untuk suatu periode tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air water balance. Bentuk umum persamaan water balance adalah: P = Ea + ΔGS + TRO ……………………………………………….46 Dengan : P = presipitasi. Ea = evapotranspirasi. ΔGS = perubahan groundwater storage . TRO = total run off. Water balance merupaka n siklus tertutup yang terjadi untuk suatu kurun waktu pe ngamatan tahunan tertentu, dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage atau ΔGS = 0. Artinya awal penentuan groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan kurun waktu tahunan tersebut. Sehingga persamaan water balance menjadi: P = Ea + TRO ………………………………………………………47 Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan Metoda Mock sehubungan dengan water balance untuk kurun waktu misalnya 1 tahun adalah seba gai berikut: a. Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage ΔGS harus sama dengan nol. b. Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun harus sama dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.

B. Data Iklim

Data iklim yang digunakan dalam Metoda Mock adalah presipitasi, temperatur, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan data kecepatan angin. Secara umum data-data ini digunakan untuk menghitung evapotranspirasi. Dalam metoda Mock, data-data iklim yang dipakai adalah data bulanan rata-rata, kecuali untuk presipitasi yang digunakan adalah jumlah data dalam satu bulan.

C. Evapotrans pirasi

Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau exposed surface pada musim kemarau. Besarnya exposed surface m untuk tiap daerah berbeda-beda. Untuk pulau kecil dengan kriteria daerah tererosi, evapotranspirasi sebesar 10-40 Penelitian ini menggunakan evapotranspirasi 20 , dengan nilai SMC Soil Moisture Capacity 50 mm kriteria pasir halus, dengan jenis tanaman berakar pendek dengan zona akar 0,50 m. Untuk mengetahui kebutuhan air di pulau- pulau kecil, digunakan proyeksi kebutuhan air untuk kegiatan domestik rumah tangga minum, memasak, MCK, dan lain- lain sebesar 60 literhariorang kriteria penduduk perdesaan.

4.5.8 Analisis Multi Kriteria Pengelolaa n Pulau-Pulau Kecil

Dari identifikasi sistem di atas, terlihat faktor- faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan pemanfaatan ekosistem yang terdapat di pulau-pulau kecil yang meliput i kerentanan lingkungan dan kerentanan eko nomi. Kerentanan lingkungan meliputi faktor sea level rise SLR, tinggi pasang surut, rata-rata tinggi gelombang, kemiringan dan geomorfologi pulau, persentase tutupan karang, jenis lifeform, jumlah lamunm 2 dan jenis lamun. Kerentanan ekonomi meliputi indeks keterbukaan ekonomi, indeks keterpencilan ekonomi, indeks ekonomi karena kenaikan muka laut, indeks pantai, indeks keterisolasian pulau, indeks tekanan penduduk, indeks populasi, dan indeks degradasi lahan 103 Berdasarkan subsistem-subsistem tersebut, pe milihan pr ioritas pemanfaatan dengan bantuan ekxpert ahli yang berkecimpung dalam pemanfaatan sumberdaya di pulau-pulau kecil digunakan analisis Multi Criteria Decision Making MCDM, yang dike nal de ngan Criterium Plus. Pada analisis MCDM Critplus ini, pe mbobo tan suatu alternatif dan kriteria yang diambil, disusun berdasarkan matrik seperti yang disajikan pada Tabel 17 berikut : Tabe l 17 Matrik Pembobo tan Kriteria dalam Penentuan Prioritas Kerentanan Pulau-Pulau Kecil KRITERIA C 1 C 2 ….. C n Alternatif W 1 W 2 ….. W n A 1 A 11 A 21 …… A 1 n A 2 A 12 A 22 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. A m A m1 A m2 ….. A mn Dimana : A i = 1,2, m = menunjukkan pilihan alternatif yang ada Cj j = 1,2,n = merujuk pada criteria dengan bobot Wj Aij i=1..m, j = 1 ..n = pengukuran keragaan da n satu alternatif Ai Berdasarkan kriteria Cj.5 Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik SMART Simple Multi Attribute Rating Technique. Teknik SMART merupakan keseluruhan proses dari perantinga n alternatif-alternatif dan pembobotan dari atribut yang ada. Tahap yang dilakukan adalah 1 mengurutkan kriteria yang menjadi faktor pembatas dari pemanfaatan sumberdaya yang ada dan 2 melakukan estimasi rasio kepentingan relatif dari setiap atribut yang ada. Selanjutnya analisis yang ada, digabung menjadi satu dengan mengagregasi dengan cara membuat rata-rata geometrik faktor-faktor yang menjadi pembatas setiap pemanfaatan sumberdaya dengan formulasi : γ = π Si 1n Dimana : γ = Rata-rata geometrik, dimana n = 2 ….......sehingga persamaan menjadi γ = √ S 1 x S Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas pemanfaatan sumberdaya dilakukan dengan menggunakan metode scoring dan pembobotan yang merupaka n pe nyatuan da ri berbagai parameter terkait. Nilai pada kolom score besarnya disesuaikan dengan nilai pada kriteria : 2 1 Score 1 : Nilai hasil pengamatan termasuk atau sesuai dengan kriteria rendah. 2 Score 2 : Nilai hasil pengamatan termasuk atau sesuai dengan kriteria sedang. 3 Score 3 : Nilai hasil pengamatan termasuk atau sesuai dengan kriteria tinggi. Parameter-parameter yang menjadi indikator untuk diberi nilai berdasarkan score yang diinginkan adalah parameter-parameter kerentanan lingkungan dan kerentanan eko nomi 4.5.9 Analisis Penge mbanga n Pemanfaat an Pulau-Pulau Kecil Kajian pemanfaatan sumberdaya yang prioritas dengan menggunakan analisis MCDM Citerium Plus, dilanjutkan dengan analisis prospektif, untuk mengetahui faktor- faktor yang paling dominan yang paling berpengaruh terhadap kerentanan pulau-pulau kecil. Tahap yang dilakuka n ada lah : 1. Berdasarkan tujuan studi yang ingin dicapai, responden dimohon untuk memberikan faktor kriteria variabel yang mempengaruhi pencapaian tujuan studi seperti yang dikemukakan di atas. 2. Dari hasil identifikasi kriteria, diperoleh beberapa faktor yang akan dilihat hubungannya secara timbal balik mutual, berdasar tabel matriks analisis pengaruh antar faktor yang akan diisikan dengan skor antara 0 – 3. Pedoman penilaian dapat dilihat pada Tabel 18. Tabe l 18 Pedoman Penilaian Analisis Prospektif Skor Keterangan Tidak ada Pengaruh 1 Berpengaruh Kecil 2 Berpengaruh Sedang 3 Berpe ngaruh sangat kuat 105 3. Jika faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1, sebanyak N; dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara : 1 Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya sel mempunyai nilai 0 dengan jumlah ½ N, maka nilai sel tersebut 0. 2 Jika nilai 1,2, 3 bersama-sama berjumlah ½ N, maka nilai sel tersebut ditentukan berdasarka n yang paling banyak dipilih antara nilai 1, 2 dan 3 3 Jika jumlah faktor N adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai 0 sama banyak dengan jumlah nilai 1, 2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut kepada stakeholders, untuk menentuka n nilai sel tersebut. 4. Nilai-nilai sel yang telah disepakati oleh responden dimasukkan kembali dalam program seleksi faktor dalam bentuk : 1 Pengaruh langsung global 2 Ketergantungan global 3 Kekuatan global 4 Kekuatan global tertimbang 5 Gambar hubungan antar faktor berdasarkan total pengaruh dan ketergantungan. 6 Berdasarkan keadaan state kriteria tahap 3, seleksi dilakukan berdasarkan kekuatan global tertimbang dan posisi faktor dalam gambar hubungan antar faktor, yaitu pada kuadran kiri atas untuk membangun skenario. 7 Membuat keadaan state suatu faktor berdasarkan pemanfaatan yang telah menjadi prioritas di pulau Tanakeke. Untuk setiap faktor dapat dibuat satu atau lebih keadaan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Keadaan harus memiliki peluang sangat besar untuk terjadi bukan hayalan da lam suatu wakt u di masa ya ng aka n datang. b. Keadaan bukan merupakan tingkatan atau ukuran suatu faktor seperti besar, sedang, kecil atau baik buruk tetapi merupakan deskripsi tentang situasi dari sebuah faktor. 8 Keadaan yang ada diidentifikasi dari keadaan yang paling optimis sampai paling pesimis. 9 Dari kombinasi beberapa faktor dibuat skenario-skenario yang mungkin terjadi di masa yang akan datang untuk kemudian dipilih skenario yang mungkin terjadi berdasarkan hasil identifikasi dari respo nde n. Tabe l 19 Matriks Pengaruh dan Ketergantungan Faktor pada Analisis Prospektif. DARI A B C D E F G H I J Total Pengaruh THDP A B C D E F G H I J

4.6 Batasan Defenisi Operasional Pulau

Pulau merupakan massa daratan yang terbe ntuk secara alami, yang dikelilingi oleh air dan selalau berada muncul diatas air pasang KLH and PIK IPB 2003. Pulau Kecil Pulau yang mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 2.000 km 2 beserta kesatuan ekosistemnya UU RI Nomor 272007 107 Kerentanan Vulnerability Karakteristik dan kondisi masyarakat, sistem atau modal yang menyebabkan sifat rawan untuk mengalami kerusakan dari keadaan yang membahayakan UNISDR 2009 Kerentanan Fisik Physical Vulnerability Kondisi sumberdaya alam yang rentan terhadap dampak yang merugikan dari kejadian bencana Szlafsztein 2005 Kerentanan Pesisir Coastal Vulnerability Potensi gangguan pada sistem pesisir oleh banjir danatau erosi yang disebabkan oleh badai ataupun sumber lainnya yang membutuhkan usaha dalam mencegah, menghadapi, ataupun menghalangi konsekuensi-ko nsekue nsi yang dapat ditimbulkannya Quintana 2008 Kerentanan Sos ial – Ekonomi Socio-Economic Vulnerability Kondisi manusia secara individu, ke lompok atau masyarakat baik dalam hal ke mampuan mereka secara fisik maupun emosional, maupun kemampuan dalam usaha antisipasi, mengatasi, melawan dan membangun kembali dari dampak bencana atau perubahan yang tidak dikehendaki dalam hal penghidupan dan kegiatannya Szlafsztein 2005 Daya Dukung Daya dukung ada lah suatu ukuran jumlah individu dari suatu spesies ya ng dapat didukung oleh lingkungan tertentu KLH and FPIK IPB 2003, dengan tingkatan : 1. Daya dukung absolut atau maksimun, yaitu jumlah maksimum individu yang dapat didukung oleh sumberdaya lingkungan pada tingkat sekedar hidup tingkat ini dapat disebut kepadatan subsistem untuk spesies tertentu. 2. Daya dukung dengan jumlah individu dalam keadaan kepadatan keamanan atau ambang batas keamanan. Kepadatan keamanan lebih rendah daripada kepadatan subsistem. 3. Daya dukung dengan jumlah individu dalam keadaan kepadatan optimum. Pada kepadatan optimum ini, individu- individu dalam populasi akan mendapatkan segala keperluan hidupnya dengan cukup, serta menunjukkan pertumbuhan dan kesehatan individu yang baik. Kepadatan opt imum hanya dapat dipertahankan oleh pembatasan yang kuat terhadap pertumbuhan, yang diatur oleh tingkah laku spesies yang bersangkutan pembatasan diri. Indeks Kerentanan Pesisir Coastal Vulnerability Index Pendekatan yang dikembangkan untuk mengevaluasi dampak dari potensi perubahan ko ndisi wilayah pesisir Gut ierrez et al. 2009 Kapasitas Capacity Gabungan antara seluruh kekuatan, sifat dan sumberdaya dengan kelompok, masyarakat atau organisasi yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan yang telah disepakati. Kapasitas dapat mencakup infrastruktur dan bentuk-bentuk fisik, institusi, kemampuan sosial yang dapat berupa pengetahuan manusia, ketrampilan dan sifat-sifat kolektif seperti hubungan sosial, kepemimpinan dan manajemen UN-ISDR 2009 Kedudukan Muka Laut Sea Level Sebuah fungsi dari permukaan lautan yang dipengaruhi oleh volume air laut, volume badan lautan dan distribusi air laut terhadap permukaan bumi yang dipengaruhi oleh pembentukan benua dan pembekuan sedimen Fitz Gerald et al. 2008 Kenaikan Muka Laut Sea Level Rise Perubahan permukaan laut menjadi lebih tinggi dari keadaan sebelumnya yang dapat disebabkan oleh aliran air dari darat ke laut akibat penyebaran panas yang terjadi di sebagian besar permukaan bumi NSW Coastline Management Manual 1990, IPCC 2007. 109 Perubahan Iklim Climate Change Perubahan kondisi iklim yang dapat dikenali melalui teknik tertentu misalnya uji statistik dalam hal keanekaragaman sifat-sifatnya dan berlangsung dalam waktu yang berkepanjangan, baik dekadal maupun waktu yang lebih lama. Perubahan iklim dapat mengacu pada proses internal alam maupun gangguan proses dari luar proses alam, atau perubahan antropogenik yang terus menerus pada komposisi atmosfer ataupun pe nggun aan lahan IPCC 2007; UNISDR 2009 Pesisir Coastal Daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat- sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar Dahuri et al. 1996 Keterbukaan Exposure Keterbukaan merupakan salah satu konsep dari kerentanan yang memiliki pengertian umum dalam hal tingka tan da n jangka wakt u da ri suatu sistem berinteraksi dengan gangguan. Keterbukaan ini pada sebagian besar formulasi merupakan salah satu elemen pengembangan kerentanan. Keterbukaan merupakan sebuah atribut dari hubungan antara sistem dan gangguan system and perturbation. Kepekaan Sensitivity Kepekaan adalah tingkatan dari suatu sistem yang dipengaruhi atau berhubungan dengan stimulus karena perubahan iklim Kepekaan merefleksikan respon dari suatu sistem terhadap pengaruh iklim kenaikan muka laut dan tingkat peruba han yang diakiba tka n oleh peruba han tersebut. Kapas itas Adaptif Adaptif Capacity Adaptasi adalah penyesuaian oleh sistem alam atau manusia dalam merespon kondisi aktual dan iklim atau dampak dari perubahan iklim. Daya adaptasi adalah kemampuan dari sistem untuk menyesuaikan terhadap perubahan iklim termasuk iklim yang berubah- uba h da n ekstrim yang membuat po tensi dampak lebih moderat, mengambil manfaat atau untuk menga tasi ko nsekuensi dari perubahan tersebut. 5 SISTEM SOSIAL EKOLOGI WILAYAH PENELITIAN 5.1 Sistem Ekolog i

5.1.1 Batasan Wilayah

Secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan diapit oleh tiga wilayah laut dan pantai yaitu ; Teluk Bone di sebelah timur, Laut Flores di sebelah selatan dan Selat Makassar di sebelah barat. Provinsi ini memiliki banyak gugusan pulau seperti Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, Kepulauan Taka Bonerate di Laut Flores yang merupakan atol terbesar ketiga di dunia dan Kepulauan Sembilan di Teluk Bone. Perairan Selat Makassar di Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah penyebaran terumbu karang yang cukup luas terutama di kawasan kepulauan Spermonde. Hampir seluruh pulau yang ada ditumbuhi oleh terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Jumlah pulau kecil yang terdapat pada kepulauan Spermonde sekitar 120 buah dengan luas keseluruhannya mencapai 150 km 2 Kumpulan pulau-pulau yang terletak di wilayah selatan Selat Makassar atau di sisi barat semenanjung Sulawesi Selatan dikenal sebagai dangkalan Spermonde Spermonde Shelf yang terlepas dari dangkalan sunda Sunda Shelf Molengraaf 1992; Umbgrove 1974 in Moka 1995. Beberapa pulau atau daerah terumbu karang yang terletak di tepi barat dangkalan Spermonde merupakan daerah terumbu karang penghalang barrier reef. Hutchinson 1945 in Moka 1995 membagi kepulauan Spermonde ke dalam empat zona sepanjang arah utara- selatan. Zona pertama atau zona tedekat dengan daratan banyak dipengaruhi oleh daratan utama Sulawesi Selatan dengan dasar pantai berupa pantai lumpur. Zona kedua lebih kurang 5 km dari pantai Makassar, mempunyai kedalaman yang kurang lebih 30 meter dan memiliki banyak pulau diantaranya. Zona ke tiga, sejauh kurang lebih 12,5 km mempunyai kedalaman yang bervariasi antara 30 - 50 meter. Pada zona ini banyak dijumpai daerah-daerah yang dangkal tak a dalam bahasa makassar. Zona keempat atau zona terluar dari kepulauan Spermonde yang merupakan zona terumbu penghalang mempunyai jarak terdekat .

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102