Sistem Sosial Ekolog i dalam Pengelolaa n Pulau-pulau Kecil

2004. Dalam kacamata ekonomi, dampak bencana alam terhadap ekonomi pulau-pulau kecil tidak jarang sangat besar sehingga menyebabkan tingkat resiko di pulau-pulau kecil menjadi tinggi pula. Parameter-parameter yang diguna ka n untuk menentukan tingkat kerentanan dapat dibagi atas parameter fisik dan sosial ekonomi. Parameter kerentanan fisik berkaitan dengan aspek fisis laut, geologi, dan tinjauan geomorfologi pantai dan pulau-pulau kecil diantaranya tinggi genangan dan erosi akibat kenaikan muka air laut. Klasifikasi parameter kerentanan fisik mengacu pada Gornitz 1997 ditunjukka n oleh Tabe l 2 di bawah ini. Sedangkan parameter sosial ekonomi berkaitan dengan demografi, tingkat kemiskinan dan penduduk terkena dampak. Tabe l 2 Parameter Kerentanan Fisis Terhadap Kenaikan Muka Laut Gornitz et al. 1991 in Gornitz, 1997 Rank Parameter Sangat Rendah 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi 4 Sangat Tinggi 5 Geomorfologi Bertebing tinggi Bertebing sedang Bertebing rendah, mangrove Bangunan pantai, estuari, Pantai berpasir, pantai berkerikil, delta Kenaikan muka lautmmtahun -1 -1.0 – 0.99 1.0-2.0 2.1-4.0 4.0 T unggang pasutm 1.0 1.1 – 2.0 2.1 – 4.0 4.1 – 6.0 6.0 Tinggi gelombangm 0-2.9 3-4.9 5-5.9 6-6.9 6.9 Elevasi m 30.0 m 20.1-30.0 m 10.1-20.0 m 5.1-10.1 m 0.5-0 m Geologi Vulkanik konglomerat batuan sedimentasi sedimen consolidated, sedimen unconsolidated, ErosiAkresimta hun 2.0 Akresi 1.0 – 2.0 akresi -1.0 - +1.0 stabil -1.0 - -2.0 erosi - 2.0 Erosi Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327KPTSM2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang, salah satu diantaranya Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi da n Kawasan Rawan Gempa Bumi, ditemukan istilah kerentanan sebagai kondisi atau karakteristik biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi masyarakat di suatu wilayah unt uk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya bencana alam tertentu. Kerentanan dika itka n de ngan ke mampuan manusia untuk 27 melindungi dirinya dan kemampuan untuk menanggulangi dirinya dari dampak bahaya be ncana alam tanpa bantuan dari luar. Dalam pedoman ini juga diperoleh istilah tingkat kerentanan sebagai indikator tingkat kerawanan pada kawasan yang belum dimanfaatkan sebagai kawasan budi daya, dengan hanya mempertimbangkan aspek kondisi alam, tanpa memperhitungkan besarnya kerugian yang diakibatkan. Kerentanan vulnerability merupakan kebalikan dari ketangguhan resilience, kedua konsep tersebut laksana dua sisi mata uang. Konsep ketangguhan merupakan konsep yang luas, termasuk kapasitas dan kemampuan merespons dalam situasi krisis konflik darurat emergency rerspon se. Kerentanan, ketangguhan, kapasitas, dan kemampuan merespons dalam situasi darurat, bisa di implementasikan baik pada tingkat individu, keluarga, masyarakat dan institusi pemerintah maupun LSM Chambers 1989 . Villagran 2006, kerentanan wilayah dan penduduk terhadap ancaman meliputi kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan ekonomi. Kerentanan sosial ekonomi dapat bersifat generik berlaku untuk semua jenis ancaman. Sementara itu kerentanan fisik bersifat spesifik sesuai dengan jenis ancaman. Kerentanan yang bersifat generik dapat digunakan untuk semua ancaman, terkait dengan aspek sosial ekonomi wilayah dan penduduk di suatu wilayah. Indikator kerentanan sosial ekonomi terkait dengan tingkat kemiskinan, laju pertumbuhan ekonomi, densitas dan penyebaran penduduk, lama pendidikan formal, tingkat pengangguran, beban tanggungan, dan indikator sosial ekonomi lainnya.

2.7.2 Tipolog i Ke rentanan

Turner et al. 2003, kerentanan sebagai suatu sistem, subsistem atau komponen sistem yang terjadi secara terus- menerus dan dapat menyebabkan bencana, kerusakan atau tekanan. Ada dua model dasar yang digunakan untuk menganalisis kerentanan yaitu mode l resiko-bencana Risk Hazard RH Gambar 2 dan model tekanan- pelepasan Pressure-Release PAR Gambar 3. Dasar dari RH model adalah bahwa gangguan dapat terjadi sebagai akibat dari kegiatan yang berlebihan yang menimbulkan tekanan sensitifitasnya. Jika kondisi kerentanan yang ada terjadi secara terus menerus akan membawa dampak bagi suatu ko ndisi yang ada. Model PAR, menjelaskan bahwa dasar dari kerentanan yaitu ko ndisi yang terjadi secara terus menerus dan menjadi kondisi yang tidak dapat dikendalikan, yang akan menjadi ancaman sehingga suatu kondisi menjadi rusak a tau berbahaya. Keterangan : Akibat Relasi antar Komponen Kebergant ungan antar Kompo nen Gambar 2. Mode l Risk-Hazard Sebagai Model Analisis Kerentanan Aplikasi Resiko Secara Umum Dimulai Pada Unit Hazard Bahaya Turner et al. 2003 Keterangan : Akibat Relasi antar Komponen Kebergant ungan antar Kompo nen Gambar 3. Model PAR Penelitian Secara Umum Dengan Penekanan Pada Kondisi Sosial Yang Menyebabkan Terjadinya Tekanan Turner et al. 2003 Bencana cenderung terjadi pada komunitas yang rentan, dan aka n membuat komunitas semakin rentan jika tidak ada upaya menguranginya kapasitas adaptif 29 dari manusia dan lingkungannya. Kerentanan komunitas diawali oleh kondisi lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi yang tidak aman unsave conditions yang melekat padanya. Kondisi tidak aman tersebut terjadi oleh tekanan dinamis internal maupun eksternal dynamic pressures, misalnya di komunitas institusi lokal tidak berkembang dan ketrampilan tepat guna tidak dimiliki. Tekanan dinamis terjadi karena terdapat akar permasalahan root causes yang menyertainya. Akar permasalahan internal umumnya karena komunitas tidak mempunyai akses sumberdaya, struktur dan kekuasaan, sedang secara eksternal karena sistem politik dan ekonomi yang tidak tepat. Oleh karenanya penanganan bencana perlu dilakukan secara menyeluruh dengan meningkatkan kapasitas dan menangani akar permasalahan untuk mereduksi resiko secara total. Konsep dasar dari kerentanan Gambar 4 terdiri dari 1 interaksi antara manusia dan lingkungannya, artinya manusia menggunakan lingkungan yang ada 2 kerusakan serta tekanan yang muncul akibat penggunaan lingkungan yang berlebihan 3 hubungan manusia da n sistem lingkungannya yang rentan akibat penggunaan secara berlebihan membawa akibat proses penyesuaian dan adaptasi, yang akan membuat sistem tersebut lebih tahan resiliensi terhadap tekanan yang ada. Gambar 4. Kompo nen Kerentanan Yang Terkait Dengan Faktor-Faktor Yang Berpe ngaruh Dalam Sistem Suatu Studi Tur ner et al. 2003. Kerentanan terdiri dari elemen-elemen berupa exposure keterbukaan, sensitifitas dan resiliensi seperti yang terdapat pada Gambar 5. Keterbukaan terdiri da ri individu, pelayanan, tingkatan, wilayah, flora dan fauna ataupun ekosistem yang dengan ciri frekwensi, tingkatan dan kejadian secara terus- menerus. Sensitifitas merupakan interaksi antara kondisi manusia dengan ko ndisi alam lingk ungan. Interaksi yang ada antara manusia dengan alam lingkungannya akan membawa dampak berupa adaptasi penggunaan lingkungan. Jika lingkungan yang ada bagus, maka penggunaan atau pemanfaatan alam tersebut semakin besar, begitu juga sebaliknya. Gambar 5. Komponen-Komponen Dari Penggunaan Secara Berlebihan, Sensitifitas, dan Resiliensi Ketahanan Daya Lenting sebagai Bagian dari Framework Kerentanan Turner et al. 2003. Kerentanan digambarkan oleh ISDR 2004 sebagai kesatuan proses fisik, sosial, ekonomi, dan faktor lingkungan, yang akan menimbulkan resiko. Faktor fisik meliputi kepekaan penempatan dan lingkungan yang dibangun serta disebabkan oleh faktor seperti kepadatan penduduk, keterpencilan wilayah, lokasi, konstruksi bangunan dan infrastruktur. Faktor sosial terkait dengan isu sosial seperti tingkat kesejahteraan kesehatan individu, jenis kelamin, kesehatan,

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102