19 Prinsip keterpaduan untuk tercapainya keberlanjutan pembangunan dan
pengelolaan wilayah pesisir dan laut dalam konteks pulau-pulau kecil antar sub wilayah di atas digambarkan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Berke lanjutan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut di Pulau-Pulau Kecil Sumber : Debance 1999 in Adrianto 2004
2.6 Sistem Sosial Ekolog i dalam Pengelolaa n Pulau-pulau Kecil
Ghina 2003 merangkum dari berbagai sumber mengenai karakteristik pengelolaan pulau-pulau kecil berdasarkan sifat kerentanannya yaitu karena
keterpencilan, ukuran fisik kecil, kerapuhan dan keunikan ekologis, pertumbuhan populasi manusia yang cepat dan kepadatan tinggi, sumberda ya alam yang
terbatas terutama daratannya, ketergantungan tinggi pada sumberdaya laut, peka dan mudah terekspos akibat bencana alam, peka terhadap naiknya permukaan air
laut dan perubahan iklim. Karakteristik lainnya yakni pasar domestik kecil, ketergantungan barang ekspor dan impor yang tinggi, ketidak- mampuan untuk
mempengaruhi harga internasional, tingginya biaya unit pengangkutan, marginal, ketidakpastian persediaan barang, harus menyimpan sejumlah besar barang,
kerentanan perdagangan : ketergantungan tinggi pada pajak perdagangan, industri domestik yang rentan, ketergantungan pada pilihan preferensi perdagangan,
pembatasan pada kompetisi domestik, berbagai kesulitan dalam menarik investasi langsung dari luar, peluang investasi dan jasa komunikasi terbatas, permasalahan
administrasi pemerintahan, ketergantungan pada keuangan eks ternal. Kaly et al.
2004 menambahkan bahwa faktor- faktor yang menyebabka n kerentanan tersebut karena bencana alam, masalah perbatasan, migrasi, kerusuhan, pemisahan secara
geografis, pemanfaatan ekonomi, pasar internal yang kecil dan kerusakan sumberdaya.
Prinsip utama pembangunan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan, harus mempertimbangkan kriteria ekologi, ekonomi, dan sosial
Kay and Alder 2005. Hal ini didasarkan pada karakteristik dan dinamika pulau- pulau kecil yang merupakan suatu sistem dinamis saling terkait antara sistem
komunitas manusia dengan sistem alam sehingga kedua sistem inilah yang bergerak dinamik dalam kesamaan besaran, untuk itu diperlukan integrasi
pengetahuan dalam implementasi pengelolaan pulau-pulau kecil. Integrasi inilah yang dikenal dengan paradigma Social Ecological System SES Adrianto and
Aziz 2006. Pemikiran alternatif yang memberikan penjelasan bagaimana sistem ekonomi bekerja dalam sebuah delineasi ekosistem sangat diperlukan. Arus
pemikiran utama Ecological Economics EE yang berkaitan dengan nilai lebih surplus value dalam konteks keterbatasan ekos istem yakni memfokuskan diri
pada hubungan yang kompleks, non-linier dengan waktu yang lebih panjang antara sistem alam dan sistem ekonomi. Komitmen normatif dari arus pemikikan
utama Ecological Economics adalah berusaha mewujudkan terciptanya “masyarakat yang bukan tanpa batas” frugal society, dalam arti bahwa
kehidupan masyarakat berada dalam keterbatasan sistem alam baik sebagai penyedia sumberdaya maupun penyerap limbah Adrianto 2004. Paradigma
Social Ecological System membicarakan unit ekosistem seperti wilayah pesisir pulau-pulau kecil, ekosistem mangroves, terumbu karang dan lainnya berasosiasi
dengan struktur dan proses sosial yang ada di mana aspek sistem alam ekosistem dan sistem manusia tidak dapat dipisahkan Adrianto 2004.
Pengelolaan pendekatan ekosistem di pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dinyatakan sebagai suatu simbiosis pandangan yang respek kepada sistem alam,
yang mengintegrasikan pandangan ekonom, enjinir, dan ekolog, bersama-sama untuk melindungi fungsi sistem alam secara terus- menerus menghasilkan jasa-jasa
ekosistemnya. Begitu pula sebaliknya para ekonom enjinir senantiasa