Kerentanan Ekonomi Kerentanan Pulau-Pulau Kecil PPK .1 Konsep dan Definisi Ke rentanan

43 ditimbulkan, mengambil manfaat atau mengatasi perubahan dengan segala akibatnya Smith and Wandel 2006. Adaptasi terhadap perubahan iklim adalah salah satu cara pe nyesuaian yang dilakuka n secara spo ntan maupun terencana untuk memberikan reaksi terhadap perubahan iklim. Dengan demikian adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan strategi yang diperlukan pada semua skala untuk meringankan usaha mitigasi dampak Murdiyarso 2001. Adaptasi terhadap perubahan iklim sangat potensial untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan dampak manfaat, sehingga tidak ada korban. Pengalaman menunjukan bahwa banyak strategi adaptasi dapat memberikan manfaat baik dalam penyelesaian jangka pendek dan maupun jangka panjang, namun masih ada keterbatasan dalam implementasi dan keefektifannya. Hal ini disebabkan daya adaptasi yang berbeda-beda berdasarkan daerah, ne gara, maupun kelompok sosial-ekonomi. Negara dengan sumberdaya ekonomi terbatas, tingkat teknologi renda h, informasi dan keahlian rendah, infrastruktur buruk, institusi lemah, ketidakadilan kekuasaan, kapasitas sumber daya terbatas adalah memiliki kemampuan adaptasi yang lemah dan rentan terhadap perubahan iklim. Berlaku hal yang seba liknya bagi Negara dengan sumberdaya ekonomi tinggi, tingkat teknologi tinggi, informasi dan keahlian tinggi, infrastruktur baik, institusi kuat, berkeadilan dalam kekuasaan, kapasitas sumberdaya melimpah Gunawan 2008.

2.8 Pemetaa n Spas ial

Perangkat yang digunaka n dalam pemetaan spasial adalah Sistem Informasi Geografis. Aronoff 1989 mengemukakan Sistem Informasi Geografis SIG adalah sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi- informasi geografis. Sistem ini dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan serta menganalisis obyek-obyek dan fenomena- fenomena, dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting untuk dianalisis. SIG memiliki kemampuan untuk menguraikan fenomena di permukaan bumi ke dalam bentuk beberapa layer atau coverage data spasial. Dengan layer ini, permukaan bumi dapat ‘direkonstruksi’ kembali atau dimode lkan dalam MAS UKAN INPUT S IS TEM INFORMAS I GEOGRAFIS KELUARAN OUTPUT Peta Tabel Survey Lapang Data Digital Data Indraja Analisis SIG PENGELO LAAN DATA BAS E Laporan tekstual Peta Produk Fotografi Statistik Tabel Data untuk SIG lainny a Digital database Peny impanan Pencarian Capture code Edit M anipulasi Analisis Tampilan Laporan KEBUTUHAN PENGGUNA USER bentuk nyata tiga dimensi dengan menggunakan data ketinggian berikut layer tematik yang diperlukan. Untuk melakukan hal ini, SIG memiliki kemampuan untuk menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi, sehingga sistem ini dapat menjawab pertanyaan spasial dan non-spasial yang berkaitan dengan 1 lokasi, 2 kondisi, 3 kecenderungan, 4 pola dan 5 pemodelan. Sumber data yang diperlukan untuk proses dalam SIG secara umum dibedakan atas tiga kategori Paryono 1994 and Sutrisno 1994 yaitu: 1. Data survei lapang berupa data digital dan data atribut. 2. Data peta, merupakan informasi yang telah terekam pada peta, kertas, atau film yang telah dikonversikan dalam bentuk digital, dan bila telah terekam dalam bentuk peta maka tidak diperlukan lagi data lapang kecuali untuk keperluan ground check. 3. Data inderaja, berupa foto udara dan citra satelit. Secara kaidah, SIG harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1 terdiri atas konsep dan data geografis yang berhubungan dengan distribusi spasial, 2 merupakan suatu informasi dari data yang di dapat, ide atau analisis, biasanya berhubungan dengan tujuan pengambilan keputusan, 3 suatu sistem yang terdiri dari komponen, masukan, proses dan keluaran, ketiga hal tersebut di atas difungsikan dalam skenario berdasarkan pada teknologi tinggi, Hamid 2003. Secara lebih jelas ilustrasi proses pengolahan data dengan mengguakan SIG dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Diagram Sistem untuk Ilustrasi SIG Meaden and Kapetsky 1991 45 SIG pada pengelolaan wilayah pesisir dapat diaplikasikan untuk pengaturan tata ruang wilayah pengelolaan, antara lain ; untuk menduga wilayah potensi wisata, potensi perikanan da n wilayah pe ngemba ngan budida ya perikanan pesisir. Selain itu SIG juga dapat digunakan untuk melihat terjadinya berbagai perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir Purwadhi 2001. Khusus untuk aplikasi SIG di bidang perikanan, Meade n and Kapetsky 1991 menjelaskan tentang penggunaan SIG di bidang tersebut antara lain: 1 perencanaan untuk zonasi sumberdaya air, 2 pemetaan zonasi spesies biota air, c pengaruh lingkungan terhadap produksi ikan secara intensif dan 4 identifikasi daerah pusat dimana inovasi kegiatan perikanan kemungkinan akan menyebar. Terkait dengan kerentanan pulau-pulau kecil, pemetaan spasial akan memberikan informasi data spasial tentang kondisi eksisting maupun kondisi yang telah lampau dari kawasan pulau kecil, sehingga dari data ini dapat diprediksi tingkat kerentanan pulau dan variabel yang mempengaruhi kerentanan suatu kawasan Basir et al. 2010.

2.9 Pemanfaa tan Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Keragaman hayati, sumberdaya perikanan dan nilai estetika yang tinggi merupakan nilai lebih ekos istem pulau-pulau kecil. Pulau-pulau kecil memiliki ekosistem dengan produktifitas hayati tinggi seperti terumbu karang, padang lamun seagrass, rumput laut sea weed da n hutan baka u mangrove ditemuka n. Selain itu, pulau-pulau kecil juga memberikan jasa-jasa lingkungan yang tinggi nilai ekonomisnya dan sekaligus sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan Pratikto 2005. Adrianto 2004, wilayah pulau-pulau kecil dapat dibagi menjadi beberapa sub wilayah dalam perspektif ekos istem wilayah pesisir, yaitu 1 wilayah perairan lepas pantai coastal offshore zone, 2 wilayah pantai beach zone, 3 wilayah dataran rendah peisisir coastal lowland zone, 4 wilayah pesisir pedalaman inland zone. Potensi pemanfaatan dan permasalahan yang terjadi di masing- masing sub wilayah disajikan pada Tabel 3.

Dokumen yang terkait

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau-pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

1 80 228

Kajian pemanfaatan pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (kasus gugus Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara)

0 11 84

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

0 21 328

Pengembangan wisata bahari dalam pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kesesuaian dan daya dukung (Studi kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung)

0 3 18

Kajian model kesesuaian pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil berbasis kerentanan dan daya dukung di Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Provinsi Sulawesi Selatan

1 26 436

Analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata bahari pulau hari kecamatan laonti kabupaten Konawe Selatan provinsi Sulawesi Tenggara

3 18 117

Kajian Pengelolaan Sumberdaya Pulau pulau Kecil (Studi Kasus Kepulauan Tobea Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara)

0 5 109

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Kecil Untuk Ekowisata Bahari Berbasis Kesesuaian Dan Daya Dukung. (Studi Kasus Pulau Matakus, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku)

2 11 159

Model Bioekonomi Pengelolaan Sumberdaya Rajungan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

1 7 95

Kondisi Terumbu Karang di Pulau Samatellu Pedda Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 102