15
4 buruhKaryawanpegawai; 5 pekerja bebas di pertanian; 6 pekerja bebas di non pertanian; 7 pekerja keluargatak dibayar.
Kategori 3 dan 4 umumnya mengacu pada pekerja di sektor formal, sementara kategori lainnya adalah sektor informal. Dari jenis pekerjaan utama, BPS telah menetapkan 10
kategori antaralain: 1 tenaga profesional; 2 tenaga kepemimpinan; 3 pejabat pelaksana dan tata usaha; 4 tenaga penjualan; 5 tenaga usaha jasa 6 tenaga usaha pertanian, peternakan,
kehutanan, nelayan dan pemburu; 7 tenaga produksi dan terkait; 8 tenaga operasional; 9 pekerja kasar; 10 lain-lain BPS : 2013.
3. Pemulung
Pemulung berasal dari kata pulung, yang berarti orang yang mencari nafkah dengan jalan memungut dan memanfaatkan barang bekas dengan menjualnya kepada pengusaha
yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas yang laku jual. Pekerjaan pemulung adalah memulung, yaitu mengumpulkan barang bekas limbah yang terbuang
sampah untuk dimanfaatkan sebagai bahan produksi KBBI. Menurut Yakob Rebong dan Widodo 1996 dalam Palestiano 2006, pemulung adalah bentuk aktivitas dalam
pengumpulan bahan-bahan bekas yang masih bisa dimanfaatkan daur ulang. Pemulung menurut Biro Bina Sosial DIY didefiniskan sebagai orang yang sehari-harinya bekerja
mengumpulkan barang-barang bekas yang mempunyai nilai ekonomis tanpa adanya suatu pengorbanan dana adalah bentuk aktivitas dalam pengumpulan bahan-bahan bekas yang
masih bisa dimanfaatkan daur ulang. Pemulung menurut Biro Bina Sosial DIY didefiniskan sebagai orang yang sehari-harinya bekerja mengumpulkan barang-barang bekas yang
mempunyai nilai ekonomis tanpa adanya suatu pengorbanan dana. Profesi pemulung juga dipaparkan oleh Biro Bina Sosial Pemda DIY dengan ciri hanya
mengandalkan tenaga, tidak memiliki ketrampilan teknis, tingkat pendidikan rendah, dalam memperoleh nafkah dilakukan upaya mandiri, dalam bekerja tidak terikat aturan jam kerja,
belum tersentuh peraturan perundang-undangan bidang ketengakerjaan yang ditetapkan pemerintah, tidak menuntut keahlian khusus dan ketrampilan khusus, sehingga secara luwes
dapat menyerap tenaga kerja dari berbagai tingkatan pendidikan Hidayati, 2007 : 24. Jumlah pendapatan pemulung sebenarnya juga tidak selalu rendah, hanya saja tidak terdapat
kepastian Effendi, 2000 : 83. Pekerjaan sebagai pemulung masih menjadi profesi yang terdiskriminasi.
Adanya “mitos marjinalitas” yang menganggap pekerjaan sebagai pemulung merupakan pekerjaan yang hina, kotor, berbahaya, menyimpang dan aneh, membuat
16
pemulung tidak mudah diterima dalam setiap lapisan masyarakat. Kata pemulung masih sering diartikan secara dangkal dan dianggap sebagai sesuatu yang lebih bersifat patologis,
dan merupakan suatu permasalahan sosial masyarakat Twikromo, 1999 :7. Barang bekas dalam penelitian ini dicari oleh pemulung pada umumya yang memulung
barang bekas dari jalanan dan tanpa modal uang. Pada umumnya, profesi pemulung ini lebih banyak “digeluti” oleh masyarakat miskin. Hampir secara keseluruhan, para pemulung
merupakan migran yang berasal dari pedesaan Simanjuntak, 2002. Begitu juga dengan pemulung dalam penelitian ini, selain dari daerah Mojosongo dan sekitarnya, sebagian besar
berasal dari daerah luar kota yang merupakan pedesaan yang terletak di luar wilayah Surakarta. Sebelum menekuni profesi menjadi pemulung, mayoritas dari mereka bekerja
sebagai petani, buruh pembuat batu bata, kuli bongkar muat dan buruh serabutan lainnya.
5. Pelapak Pengepulan Barang Bekas