Hubungan DKP dan para pekerja sektor informal daur ulang sampah

109 insentifdisinsentif yang mendukung untuk mendorong peningkatan manajemen persampahan perkotaan. Perlu disadari bahwa partisipasi sektor informal dalam kegiatan persampahan perkotaan mengandung sejumlah risiko komersial.Kemungkinan besar sektor informal akan bersedia berpartisipasi dalam manajemen persampahan perkotaan, jika pemerintah menyediakan lingkungan usaha yang memadai. Kondisi ini akan memungkinkan sektor informal untuk memperoleh keuntungan komersial yang sepadan dan meminimalisir risiko komersial. Pemerintah harus menyediakan mekanisme insentif, seperti status bebas pajak atau pajak yang lebih rendah untuk peralatan terkait dengan pengolahan persampahan perkotaan; preferensi atau kemudahan dalam perizinan; dukungan keuangan atau teknis.Selain itu, proyek ‐proyek sektor informal harus dapat memberi solusi realistis, tepat, dan berkelanjutan bagi manajemen persampahan perkotaan berdasarkan prinsip ‐prinsip komersial dan pembagian risiko. Menurut hasil temuan lapangan terkait hubugan interdependensi dan relasi sosial yang terjalin antara pekerja dalam kelangsungan usaha diantaranya adalah:

a. Hubungan DKP dan para pekerja sektor informal daur ulang sampah

DKP adalah leading sector di bidang kebersihan, Dinas lain hanya sebagai pelengkap atau membantu meringankan tugas DKP. Dasar kepentingan DKP terkait persampahan yaitu terciptanya kebersihan di beberapa titik yang menjadi tanggungjawabnya yaitu : jalan protokol, jalan dekat pasar bukan dalam lingkungan pasar, jalur protokol sekitar pusat perdaganganpertokoan, jalur protokol sekitar terminal bukan dalam terminal, jalur protokol sekitar permukiman teratur maupun tidak teratur yang ada TPS dan terjangkau truk sampah. Sebagai leading sector dalam hal sampah yang masuk dalam sektor formal membuat pekerja dalam sektor ini juga turut berkontribusi dalam bisnis usaha daur ulang persampahan di Mojosongo Surakarta.DKP menghandel segala tempat dimana para pekerja sektor informal mengais sampah baik di TPA, TPS, maupun wilayah pemukiman.Sehingga hampir setiap hari para pekerja DKP juga melakukan interaksi secara intensif dengan para pekerja khususnya pemulung. Diwilayah TPS, DKP memberikan pasokan dari sampah rumah tangga dan menggangkut kembali menuju TPA. Proses pengangkutan dari TPS ke TPA seringkali berkoordinasi kepada pemulung karena kerapkali pemulung melakukan pemilahan terlebih dahulu sebelum dilarikan ke TPA. Seperti yang diungkapkan oleh Pemulung TPS : “…saya set iap hari ambil sampah disini, kalau pagi nunggu truk DKP dulu nanti setelah sampah di buang disana saya pilah dulu sebelum dilarikan ke TPA…” WP.NGT28122016 110 Setelah sampah di buang ke TPA, banyak pula para pemulung yang berbondong-bondong untuk menunggu sampah yang diturunkan petugas DKP dari truk.Aktivitas kerja yang setiap hari berlangsung, yakni pemulung sebagai pengais sampah dan para petugas DKP sebagai perantara pemasok sampah membuat hubungan diantara mereka terjalin baik. Selain itu dalam pembuatan keputusan oleh DKP terkait sampah juga melibatkan pemulung sebagai salah satu sektor informal yang berperan besar mengolah sampah kota. Dapat dikatakan bahwa peran antara pekerja sektor formal DKP dan informal pemulung dalam mengolah sampah memang dibutuhkan kerjasama yang menguntungkan diantara kedua belah pihak.Pihak pemulung dapat memperoleh sampah yang mereka inginkan.Dan para petugas DKP dapat menjalankan kerja dengan baik dalam mengangkut sampah.Relasi sosial antara kedua belah pihak tergolong tinggi khususnya bagi pemulung dalam mengantungkan hidupnya dari pasokan sampah DKP.Dengan adanya pola relasi ini membuat jalinan hubungan antar para pekerja dapat telaksana dengan baik.

b. Hubungan Kelurahan RTRW dan para pekerja sektor informal daur ulang