102
Dalam  sebuah  jaringan  kerja  sektor  daur  ulang  sampah  mereka  memiliki  hubungan yang  terus  menerus  secara  berulang.  Sesuai  dengan  konsep  Interdependesi  menurut  Fiedler
dalam
Yusuf  2009  :  34  memiliki  arti  kelompok  sebagai  kumpulan  individu-individu  yang memperjuangkan  nasib  yang  sama  dengan  saling  tergantung  satu  dengan  yang  lainnya.
Dimana terlihat dalam bagan 4.2 bahwa antar sekelompok individu maupun antar kelompok saling bergantung dalam proses terjalinnya hubungan kerja daur ulang sampah. Tidak hanya
itu diantara mereka tidak hanya menjalin hubungan satu kali maupun dua kali namun mereka hampir setiap hari melakukan interaksi sosial yang membuat satu sama lain diantara mereka
menjalin  relasi  sosial  yang  kuat.    Seperti  pengertian  relasi  sosial  yang  di  sampaikan  oleh Usman  2013  :  54  yaitu  hubungan  antar  manusia  baik  dalam  bentuk  individu  maupun
dengan  antar  kelompok  manusia  itu  sendiri  sehingga  relasi  tersebut  menentukan  struktur didalam masyarakat. Sama halnya yang disampaikan oleh Usman relasi yang terbentuk dalam
jalinan  hubungan  pekerja  sektor  informal  ini  membentuk  struktur  dimana  orang  dikatakan pemulung, pelapak maupun bandar dalam suatu masyarakat. Untuk melihat itu semua peneliti
mencoba  menyajikan  hasil  temuan  berupa  interdependensi  dan  relasi  sosial  yang  terbentuk baik intra kelompok maupun antar kelompok para pekerja sektor informal diantaranya adalah
:
a. Hubungan Pemulung dengan Pemulung
Dalam  aktivitas  sehari-hari  pemulung  satu  sama  lain  selalu  dipertemukan  dalam  satu lokasi  kerja.  Mereka  yang  sudah  bekerja  lama  akan  saling  mengenal  satu  sama  lain  bahkan
sudah  menggangap  sesama  pemulung  adalah  saudara.  Hal  tersebut  didasari  oleh  kesamaan nasib  dan  intensitas  bertemu  diantara  mereka.  Dalam  hubungan  kerja  di  sektor  daur  ulang
sampah  menurut  mereka tidak  ada  kata  “persaingan”  hal  tersebut  di  ungkapkan  oleh  salah
satu informan : “… kalau kerja jadi pemulung itu tidak ada yang namanya saingan mbak, kita disini
kerja  bareng  susah  bareng  jadi  ya  sedapatnya  yang  mau dijadikan saingan  juga apa mbak, kan sama-sama susah dan sampah disini melimpah jadi siapa saja bisa
mengambil…”WP.SPR5012016 Persaingan dalam hubungan kerja yang biasanya indentik dilakukan oleh para pekerja untuk
memperoleh  jabatan  dan  pendapatan  yang  lebih  namun  berbeda  dengan  para  pekerja  sektor informal  ini  dalam  memperlakukan  sesama  pekerja.Selain  itu  tidak  ada  sistem  senior  junior
dalam masuk bahkan bekerja memperoleh sampah baik di TPA, TPS maupun lokasi tertentu. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan:
“… d
isini  siapa  saja  boleh  ambil  sampah  mbak,  tidak  ada  aturan  sama  sekali.  Kan sama-sama cari rezeki jadi semua boleh masuk ke TPS ini. Kalau ada orang baru
103 ya boleh monggo semua boleh ambil sampah tidak ada peraturan yang boleh dan
yang tidak boleh…” W. P.NGT28122016 Tidak ada aturan dan keterbukaan dalam memberikan akses kerja bagi seluruh orang baik  yang
baru maupun lama tidak banyak kita jumpai di berbagai sektor informal lainnya. Beda halnya dengan sektor informal lain seperti PKL mereka akan menganggap orang baru adalah saingan
dan  sering  kali  tidak  memperbolehkan  pedagang  yang  memiliki  dagangan  sejenis  untuk berjualan  di  lokasi  yang  sama.  Keistimewaan  yang  dimiiki  membuat  sektor  ini  tersebar  di
berbagai wilayah dan tidak bisa terkoordinir jumlahnya.Selain keberadaannya yang melimpah sektor  ini  juga  memberikan  perhatian  khusus  antar  sesama  pemulung.  Misalnya  saja  ada
pemulung  yang  tidak  bekerja  selama  kurun  waktu  tertentu  maka  sesama  pemulung  dalam suatu wilayah akan berbondong-bondong untuk menjenguk.
“…disini itu ada komunitas namun tidak ada aktivitasnya mbak, paling aktivitasnya
kalau ada teman sesama pemulung yang gak masuk kerja sudah 5 hari maka nanti ada
yang koordinir
untuk jenguk
bersama-
sama  gitu  mbak…” WB.KRN25102016.
Hubungan  yang  terjalin  menumbuhkan  sikap  simpati  antar  sesama  pemulung  di  wilayah Mojosongo. Hal inilah yang membuat mereka terus bekerja dalam sektor ini karena meskipun
pekerjaan ini kotor dan memerlukan ketahanan tubuh yang kuat namun masih banyak orang- orang  baik  yang  memiliki  nasib  sama  sehingga  tidak  membuat  mereka  lelah  dalam
melakukan aktivitas kerja ini. Selain itu antar sesama pemulung yang masih dalam hubungan kekerabatan  seperti  adik,  anak,  orang  tua  maupun  keponakan  mereka  bisanya  menjalin
hubungan  kerjasama  untuk  mengais  sampah  dengan  tujuan  agar  sampah  yang  didapatkan semakin banyak dan pengolahannya juga semakin cepat. Sistem kerja yang dilakukan sesama
pemulung  yang  masih  memiliki  ikatan  persaudaraan  memberikan  keuntungan  bagi perekonomian  mereka  antara  satu  dengan  yang  lain.  Seperti  yang  di  ungkapkan  oleh
pemulung: “…saya kerja jadi pemulung sudah 18 tahun, anak
-anak dan mantu saya semua kerja jadi pemulung juga. kalau saya ambil di TPA, kalau anak-anak kulakan ke orang.
Nanti  kita  kerjakan  bersama-
sama dalam memilah mbak supaya cepet mbak…” WB.TKM30112016.
Dariberbagai  penjelasan  hubungan  yang  terjalin  antara  sesama  pemulung  memberikan pemahaman  bahwa  dalam  profesi  yang  sama  pemulung-pemulung  dalam  upaya
memperoleh  upah  dilakukan  dengan  cara  kerjasama  dan  tidak  ada  persaingan  antara  satu
104
dengan  yang lain sehingga hubungan antara sesama pemulung terjalin harmonis  baik  dalam aktivitas kerja maupun aktivitas sehari-hari.
b. Hubungan Pemulung dan Pelapak