30
perkotaan pada wilayahnya, dengan masih adanya pergeseran aktivitas pertanian ke arah non-pertanian dan perubahan aktivitas sosial ekonomi masyarakatnya, serta ditambah
dengan adanya persebaran laju transformasi yang tidak merata. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Agustin 2014 Berdasarkan kondisi
transformasinya bisa disimpulkan bahwa pada perkembangannya ditemui beberapa kondisi, antara lain: masih adanya pergeseran sektor pertanian ke arah non-pertanian
yang ditunjukkan pada perubahan lahan dan mata pencaharian yang berakibat pada penurunan hasil pertanian, adanya peningkatan kuantitas dan kualitas aksesibilitas dan
utilitas umum, transformasi perilaku sosial ekonomi terjadi dengan pergeseran ke sifat kekotaan, dimana ditemui adanya penurunan kegiatan sosial kemasyarakatan dan
peningkatan perilaku ekonomi perkotaan. Sedangkan berdasarkan laju transformasinya dapat diketahui bahwa transformasi wilayah peri-urban Kecamatan Kartasura pada
tahun 2002-2012 sangat dipengaruhi oleh perkembangan urban area dan aksesibilitas karena transformasi terjadi lebih cepat di daerah-daerah yang berdekatan dengan Kota
Surakarta dan Kota Yogyakarta, serta di sekitar jalan-jalan utama seperti Jalan A.Yani dan Jalan Brigjen Slamet Riyadhi, dimana hal ini menyebabkan terjadinya
ketidakmerataan laju transformasi yang diterima oleh bagian wilayah-wilayah di Kecamatan Kartasura.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan Agustin 2004 menganalisis permasalahan perkembangan wilayah peri-urban yang muncul
sebagai zona transisi dari sifat pedesaan menuju sifat kekotaan sehingga menimbulkan transformasi yang tidak merata. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai
transformasi sosial pekerja sektor informal persampahan dalam proses mengubah sampah menjadi upah untuk mencapai kesejahteraan. Persamaan dengan penelitian ini
adalah kesamaan dalam konsep transformasi sosial.
4. Perbandingan dengan PenelitianTerdahulu
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, penelitian tentang transformasi sosial pekerja sektor informal ini mecoba melakukan
sebuah kajian studi kasus tentang perubahan sosial ekonomi para pekerja sektor informal pemulung, pelapak dan bandar di Mojosongo yang kemudian menyoroti hal
yang lebih khusus yaitu terkait komodifikasi, relasi sosial, habitus, interdependensi dan figurasi. Telah banyak ditemukan hasil penelitian tentang transformasi terutama terkait
transformasi sosial.Akan tetapi, tidak banyak penelitian yang mengkaji tentang
31
transformasi sosial dalam sektor informal daur ulang sampah. Sedangkan terkait hasil penelitian dengan
locus
pekerja sektor informal, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang banyak mengkaji tentang
salah satu pekerja informal saja yaitu pemulung.Penelitian ini mencoba mendeskripsikan tentang transformasi sosial pekerja sektor informal “persampahan”
secara keseluruhan yaitu pemulung, pelapak dan bandar. Tidak hanya sampai di situ, penelitian ini juga mengkaji tentang sejauh mana hubungan kerja mereka jalin sehingga
terjalin secara
continue
sehingga saling mengguntungkan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan mengacu pada beberapa penelitian studi
kasus yang terdahulu terutama dari kajian sosiologi.
C. Landasan Teori
Teori Transformasi Sosial “Norbert Elias”
Dalam sosiologi terdapat berbagai macam teori dari para pemikir yang dikembangkan untuk membahas tentang transformasi sosial. Penelitian ini membahas tentang
pergeseran pada nilai guna suatu sampah menjadi upah bagi para pekerja sektor informal.Artinya bahwa sampah yang biasanya dibuang dan tidak memiliki nilai guna namun
berubah menjadi sesuatu barang yang dicari untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Untuk menjelaskan tentang fenomema tersebut, peneliti menggunakan teori figurasi
perspektif prosesual
yang ditawarkan oleh Norbert Elias dalam Usman 2013 :224. Prespektif ini mengakui bahwa keadaan suatu masyarakat sekarang hanya merupakan fase sesaat di dalam
arus panjang perkembangan sejarah umat manusia yang datang dari masa lalu, merusak masa kini dan terdorong ke berbagai kemungkinan di masa depan. Masyarakat diletakkan secara
tepat didalam waktu sejarah : “setiap masyarakat yang ada sekarang, tumbuh dari masyarakat sebelumnya dan mengandung benih berbagai kemungkinan perubahan di masa depan” Elias
dalam Sztompka, 2010 :243. Proses perubahan ini kebanyakan tak direncanakan meskipun adakalanya berlangsung lebih pendek atau lebih lama daripada yang dibayangkan semula.
Tak ada otomatisme atau kualitas perubahan yang tak terelakkan; prosesnya diaktifkan oleh manusia dalam berbagai antar hubungan yang kompleks, saling tergantung yang di sebut
Elias “Figurasi”. Penggerak proses ini mungkin aktor individual, kelompok atau bahkan negara. Figurasi merupakan kisi-kisi yang memperlentur ketegangan Elias dalam Sztompka,
2010:242, menurun naikkan ketegangan yang menggangu keseimbangan, menjadi suatu penyeimbang kekuatan, mula-mula bergerak dari sisi yang meningkat kemudian ke sisi yang