26
dalam menjalankan profesinya masing-masing. Keduanya membuat komitmen bersama dalam menentukan hasil yang diperoleh melalui perbedaan budaya dalam proses
transbudaya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan Triyono
2015 menganalisis proses komunikasi transbudaya antara pemulung dan pengepul, mereka mampu menyepakati harga sampah yang telah dikais dan dikumpulkan oleh
pemulung untuk diuangkan pada pengepul. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai transformasi para pekerja sektor informal pemulung, pelapak dan bandar dalam
mengubah sampah menjadi upah untuk proses mencapai kesejahteraan memenuhi kebutuhan hidup. Persamaan dengan penelitian ini adalah kesamaan dalam penggunaan
salah satu subjek penelitian yakni pemulung dan pelapak dalam proses relasi sosial dalam proses menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan.
e. Lutfi Amiruddin, 2012, Lingkar Kuasa Kehidupan Komunitas Pemulung Pandesari
Kota Malang, Jurnal Kawistara, volume 2 No.2, 17 Agustus 2012, pp 105-224. Pengelolaan Infrastruktur Dan Pembangunan Masyarakat Sekolah. Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lutfi melakukan penelitian mengenai komunitas pemulung Pandesari Kota Malang menjadi penting untuk menjelaskan secara mendalam
proses sosial yang terjadi, karena pemerintah seringkali melupakan kondisi komunitas tersebut. Kaum urban ini membutuhkan pemukiman sekaligus pekerjaan yang membuat
mereka bekerja sebagai pemulung. Hasil penenelitian Amiruddin 2012 menyatakan bahwa hubungan yang terjadi
dalam komunitas pemulung, yang sejajar dengan masyarakat petani desa, yaitu hubungan patron-klien yang didalamnya terdapat pola subsistensi, eksploitasi, dan perlawanan.
Untuk meraih kekuasaan, pengepul menjalin hubungan patron-klien dengan anggota komunitasnya yaitu para pemulung. Hubungan ini menempatkan pemulung sebagai
golongan yang membutuhkan asuransi subsistensi, sedangkan pengepul sebagai golongan penyedianya. Hubungan patron-klien berkonsekuensi pada terjadinya eksploitasi terhadap
faktor produksi berupa pemulung. Eksploitasi ditunjukkan dalam proses penentuan upah yang diterima pemulung yang mengesampingkan jam kerja dan hanya didasarkan pada
mutu, jumlah dan jenis sampah yang didapatkan. Eksploitasi yang terjadi memicu resistensi atau perlawanan dari pemulung terhadap
pengepul.Untuk merendam perlawanan, pengepul melakukan represi rutin dan “perang kata-
kata”. Represi rutin dan “perang kata-kata”. Represi rutin dan “perang kata-kata”
27
terjadi dengan saling berbalas, yang menindikasikan pula bagaimana pola hubungan eksploitasi dan perlawanan mendapatkan tempat dalam hubungan patron-klien. Kehadiran
pemilah dan penimbang sebagai anggota komunitas yang diberi kepercayaan dan wewenang tertentu oleh pengepul d
apat diidentifikasi sebagai “tangan kanan”, atau orang kepercayaan elite kekuasaan. “Tangan Kanan” sangat dibutuhkan untuk memperkuat
kekuasaan dalam pola hubungan yang penuh dengan perlawanan diam-diam. Konsep “tangan kanan” ini juga merupakan bentuk kritik terhadap konsep scott dalam bahasan
mengenai hubungan patron-klien. Pada tataran kritis, hal ini layak diberi perhatian khusus bagi pengambil kebijakan agar dapat melihat secara komperhensif pola hubungan sosial-
politis yang ada dalam komunitas miskin kota. Selanjutnya diharapkan, komunitas miskin kota tidak hanya dipandang sebagai penyandang masalah sosial, tetapi juga tergali potensi
dan keberadaanya. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan Amirudin
2012 menganalisis proses kekuasaan, pengepul menjalin hubungan patron-klien dengan anggota komunitasnya yaitu para pemulung. Hubungan ini menempatkan pemulung
sebagai golongan yang membutuhkan asuransi subsistensi, sedangkan pengepul sebagai golongan penyedianya. Sedangkan penelitian ini meneliti mengenai transformasi para
pekerja sektor informal pemulung, pelapak dan bandar dalam mengubah sampah menjadi upah untuk proses mencapai kesejahteraan memenuhi kebutuhan hidup. Persamaan
dengan penelitian ini adalah kesamaan dalam penggunaan salah satu subjek penelitian yakni pemulung dan pelapak.
2. Penelitian terdahulu tentang Sektor Informal