Hubungan Kelurahan RTRW dan para pekerja sektor informal daur ulang

110 Setelah sampah di buang ke TPA, banyak pula para pemulung yang berbondong-bondong untuk menunggu sampah yang diturunkan petugas DKP dari truk.Aktivitas kerja yang setiap hari berlangsung, yakni pemulung sebagai pengais sampah dan para petugas DKP sebagai perantara pemasok sampah membuat hubungan diantara mereka terjalin baik. Selain itu dalam pembuatan keputusan oleh DKP terkait sampah juga melibatkan pemulung sebagai salah satu sektor informal yang berperan besar mengolah sampah kota. Dapat dikatakan bahwa peran antara pekerja sektor formal DKP dan informal pemulung dalam mengolah sampah memang dibutuhkan kerjasama yang menguntungkan diantara kedua belah pihak.Pihak pemulung dapat memperoleh sampah yang mereka inginkan.Dan para petugas DKP dapat menjalankan kerja dengan baik dalam mengangkut sampah.Relasi sosial antara kedua belah pihak tergolong tinggi khususnya bagi pemulung dalam mengantungkan hidupnya dari pasokan sampah DKP.Dengan adanya pola relasi ini membuat jalinan hubungan antar para pekerja dapat telaksana dengan baik.

b. Hubungan Kelurahan RTRW dan para pekerja sektor informal daur ulang

sampah Hubungan yang terjalin antara pemerintahan lokal yakni kelurahanRWRT sangat berpengaruh besar dalam keberlangsungan usaha daur ulang sampah.Pelayanan yang di berikan oleh pihak pemerintah kepada para pekerja sektor informal biasanya seperti status bebas pajak atau pajak yang lebih rendah untuk peralatan terkait dengan pengolahan persampahan perkotaan; preferensi atau kemudahan dalam perizinan; dukungan keuangan atau teknis. Terkait status bebas pajak biasanya digunakan oleh para pelapak dan bandar dalam mendirikan usaha sektor daur ulang sampah. Seperti yang diutarakan oleh salah satu petugas kelurahan : “…kalau mendirikan usaha biasanya para pelapak dan bandar itu larinya kesini agar diberi bebas pajak atau dikasih pajak rendah, karena kan sektor ini masih masuk dalam sektor informal…” WP.EKS11012017. Pemberian bebas pajak atau pajak rendah bertujuan agar dengan adanya perkembangan sektor informal persampahan ini dapat meningkatkan perekonomian para pekerja didalamnya yang masih masuk dalam masyarakat miskin.Selain itu ada pelayanan perizinan untuk diberikan rekomendasi dari pihak kelurahan agar mereka bisa diberi akses untuk meminjam modal disalah satu bank. Hal tersebut sama dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu petugas kelurahan: 111 “…selain itu mereka kesini untuk pinjam bank mbak, dan setelah saya cek ternyata penghasilan mereka itu berpuluh-puluh juga mbak sebulannya. Sangat besar sekali. Kaya pelapak itu besar mbak apalagi bandar…”WP.EKS11012017. Dengan pemberian akses untuk meminjam modal kepada bank pihak kelurahan memberikan keleluasaan bagi para pengusaha sektor persamahan untuk mengembangkan usahanya sesuai dengan pinjaman modal yang di ajukan.Pihak kelurahan hanya memberikan legalitas saja tanpa menarik biaya retribusi kepada mereka.Selain itu ada pula layanan pemberian bantuan bagi para pekerja sektor persampahan yang masuk kategori miskin.Menurut data dari pihak RT dan RW banyak masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung masuk dalam kategori miskin.Banyak bantuan yang disalurkan dari pihak, RT, RW sampai kelurahan baik dalam hal bantuan pendidikan gratis sampai pemberian Raskin kepada mereka. Sehingga dapat dikatakan bahwa instansi pemerintahan baik di wilayah Kelurahan, RT, RW semuanya ikut andil dalam kesejahteraan para pekerja bisnis daur ulang sampah.Terlebih lagi relasi hubungan antar pemerintah kepada masyarakat sektor persampahan sangatlah baik.Sehingga terjalin hubungan interdependensi antara para pekerja dengan pihak pemerintahan setempat.Diharapkan dengan adanya relasi dan interdependensi antara para sektor formal pemerintahan mampu mengerakkan perekonomian para pekerja sektor informal yang ada di Mojosongo Surakarta. 2. Antar Pekerja Sektor Informal Daur Ulang Sampah Dan Masyarakat Masyarakat memiliki peranan besar dalam usaha daur ulang sampah ini.Kebanyakan masyarakat yang tidak memiliki usaha daur ulang sampah turut mendukung dari keberadaan usaha ini di wilayahnya. Seperti yang diungkapkan oleh petugas DKP : “… setuju mbak, karena cari pekerjaan jug a sulit jadi kalau mereka bisa bekerja halal yaudah monggo saja …” WP.Pam14012017. Namun tidak jarang juga masyarakat yang merasa terganggu dengan adanya usaha ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelapak yang mendapat komplain dari masyarakat: “…kalau usaha daur ulang sampah itu boleh -boleh saja, namun jangan sampai menimbulkan bau yang menyengat karena menggangu masyarakat lain…”WP.Pam14012017. Berbagai tanggapan yang didapatkan oleh para pekerja sektor informal memang beraneka ragam khususnya dalam keberadaan sektor ini di wilayahnya.Namun sepanjang perjalanan yang dialami oleh pemulung, pelapak dan bandar dari tahun ke tahun di wilayah Mojosongo 112 semua itu tidak menjadi masalah. Karena itu semua profesi, namun setelah mereka pulang ke rumah mereka akan dianggap masyarakat biasa oleh orang lain. Seperti yang disampaikan salah satu pemulung di TPA Putri Cempo: “…hubungan masyarakat sini baik -baik saja, kalau ada kegiatan ya saya ikut.Jadi orang sini itu udah pada sadar mbak.Kalau sini itu wilayah usaha sampah.Jadi kalau lagi kerja namanya pemulung.tapi kalau sudah pulang kerumah ya sama seperti masyarakat lain. Juga bercakap dengan masyarakat lain..”WB.KRN 25102016. Mereka menganggap pemulung adalah profesi dan semua itu tidak menghalangi untuk saling berinteraksi dengan sesama warga setempat.Ditambah dengan wilayah Mojosongo yang didominasi oleh pekerjaan sektor daur ulang sampah sehingga tidak mengherankan lagi kalau mereka setiap harinya bersentuhan dengan sampah. Relasi diantara masyarakat dan pekerja sektor informal terjalin dengan baik selama mereka memahami profesi masing-masing, tidak ada diskriminasi antar masyarakat berprofesi tertentu.Namun hubungan masyarakat dengan pekerja sektor informal daur ulang sampah tergolong rendah karena tidak ada hubungan khusus maupun keuntungan yang diberikan masyarakat kepada pekerja.Dengan adanya sikap tolerasi dari masyarakat dianggap sebuah keuntungan bagi para pekerja daur ulang sampah di Mojosongo.Diharapkan dari adanya bisnis ini dapat menaikkan perekonomian para masyarakat pekerja sektor informal di Mojosongo Surakarta.

F. Proses Figurasi dan Habitus Pekerja Sektor Informal dalam Bisnis Daur Ulang

Sampah Daur ulang sampah merupakan salah satu potensi usaha yang dimanfaatkan untuk mendongkrak ekonomi masyarakat Mojosongo.Masyarakat telah berupaya terus untuk menggali potensi ini guna untuk menjadi pekerjaan yang layak bagi para pekerja sektor informal.Upaya tersebut dibangun dari adanya proses kerjasama dalam daur ulang sampahsebagai suatu bisnis yang disebutkan Oleh Nobert Elias dalam Usman 2013:2 dengan istilah Figurasi. Figurasi adalah sifatnya dinamis, dalam arti sekali muncul dipermukaan menjadi fenomena sosial yang memperoleh dukungan segenap anggota masyarakat bahkan mewarnai kehidupan masyarakat tetapi figurasi tersebut bisa menjadi fenomena biasa saja dan hilang dari peredaran. Seringkali kesuksesan dalam proses daur ulang sampah merupakan hal yang luar biasa namun seiring berjalannya waktu itu dianggap