106
kepada bandar adalah pelapak besar.Namun kesibukan usaha yang dijalankan oleh bandar membuat pekerjaan diambil alih oleh karyawan yang sudah dipercaya untuk mengkoordinir
pembelian sampah kepada pelapak. Pelapak hanya mengetahui siapa pemilik bandar namun proses penjualan hanya
berorientasi pada jual beli. Meskipun kesibukan bandar membuat mereka jarang melakukan interaksi namun bandar memberikan banyak fasilitas untuk para pelapak yang sudah
berlangganan misalnya saja peminjaman modal. “… saya pernah mengalami rugi, rugi dalam artian tidak punya modal lagi untuk
usaha, namun akhirnya saya diberi pinjaman oleh bandar, jadi jalan lagi sampai
sekarang mbak…”W. P.HNDRI30102016. Dengan kepemilikan modal yang besar bandar mampu memberikan fasilitas kepada
pelapak.Meskipun interaksi yang mereka lakukan memang tergolong kurang karena pekerjaan bandar sudah di koordinir oleh karyawan.Namun interdependensi antara pelapak
besar dan bandar sangat tinggi karena sistem kerja dari bahan olahan yang di jalankan oleh bandar semuanya berasal dari para pelapak besar. Tanpa setoran dari pelapak besar para
bandar tidak akan bisa menjalankan usahanya. Begitupula dengan pelapak kalau tidak ada bandar yang memerlukan sampah maka tidak akan ada orang yang membeli sampah mereka.
Jadi disini seolah-olah bandar adalah seorang raja sebagai penentu harga dan jenis sampah.Hal tersebut didasari karena bandar yang selalu menentukan harga sampah dan
bandar selalu diberikan kebebasan dalam pemilihan sampah sesuai dengan jenis dan kualitas yang mereka mau.Dapat dikatakan bahwa bandar adalah pembeli dan pelapak adalah penjual
sehingga sebutan pembeli adalah raja nampak dalam diri bandar dalam penentuan pembelian sampah.
e. Hubungan Bandar dengan Bandar
Hubungan yang terjalin antar sesama bandar biasanya adalah hubungan kekerabatan karena memiliki kesamaan usaha sehingga mereka menjalin hubungan untuk proses
sharing
tentang usaha mereka. Memang dari segi tujuan berbeda dengan hubungan para pekerja sektor informal persampahan lainnya. Namun ada kalanya hubungan jual beli mereka lakukan
ketika jumlah permintaan dari pabrik tidak mampu untuk dihandel sehingga harus memerlukan
stock
tambahan dari bandar lain yang memiliki olahan sampah yang sama. Seperti halnya yang diungkapkan oleh bandar :
“… saya sering ketemu dengan teman
-teman sesama bandar, nanti kalau mereka pas di Solo, kita bertemu bersama-sama di hotel mana gitu nanti kita sama-sama
sharing terkait usaha…” WP.TNT03012017.
107
Jadi hubungan antara sesama bandar memang sengaja mereka jalankan agar memperluas jaringan dan pengetahuan atas usaha yang sama-sama mereka jalankan.Jadi tidak hanya
keuntungan materiil yang mereka dapatkan namun ada keuntungan yang lebih besar yaitu pengalaman usaha.
f. Hubungan Bandar dan Pabrik
Hubungan yang dijalankan oleh bandar dan pabrik adalah hubungan jual beli semata. Tidak ada interaksi khusus untuk membahas hal lain selain jual beli. Dalam hal pelayanan
pabrik sama sekali tidak memberikan fasilitas maupun palayanan bagi bandar. Justru bandar merasa bahwa mereka yang membantu pabrik dalam kelangsungan usahanya. Seperti yang
dikatakan oleh bandar : “…dikasih modal gimana mbak, tidak ada sama sekali, justru saya yang
memberikan modal. Kan saya yang dibayar tempo setiap satu bulan sekali sama saja
kan saya
yang kasih
utang ke
pabrik agar
terus bisa
beroperasi…”WP.TNT03012017. Sistem pembayaran tempo adalah cara pabrik dalam membayarkan olahan dari bandar.
Meskipun keduanya memiliki interdependensi yang sama-sama kuat dalam kepentingan menjalankan usaha masing-masing.Namun relasi yang terbentuk diantara kedua belah pihak
masih tergolong rendah kerena hanya terjalin hubungan jual beli yang berorientasi pada materiil. Jadi semakin tinggi tingkatan usaha sektor persampahan maka akan semakin rendah
relasi sosial didalamnya namun akan semakin tinggi interdependensi usaha yang mereka jalankan.
108
2. Antar Pekerja Sektor Informal Daur Ulang Sampah Dan Pemerintah Setempat