Mengkoordinir karyawan pengolah Mengkoordinir pelapak yang setor barang Mengkoordinir pemulung yang memilah Proses pengawasan terhadap seluruh

85 menjawab “pelapak”. Pekerjaan pelapak dijadikan landasan dan pengalaman untuk melihat kemampuan mereka untuk membangun usaha menjadi bandar. Tanpa bekal pengalaman menjadi pelapak bisa dikatakan akan membuat pekerjaan menjadi bandar menjadi kurang kompeten, kurang memahami peluang dan hambatan yang mungkin terjadi pada sektor ini. Selain itu dengan pengalaman menjadi pelapak relasi yang dimiliki oleh bandar akan semakin banyak sehingga pelapak yang dulunya rekan bisnis sekarang menjadi langganan penyetor sampah yang ajegrutinData Penelitian, 2016. 6 Aktivitas Keseharian Bandar Bandar memiliki banyak aktivitas namun bukan aktivitas fisik, bandar sebagai bos dalam bisnis ini bertugas sebagai pengkoordinir karyawan, pemulung dan pelapak. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.15. Aktivitas Keseharian Bandar Tahun 2016 No Kegiatan Waktu Kerja

1. Mengkoordinir karyawan pengolah

sampah menggunakan mesin Pukul 08.00-10.00

2. Mengkoordinir pelapak yang setor barang

kepada pelapak Pukul 12.00-13.00 3. Istirahat Pukul 13.00-14.00

4. Mengkoordinir pemulung yang memilah

sampah Pukul 14.00-16.00

5. Proses pengawasan terhadap seluruh

karyawan Pukul 16.00-21.00 6. Istirahat tidur Pukul 21.00-05.00 Sumber : Data Penelitian, 2016 86 Seorang bandar tidak ikut serta dalam pengolahan sampah, bandar hanya bertugas mengkoordinir para pekerja dan mengatur sistem kerja yang dijalankan.Dalam pekerjaanya bandar banyak dibantu oleh karyawan.Kesibukan bandar dalam menjalin kerjasama dan mengatur sirkulasi sampah dan uang membuat mereka sering menghabiskan waktu diluar daripada menghandel pekerjaannya.

C. Komodifikasi Sampah oleh Pekerja Sektor Informal dalam Proses Daur Ulang

Mengubah Sampah Menjadi Upah

1. Proses terjadinya Komodifikasi Sampah oleh Pekerja Sektor Informal

Komodifikasi merupakan proses yang diasosiasikan dalam kapitalisme dimana objek, kualitas dan tanda dijadikan sebagai bahan komoditas untuk dijual dipasar Baudrillard, 1996 : 57. Timbunan sampah di tengah-tengah kehidupan masyarakat Surakarta lewat mekanisme perdagangan memulai berlangsungnya proses atau fase komodifikasi. Hampir semua hal yang berhubungan dengan sampah sebagaimana berkembang sekarang tidak bisa dilepaskan dari proses komodifikasi. Hal ini membuat sektor persampahan dijadikan sektor yang menjanjikan bagi para masyarakat pekerja sektor informal yang ada di Mojosongo Surakarta sebagai pembuka lapangan kerja bagi mereka. Dengan demikian sampah sebagaimana berkembang dalam masyarakat saat ini pada dasarnya tidak lagi tampil sebagaimana apa adanya, tetapi telah terlebih dulu mengalami proses komodifikasi oleh para pekerja sektor informal. Dalam pengertian ini komodifikasi bisa diterjemahkan sebagai proses atau usaha sebagaimana dilakukan oleh para pekerja sektor informal dalam usahanya untuk meningkatkan nilai guna dan nilai tukar ekonomi sampah yang mereka jual. Komodifikasi dalam perdagangan sampah selanjutnya berlangsung melalui proses pengolahan. Komodifikasi dalam hal ini mengacu pada pelbagai bentuk daur ulang terhadap barang bekas sampah sebagaimana dilakukan oleh pemulung, pelapak dan bandar. Proses komodifikasi sebagaimana dilakukan oleh para pemulung, pelapak dan bandar sejauh ini mencakup dua aktivitas, yakni:perbaikan dan alteration modifikasi. Perbaikan yang dilakukan oleh pemulung dan pelapak sejauh ini difokuskan pada penyortiran dan pencucian, seperti pelepasan label, pengepakan plastik sesuai jenis dan menyuci botol yang kotor.Sementara komodifikasi dilakukan oleh bandar mengacu pada pengubahan bentuk sampah plastik menjadi biji plastik yang kemudian diolah kembali menjadi ember, kantong plastik dan berbagai jenis barang yang berbahan dasar biji plastik daur ulang.Modifikasi yang