141
pembelajaran atas pengalaman sosial sejak lahir hingga seterusnya. Kepribadian itu terbiasakan sedemikian dalam dan kuat, sehingga terasa lebih “alamiah” atau melekat dan
menjadi bagian dalam dirinya.Karena alasan itu, Elias menyebut habitus sebagai “alam kedua”
secondnature,
yakni suatu perangkat kontrol-diri yang berfungsi buta dan otomatis. Untuk itulah teori yang dikemukakan oleh Norbert Elias dapat dikatakan relevan dalam
mengkaji sebuah transformasi sosial.Akan tetapi, kelemahan dari teori ini adalah yang menjadi objek dari proyek transformasi ini bukanlah sebuah kebudayaan tetapi sebuah
kondisi sosial suatu masyarakat. Maka akan lebih menarik jika dalam penelitian selanjutnya dapat memakai kajian teori transformasi sosial terkait dengan bagaimana jika transformasi
sosial itu akan terus terjadi ditengah kebudayaan yang dinilai adiluhung oleh masyarakatnya. Meski kebanyakan teori ini dikaji untuk transformasi budaya namun peneliti mencoba
menambahkan konsep komodifikasi untuk menjelaskan proses transformasi yang dilakukan pekerja dalam proses penjualan dan mengkomersilkan sampah dan konsep relasi sosial untuk
mendukung konsep interdependensi. Sehingga menjadikan teori ini dikatakan relevan dalam penelitian transformasi pekerja sektor daur ulang sampah karena mampu menjelaskan proses
transformasi sosial pekerja dari mulai miskin, pra-sejahtera hingga sejahtera.
2. Implikasi Metodologis
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.Dengan metode ini penulis dapat mendapatkan data dengan baik karena dapat
menggali informasi dengan dalam, ditambah dengan menggunakan observasi dan wawancara mendalam menjadikan data yang dikumpulkan menjadi lebih valid karena dapat langsung
membandingkan data yang dikumpulkan saat wawancara mendalam dengan kenyataan di lapangan. Pemilihan informan dirasakan sangat sesuai karena masing-masing dari mereka
pemulung, pelapak, bandar, masyarakat dan pemerintah telah terlibat dalam proses terjadinya transformasi sosial, hal ini membuat setiap informan memiliki pengetahuan yang
menyeluruh terhadap fokus yang diteliti oleh penulis.Dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam penelitian ini mampu menggali informasi yang dibutuhkan yakni mengenai
proses transformasi sosial pekerja sektor informal dalam proses daur ulang sampah.
3. Implikasi Empiris
Di era sekarang ini banyak pengangguran yang tersebar diwilayah perkotaan salah satunya Surakarta. Dengan penduduk produktif yang tinggi ditambah dengan kehadiran
migran yang tinggi membuat kota Surakarta memiliki jumlah pengangguran yang tinggi. Berbeda kondisi dengan masyarakat yang berada di wilayah Kecamatan Jebres Kelurahan
142
Mojosongo Surakarta.Dulunya diwilayah tersebut juga banyak para pengangguran namun seiring berjalannya waktu banyak dari mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetap yakni
pada sektor informal.Dikatakan pekerjaan informal karena pekerjaan ini tidak memiliki syarat khusus dan diciptakan oleh masyarakat itu sendiri.Pekerjaan yang digeluti oleh
masyarakat setempat adalah pada sektor sampah yang dijalani oleh pemulung, pelapak dan bandar.
Dalam proses mengerakkan perekonomian mereka bertumpu dengan adanya sampah di wilayah Mojosongo. Didukung dengan adanya satu TPA besar diwilayah Mojosongo serta
dua TPS diwilayah tersebut merupakan sarana bagi mereka untuk mengais rejeki. Proses kerja yang mereka lakukan dilakukan secara rasional dan non rasional tanpa mereka sadari.
Melalui cara bertahap dengan modal pengalaman dan keinginan mereka mampu menjalankan usaha pada sektor daur ulang sampah secara bersama-sama melalui relasi sosial yang mereka
jalin dan hubungan saling ketergantungan antara satu pekerja dengan pekerja lain. Selain itu dengan adanya proses transformasi sosial mereka mampu untuk mengembangkan usaha yang
selama ini mereka geluti. Dengan penuh resiko dalam proses kerja yang dijalankan tidak membuat mereka berhenti untuk berinovasi dan mengembangkan skala usaha yang mereka
jalankan. Habitus dan figurasi yang mereka miliki mampu menciptakan strategi-strategi guna untuk mempertahankan bisnis sampah yang mereka jalani.Meskipun berawal dari
keterpaksaan dalam memilih profesi sebagai pemulung tidak membuat mereka jera “kapok”.Banyak dari mereka yang mampu menaikkan status pekerjaan mereka yang tadinya
hanya sebagai pemulung, sekarang mereka mampu menjadi pelapak dan bandar.Berkat keterampilan, kesabaran dan kerjasama yang dilakukan oleh para pekerja membuat kondisi
ekonomi yang dulunya miskin menjadi pra-sejahtera atau bahkan menjadi lebih sejahtera dibanding kondisi sebelumnya. Jadi dengan proses transformasi sosial yang dijalani mampu
untuk mengerakkan sektor perekonomian para pekerja sektor informal daur ulang sampah di wilayah Kelurahan Mojosongo.
C. Saran