31 prestasi. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu ”presesatie” yang
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil usaha. Motivasi berprestasi menjadi hal yang utama dalam proses pembelajaran
untuk mencapai prestasi tersebut. Achievement motivation motivasi berprestasi menurut Elliot Church dalam Schunk, 2012: 491 adalah
“usaha untuk menjadi kompeten dalam aktivitas yang penuh perjuangan”. Mc Clelland mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi
yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian Djaali, 2014: 103.
Hal ini sejalan dengan Djaali 2014: 107 yang menjelaskan “motivasi berprestasi dapat diartikan dorongan untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-
baiknya berdasarkan standar keunggulan. Motivasi berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat, tetapi mengacu kepada suatu ukuran keberhasilan
berdasarkan penilaian terhada p tugas yang dikerjakan seseorang.”
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat dinyatakan motivasi berprestasi merupakan dorongan pada diri seseorang baik dari dalam
maupun dari luar untuk melakukan aktivitas dengan semaksimal mungkin agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji atau unggul. Dalam proses
pembelajaran, peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi akan belajar dengan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimum.
b. Teori motivasi
Lima teori motivasi menurut Siagian 2012: 140-179 antara lain sebagai berikut.
32
1 Teori kebutuhan
Teori kebutuhan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan individu untuk hidup secara berkecukupan. Teori ini berfokus pada
pemahaman bahwa seseorang menjadi termotivasi jika belum mencapai kebutuhankepuasan tertentu dalam kehidupannya. Abraham Maslow
mengembangkan hierarki kebutuhan, yang mengelompokkan kebutuhan menjadi lima macam sebagaimana digambarkan pada hierarki berikut.
Gambar 2. Hierarki Kebutuhan menurut Maslow Sehubungan dengan kebutuhan hidup manusia yang mendasari
timbulnya motivasi, Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri Djaali, 2014: 101-102.
a Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan pokok yang harus
dipenuhinya dengan
segera seperti
keperluan untuk
makan,minum, berpakaian, dan bertempat tinggal. b
Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan, atau perlindungan
Aktuali- sasi diri
Harga diri Kebutuhan
sosial Kebutuhan aman dan
nyaman Kebutuhan Fisiologis
33 dari ancaman yang membahayakan kelangsungan hidup dan
kehidupan dengan segala aspeknya. c
Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan seseorang untuk disukai dan mencintai, bergaul, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. d
Kebutuhan akan harga diri, yaitukebutuhan seseorang untuk memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan,
dan pengakuan. e
Kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan seseorang untuk memperoleh kebanggaan, kekaguman, dan kemasyhuran sebagai
pribadi yang mampu dan berhasil mewujudkan potensi bakatnya dengan hasil prestasi yang luar biasa.
2 Teori penentuan tujuan
Kejelasan tujuan yang hendak dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang semakin
besar. Ditekankan dalam teori ini bahwa semakin besar partisipasi seseorang dalam menentukan tujuan itu, semakin besar pula
motivasinya untuk meraih keberhasilan Siagian, 2012: 174.
3 Teori penguatan
Teori penguatan mengasumsikan bahwa motivasi dapat dimodifikasi akibat adanya faktor dorongan dari luar yaitu adanya
penguatan dan pengekangan untuk melakukan atau untuk tidak melakukan sesuatu. Penguatan dapat diciptakan oleh lingkungan sosial
atau oleh suatu regulasi yang mengatur individu. Penguatan positif positive reinforcement baik berupa hadiah atau peningkatan status
untuk pencapaian sesuatu dapat membangkitkan motivasi individu untuk melakukan sesuatu. Sebaliknya adanya penguatan negative
negative reinforcement dapat menyebabkan seseorang berusaha untuk
menghindari sesuatu.
34
4 Teori keadilan
Teori ini berasumsi bahwa motivasi dapat timbul akibat kondisi ketidakadilan. Ketidakadilan dapat dipersepsikan sebagai kondisi nyata
ketidakadilan maupun sebagai “ketidakadilan yang dipersepsi.” Ketidakadilan nyata dapat terjadi akibat adanya diskriminasi hak dan
kewajiban. Persepsi seseorang tentang keadilan perlakuan terhadap dirinya
sangat dipengaruhi oleh pandangan orang yang bersangkutan mengenai dirinya sendiri Siagian, 2012: 179. Contohnya jika seorang peserta
didik mendapatkan nilai yang kurang baik, sementara peserta didik lainnya mendapatkan nilai yang lebih baik; maka dia dapat menganggap
bahwa terjadi “ketidakadilan” karena keduanya telah sama-sama berusaha belajar, sehingga timbul upaya untuk mengejar dengan belajar
lebih giat untuk mencapai prestasi.
5 Teori harapan
Teori harapan mengasumsikan bahwa kuatnya motivasi seseorang berprestasi tergantung pada pandangannya tentang betapa kuatnya
keyakinan yang terdapat dalam dirinya bahwa ia akan dapat mencapai apa yang diusahakan untuk dicapai Siagian, 2012: 180. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa teori motivasi menurut Siagian terdiri dari teori kebutuhan, penentuan tujuan, penguatan, keadilan, dan
harapan.
35
c. Karakteristik motivasi berprestasi