77
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Kecamatan Pengasih merupakan satu dari dua belas kecamatan yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah kecamatan
Pengasih terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Di kecamatan tersebut terdapat 36 sekolah dasar yang terbagi menjadi 5 gugus. Penelitian ini
dilaksanakan di gugus 3 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. Adapun SD yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 8 SD yaitu SDN Karangsari 1,
SDN Karangsari 2, SDN Kedungtangkil, SDN Kedungrejo, SDN Gunungdani, SDN Ngento, SDN Sendang, dan MI Ma‟arif Sendang. Pertama, SDN Karangsari
1 beralamat di pedukuhan Kopat, Karangsari, Pengasih. Kedua, SDN Karangsari 2 yang beralamat di pedukuhan Gunungpentul, Karangsari, Pengasih. Ketiga, SDN
Kedungtangkil yang beralamat di pedukuhan Blumbang, Karangsari, Pengasih. Keempat, SDN Kedungrejo yang beralamat di pedukuhan Kedungtangkil,
Karangsari, Pengasih. Kelima, SDN Gunungdani yang beralamat di pedukuhan Ringinardi, Karangsari, Pengasih. Keenam, SDN Ngento yang beralamat di
pedukuhan Ngento desa Pengasih kecamatan Pengasih. Ketujuh, SDN Sendang yang beralamat di pedukuhan Sendang, Karangsari, Pengasih. Dan kedelapan, MI
Ma‟arif Sendang yang beralamat di Sendang, Karangsari, Pengasih, Kulon Progo.
78
B. Hasil Analisis Deskriptif
Teknik statistik deskriptif digunakan untuk melihat hasil deskripsi data penelitian sehingga lebih mudah dalam melihat penggambaran data. Perhitungan
analisis deskriptif statistik dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 154. Hasil analisis deskriptif ditunjukan pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif
1. Data Regulasi Diri
Untuk mengungkap regulasi diri peserta didik, digunakan instrumen skala dengan jumlah 21 butir pertanyaan, masing-masing butir skornya 1 sampai 4,
sehingga skor minimalnya adalah 1 x 21= 21 dan skor maksimalnya adalah 4 x 21= 84. Berdasarkan tabel 7 maka diketahui harga mean atau rata-rata nilai adalah
58,74atau jika dibulatkan menjadi 59, untuk median atau nilai tengah sebesar 57,50, mode atau nilai yang paling sering muncul adalah 49, standar deviasi
adalah 8,842 atau dibulatkan menjadi 9.
Regulasi Diri Konsep Diri
Motivasi Berprestasi IPA
N 88
88 88
Mean 58.74
63.62 65.10
Median 57.50
62.50 64.50
Mode 49
61 56
Std. Deviation 8.842
9.532 10.195
Range 42
43 50
Minimum 39
43 38
Maximum 81
86 88
Sum 5169
5599 5729
79 Untuk mengetahui kecenderungan rata-rata skor variabel regulasi diri
peserta didik adalah dengan cara mengkategorikan skor rerata ideal yang seharusnya diperoleh. Diperoleh skor minimum atau nilai paling kecil adalah 39
dan skor maksimum atau nilai paling besar adalah 81. Jumlah kelas interval dihitung dengan rumus berikut ini.
K = 1 + 3,3 log n Dimana:
K = jumlah kelas interval n = jumlah data
log = logaritma Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut.
K = 1 + 3,3 log 88 = 1 + 3,3. 1,945
= 1 + 6,4185 = 7,4185
Jumlah kelas interval dari perhitungan yang telah dilakukan hasilnya adalah 7,4158 dibulatkan menjadi 7. Kemudian menghitung rentang data yaitu data
terbesar dikurangi data terkecil, sehingga diperoleh hasil 42. Selanjutnya menghitung panjang kelas dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas
interval, yaitu 42 : 7 = 6. Adapun distribusi frekuensi regulasi diri peserta didik dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Regulasi DiriPeserta didik
No. Interval Skor
Frekuensi Frekuensi
1. 39-45
3 3,41
2. 46-52
21 23,86
3. 53-59
27 30,68
4. 60-66
16 18,18
5. 67-73
18 20,46
6. 74-80
2 2,27
7. 81-87
1 1,14
Jumlah 88
100
80 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
diagram batang sebagai berikut.
Gambar 4. Diagram Distribusi Frekuensi Regulasi Diri Peserta Didik Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa peserta didik yang memiliki skor regulasi
diri antara 39-45 ada 3 peserta didik, 46-52 ada 21 peserta didik, 53-59 ada 27 peserta didik, 60-66 ada 16 peserta didik, 67-73 ada 18 peserta didik, 74-80 ada 2
peserta didik, dan 81-87 ada 1 peserta didik. Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat tabel klasifikasi regulasi diri peserta didik sebagai berikut.
Tabel 12. Klasifikasi Data Regulasi Diri Peserta didik
Keterangan: X= skor regulasi diri peserta didik Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa responden yang regulasi
dirinya dalam kategori tinggi berjumlah 14 peserta didik atau 15,90, kategori sedang berjumlah 59 peserta didik atau 67,05 dan kategori rendah berjumlah 15
5 10
15 20
25 30
39-45 46-52
53-59 60-66
67-73 74-80
81-87
Interval skor Frekuensi
No. Interval Skor
Kategori Frekuensi
Persentase
1. 68
Tinggi 14
15,90 2.
68 Sedang
59 67,05
3. 50
Rendah 15
17,05
Total 88
100
Distribusi Frekuensi Regulasi Diri Peserta Didik
81 peserta didik atau 17,05. Secara keseluruhan, regulasi diri peserta didik kelas IV
se-gugus 3 Kecamatan Pengasih termasuk kategori sedang. Data persebaran skala regulasi diri dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 150-151. Kategori regulasi
diri tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.
Gambar 5. Diagram Kategori Regulasi Diri Peserta didik Adapun besarnya persentase setiap indikator dalam regulasi diri akan dirangkum
dalam tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Persentase Setiap Indikator Regulasi Diri Peserta Didik
No Indikator
Jumlah soal
Jumlah Skor
Skor Maks 88xjml
soalx4 Persentase
1. Penetapan tujuan
4 968
1408 68,75
2. Perencanaan
3 778
1056 3.
Motivasi diri 3
698 1056
4. Kontrol atensi
3 772
1056 5.
Penggunaan strategi
belajar yang fleksibel 2
487 704
6. Monitor diri
2 514
704 7.
Mencari bantuan yang tepat
2 493
704 8.
Evaluasi diri 2
459 704
15,90
67,05 17,05
Kategori Regulasi Diri Peserta Didik
tinggi sedang
rendah
82 Berdasarkan tabel 13, indikator regulasi diri peserta didik kelas IV SD se-
gugus 3, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo mempunyai persentase yang berbeda-beda. Besarnya persentase setiap indikator regulasi diri yaitu
indikator penetapan tujuan sebesar 68,75, indikator perencanaan sebesar 73,67, indikator motivasi diri sebesar 66,10, indikator kontrol atensi sebesar
73,11, indikator penggunaan strategi belajar yang fleksibel sebesar 69,18, indikator monitor diri sebesar 73,01, indikator mencari bantuan yang tepat
sebesar 70,03, dan indikator evaluasi diri sebesar 65,20.
2. Data Konsep Diri
Untuk mengungkap konsep diri peserta didik, digunakan instrumen skala dengan jumlah 22 butir pertanyaan, masing- masing butir skornya 1 sampai 4,
sehingga skor minimalnya adalah 1 x 22 = 22 dan skor maksimalnya adalah 4 x 22 = 88. Berdasarkan tabel 10 maka diketahui harga mean atau rata-rata nilai
adalah 63,62 atau jika dibulatkan menjadi 64, untuk median atau nilai tengah sebesar 62,50, mode atau nilai yang paling sering muncul adalah 61, standar
deviasi adalah 9,532 atau dibulatkan menjadi 10, skor minimum atau nilai paling kecil adalah 43 dan skor maksimum atau nilai paling besar adalah 86.
Jumlah kelas interval dari perhitungan yang telah dilakukan hasilnya adalah 7,4158 dibulatkan menjadi 7. Kemudian menghitung rentang data yaitu data
terbesar dikurangi data terkecil, sehingga diperoleh hasil 43. Selanjutnya menghitung panjang kelas dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas
interval, yaitu 43 : 7 = 6. Adapun distribusi frekuensi konsep diri peserta didik dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini.
83 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Konsep Diri Peserta didik
No. Interval Skor
Frekuensi Frekuensi
1. 43-49
5 5,68
2. 50-56
20 22,73
3. 57-63
21 23,86
4. 64-71
21 23,86
5. 72-78
15 17,05
6. 79-85
5 5,68
7. 86-92
1 1,14
Jumlah 88
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.
Gambar 6. Diagram Distribusi Frekuensi Konsep Diri Peserta Didik Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa peserta didik yang memiliki skor
konsepdiri antara 43-49 ada 5 peserta didik, 50-56 ada 20 peserta didik, 57-63 ada 21 peserta didik, 64-71 ada 21 peserta didik, 72-78 ada 15 peserta didik, 79-85
ada 5 peserta didik, dan 86-92 ada 1 peserta didik. Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat tabel klasifikasi konsep diri peserta didik sebagai berikut.
5 10
15 20
25
43-49 50-56
57-63 64-71
72-78 79-85
86-92
Interval skor
Frekuensi
Distribusi Frekuensi Konsep Diri Peserta Didik
84 Tabel 15. Klasifikasi Data Konsep Diri Peserta didik
Keterangan: X= skor konsep diri peserta didik Berdasarkan tabel 15, dapat diketahui bahwa responden yang konsep dirinya
dalam kategori tinggi berjumlah 16 peserta didik atau 18,18, kategori sedang berjumlah 60 peserta didik atau 68,18 dan kategori rendah berjumlah 12 peserta
didik atau 13,64. Secara keseluruhan, konsep diri peserta didik kelas IV se- gugus 3 Kecamatan Pengasih termasuk dalam kategori sedang. Data persebaran
skala konsep diri dapat dilihat pada lampiran 22 halaman 151-152. Kategori konsep diri tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai
berikut.
Gambar 7. Diagram Kategori Konsep Diri Peserta Didik Adapun besarnya persentase setiap indikator dalam konsep diri akan dirangkum
dalam tabel berikut ini.
18,18
68,18 13,64
Kategori Konsep Diri Peserta Didik
tinggi sedang
rendah
No. Interval Skor
Kategori Frekuensi
Persentase
1. 74
Tinggi 16
18,18 2.
74 Sedang
60 68,18
3. 54
Rendah 12
13,64
Total 88
100
85 Tabel 16. Persentase Setiap Indikator Konsep Diri Peserta Didik
No Indikator
Jumlah Soal
Jumlah Skor
Skor Maks 88xjml
soalx4 Persentase
1. Diri
Identitas 3
705 1056
66,76 2.
Diri Pelaku
6 1443
2112 3.
Diri Penilaian
4 1096
1408 4.
Diri Fisik 3
739 1056
5. Diri Etik-
Moral 3
738 1056
6. Diri
Keluarga 2
628 704
7. Diri Sosial
1 250
352 Berdasarkan tabel 16, indikator konsep diri peserta didik kelas IV SD se-
gugus 3 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo mempunyai persentase yang berbeda-beda. Besarnya persentase setiap indikator konsep diri yaitu
indikator diri identitas sebesar 66,76, indikator diri pelaku sebesar 68,32, indikator diri penilaian sebesar 77,84, indikator diri fisik sebesar 69,98,
indikator diri etik-moral sebesar 69,89, indikator diri keluarga sebesar 89,20 dan indikator diri sosial sebesar 71,02.
3. Data Motivasi Berprestasi IPA
Untuk mengungkap motivasi berprestasi peserta didik, digunakan instrumen skala dengan jumlah 23 butir pertanyaan, masing- masing butir skornya 1 sampai
4, sehingga skor minimalnya adalah 1 x 23= 23 dan skor maksimalnya adalah 4 x 23= 92. Berdasarkan tabel 10 maka diketahui harga mean atau rata-rata nilai
adalah 65,10atau jika dibulatkan menjadi 65, untuk median atau nilai tengah sebesar 64,50, mode atau nilai yang paling sering muncul adalah 56, standar
86 deviasi adalah 10,195 atau dibulatkan menjadi 10, skor minimum atau nilai paling
kecil adalah 38 dan skor maksimum atau nilai paling besar adalah 88. Jumlah kelas interval dari perhitungan yang telah dilakukan hasilnya adalah
7,4158 dibulatkan menjadi 7. Kemudian menghitung rentang data yaitu data terbesar dikurangi data terkecil, sehingga diperoleh hasil 50. Selanjutnya
menghitung panjang kelas dengan membagi rentang data dengan jumlah kelas interval, yaitu 50 : 7 = 7. Adapun distribusi frekuensi motivasi berprestasi IPA
peserta didik dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Distribusi Frekuensi Motivasi BerprestasiIPA Peserta didik
No. Interval Skor
Frekuensi Frekuensi
1. 38-45
1 1,14
2. 46-53
9 10,23
3. 54-61
25 28,41
4. 62-69
21 23,86
5. 70-77
25 28,41
6. 78-85
5 5,68
7. 86-93
2 2,27
Jumlah 88
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut.
Gambar 8. Diagram Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi IPA Peserta Didik
5 10
15 20
25 30
38-45 46-53
54-61 62-69
70-77 78-85
86-93
Interval skor
Frekuensi
Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi IPA Peserta Didik
87 Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa peserta didik yang memiliki skor
motivasi berprestasi IPA antara 38-45 ada 1 peserta didik, 46-53 ada 9 peserta didik, 54-61 ada 25 peserta didik, 62-69 ada 21 peserta didik, 70-77 ada 25
peserta didik, 78-85 ada 5 peserta didik, dan 86-93 ada 2 peserta didik. Berdasarkan data tersebut kemudian dibuat tabel klasifikasi motivasi berprestasi
IPA peserta didik sebagai berikut. Tabel 18. Klasifikasi Data Motivasi Berprestasi Peserta didik
Keterangan: X= skor motivasi berprestasi peserta didik Berdasarkan tabel 18, dapat diketahui bahwa responden yang motivasi
berprestasinya dalam kategori tinggi berjumlah 18 peserta didik atau 20,45, kategori sedang berjumlah 58 peserta didik atau 65,91 dan kategori rendah
berjumlah 12 peserta didik atau 13,64. Secara keseluruhan, motivasi berprestasi IPA peserta didik kelas IV se-gugus 3 Kecamatan Pengasih termasuk dalam
kategoru sedang. Data persebaran skala motivasi berprestasi dapat dilihat pada lampiran 23 halaman 153-154. Kategori motivasi berprestasi tersebut dapat
disajikan dalam bentuk diagram lingkaran sebagai berikut.
Gambar 9. Diagram Kategori Motivasi Berprestasi IPA Peserta Didik
20,45 65,91
13,64
Kategori Motivasi Berprestasi IPA
tinggi sedang
rendah
No. Interval Skor
Kategori Frekuensi
Persentase
1. 75
Tinggi 18
20,45 2.
75 Sedang
58 65,91
3. 55
Rendah 12
13,64
Total 88
100
88 Adapun besarnya persentase setiap indikator dalam motivasi berprestasi IPA akan
dirangkum dalam tabel 19 berikut ini. Tabel 19. Persentase Setiap Indikator Motivasi Berprestasi IPA
No Indikator
Jumlah Soal
Jumlah Skor
Skor Maks
88xjml soalx4
Persentase
1. Tekun menghadapi
tugas 6
1625 2112
76,94 2.
Ulet menghadapi
kesulitan 4
1014 1408
3. Menunjukkan minat
terhadap bermacam- macam masalah
4 947
1408
4. Lebih
senang bekerja mandiri
2 497
704
5. Cepat bosan pada
tugas yang rutin 4
915 1408
6. Dapat
mempertahankan pendapatnya
3 731
1056
Berdasarkan tabel 19, indikator motivasi berprestasi IPA kelas IV SD se- gugus 3 Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo mempunyai persentase
yang berbeda-beda. Besarnya persentase setiap indikator motivasi berprestasi yaitu indikator tekun menghadapi tugas sebesar 76,94, indikator ulet
menghadapi kesulitan sebesar 72,02, indikator menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah sebesar 67,26, indikator lebih senang bekerja
mandiri sebesar 70,60, indikator cepat bosan pada tugas yang rutin sebesar 64,99, dan indikator dapat mempertahankan pendapatnya sebesar 69,22.
89
C. Hasil Uji Prasyarat
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel penelitian. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 16 dengan taraf signifikansi 5. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai
Asymp. Sig. 0,05. Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 25 halaman 158. Rangkuman hasil linieritas dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Rangkuman Hasil Uji Normalitas
No. Variabel
Asymp. Sig. Signifikansi
Keterangan
1. Regulasi Diri
0,642 0,05
Normal 2.
Konsep Diri 0,748
0,05 Normal
3. Motivasi Berprestasi IPA
0,355 0,05
Normal Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel regulasi diri, konsep diri
dan motivasi berprestasi IPA memiliki nilai di atas 0,05, maka masing-masing variabel berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah regulasi diri, konsep diri dan motivasi berprestasi IPA mempunyai hubungan garis linear. Penghitungan uji
linieritas menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 16. Jika nilai nilai signifikansi 0,05 pada kolom deviation from linearity, maka
hubungan dua variabel adalah linier. Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 26 dan 27 halaman 158-159. Rangkuman hasil linieritas dapat dilihat
pada tabel 21 berikut ini.
90 Tabel 21. Rangkuman Hasil Uji Linieritas
No. Variabel
Df
Signifikansi dari
linierity Signifikansi
dari deviation
fromlinierity Kesimpulan
Bebas
Terikat
1. Regulasi
diri
Motivasi berprestasi
31
0,000 0,289
Linier 2.
Konsep diri
Motivasi berprestasi
37
0,000 0,777
Linier Berdasarkan rangkuman hasil tabel 21, dapat dilihat bahwa padapengujian
data antara regulasi diri dengan motivasi berprestasi IPA peserta didik, didapat signifikansi dari linierity 0,0000,05 dan signifikansi dari deviation from linierity
0,2890,05. Pengujian antara konsep diri dengan motivasi berprestasi IPA peserta didik didapat signifikansi dari linierity 0,0000,05 dan signifikansi dari deviation
from linieritysebesar 0,7770,05. Maka dapat disimpulkan bahwa fungsional antara variabel regulasi diri dengan motivasi berprestasi dan antara konsep diri
dengan motivasi berprestasi IPA peserta didik adalah linear.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas terjadi multikolinier atau tidak. Apabila nilai tolerance 0,1 dan VIF 10,
maka dinyatakan tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilakukan bantuan komputer program SPSS for windows versi 16.
Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 19 halaman 141. Rangkuman hasil multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini.
Tabel 22. Rangkuman Hasil Multikolinieritas
Variabel Tolerance
VIF Kesimpulan
X1 0,520
1,923 Tidak
terjadi multikolinieritas
X2 0,520
1,923
91 Dari tabel 22 nilai tolerance sebesar 0,520 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,923 10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas.
D. Uji Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah. Hipotesis harus diuji kebenarannya secara empiris. Pengujian hipotesis ini menggunakan
analisis korelasi parsial, korelasi ganda, dan regresi ganda.
1. Analisis Korelasi Parsial
Analisis korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel bebas X
1
atau X
2
dengan variabel terikat Y bila salah satu variabel bebas dikendalikan sama. Dalam hal ini akan digunakan untuk
menguji hipotesis pertama dan kedua.
a. Hipotesis pertama
Hipotesis pertama untuk mengetahui berapa besar korelasi antara variabel regulasi diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik
pada mata pelajaran IPA. Hipotesis pertama, yaitu terdapat korelasi antara regulasi diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik pada
mata pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3 Kecamatan Pengasih. Analisis korelasi parsial dilakukan dengan menggunakan program SPSS
for windows versi 16. Berdasarkan perhitungan nilai korelasi parsial antara regulasi diri dengan motivasi berprestasi IPA diperoleh dengan taraf
92 signifikansi 5 adalah sebesar 0,363. Untuk pengujian signifikansi koefisien
korelasi dengan perhitungan sebagai berikut.
√
√ √ -
√ -
lampiran 31 halaman 161
Harga t
hitung
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel
lampiran 8 halaman 124 dengan taraf signifikansi 5 dengan dk= 88-1 = 87, yaitu sebesar 1,988. Karena nilai 3,588 1,988, maka hipotesis diterima,
artinya terdapat korelasi antara regulasi diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3
Kecamatan Pengasih. Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 159.
b. Hipotesis kedua
Hipotesis kedua untuk mengetahui berapa besar korelasi antara variabel konsep diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik pada mata
pelajaran IPA dengan hipotesis sebagai berikut. Hipotesis yang kedua, yaitu terdapat korelasi antara konsep diri secara parsial dengan motivasi berprestasi
peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3 Kecamatan Pengasih.
Analisis korelasi parsial dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16. Berdasarkan perhitungan nilai korelasi parsial antara
konsep diri dengan motivasi berprestasi IPA diperoleh dengan taraf signifikansi 5 adalah sebesar 0,676. Angka ini lebih kecil dari korelasi yang
93 langsung dan tanpa adanya kontrol dari regulasi diri. Untuk pengujian
signifikansi koefisien korelasi dengan perhitungan sebagai berikut.
√
√ √ -
√ -
lampiran 31 halaman 161
Harga t
hitung
tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t
tabel
dengan taraf signifikansi 5 dengan dk= 88-1 = 87, yaitu sebesar 1,988. Karena nilai
8,4641,988, maka Ho ditolak, artinya bahwa terdapat korelasi antara konsep diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik pada mata
pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3 Kecamatan Pengasih. Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 29 halaman 160.
2. Analisis Korelasi Ganda
Analisis korelasi ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X
1
dan X
2
secara simultan dengan variabel terikat Y. Hipotesis ketiga, yaitu terdapat korelasi antara regulasi diri dan konsep diri
secara simultan dengan motivasi berprestasi IPA peserta didik kelas IV SD se- gugus 3 Kecamatan Pengasih. Hasil korelasi ganda menunjukkan nilai 0,861.
Dari hasil tersebut selanjutnya menginterpretasikan koefisien korelasi menggunakan tabel pedoman korelasi sebagai berikut.
Tabel 23. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkatan hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
94 Berdasarkan tabel 23, maka nilai koefisien korelasi ganda yang
diperoleh dalam penelitian ini mempunyai korelasi yang kuat antara regulasi diri dengan motivasi berprestasi. Hal ini karena nilai koefisien korelasi 0,861
berada pada rentang 0,80-1,000 yang termasuk dalam tingkatan hubungan sangat kuat. Nilai korelasi positif artinya terjadi hubungan positif, yaitu jika
regulasi diri dan konsep diri meningkat secara simultan, maka motivasi berprestasi peserta didik pada mata pelajaran IPA juga semakin meningkat.
Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut dapat digeneralisasikan atau tidak, maka harus diuji signifikansi dengan menghitung nilai F
hitung
. Nilai F
hitung
berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS versi 16 sebesar 121,713. Harga F
hitung
selanjutnya dibandingkan dengan F
tabel
lampiran 9 halaman 125 dengan df pembilang 2 dan df penyebut 85, sehingga diperoleh hasil 3,104. Dengan demikian, karena F
hitung
F
tabel
, maka regulasi diri, konsep diri dan motivasi berprestasi IPA mempunyai korelasi
kuat dan dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil. Untuk pengujian hipotesis menggunakan uji dua sisi dengan tingkat
signifikansi 5, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai 0,000 0,05 maka hipotesis diterima, artinya bahwa terdapat korelasi signifikan
antara regulasi diri dan konsep diri secara simultan dengan motivasi berprestasi peserta didikpada mata pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3
Kecamatan Pengasih. Hasil penghitungan dapat dilihat pada lampiran 30 halaman 160.
95
3. Analisis Regresi Ganda
Hasil penghitungan persamaan regresi ganda penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran 31
halaman 161.
Dari hasil
tersebut diperoleh
Y‟=2,436+0,317X
1
+0,693X
2
. Angka-angka tersebut dapat diintepretasikan sebagai berikut.
a.
Konstanta sebesar 2,436 artinya jika regulasi diri X
1
dan konsep diri X
2
nilainya adalah 0, maka motivasi berprestasi IPA Y‟ nilainya positif yaitu
sebesar 2,436.
b.
Koefisien regresi variabel harga X
1
sebesar 0,371 artinya jika regulasi diri naik satu satuan
, maka motivasi berprestasi Y‟ akan mengalami kenaikan sebesar 0,371 satuan dengan asumsi variabel konsep dirinya tetap. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara regulasi diri dengan motivasi berprestasi IPA, semakin naik regulasi diri peserta didik maka
semakin naik pula motivasi berprestasinya.
c.
Koefisien regresi variabel harga X
2
sebesar 0,693 artinya jika konsep diri naik satu satuan
, maka motivasi berprestasi Y‟ akan mengalami kenaikan sebesar 0,693 dengan asumsi variabel regulasi dirinya tetap. Koefisien
bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi IPA, semakin naik konsep diri peserta didik maka
semakin naik pula motivasi berprestasinya.
96
4. Analisis Sumbangan Efektif SE dan Sumbangan Relatif SR
Selanjutnya, berdasarkan hasil korelasi secara parsial dan simultan diperoleh koefisien determinasi. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan dalam menerangkan masing-masing variabel bebas, baik secara parsial terhadap variabel terikat maupun secara keseluruhan. Besarnya
koefisien determinasi dihitung menggunakan software statistik SPSS versi 16. Berikut adalah hasil rangkuman perhitungannya disajikan dalam bentuk tabel 23.
Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Koefisien Determinasi Variabel X
1
dan X
2
Secara Parsial terhadap Variabel Y
Variabel Koefisien
korelasi parsial r
2
t
hitung
Signifikansi
Bila X
1
tetap 0,676
0,457 8,464
0,000 Bila X
2
tetap 0,363
0,312 3,588
0,001 Berdasarkan tabel 24, dapat disimpulkan bahwa:
a. Bila X
1
tetap Dari perhitungan didapatkan nilai r
2
yx
2
.x
1
yaitu 0,457 dan t
hitung
8,464 dengan nilai signifikansi 0,000. Oleh karena nilai signifikansi 0,000 0,05, maka
dapat dikatakan signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila regulasi diri dikendalikan tidak bervariasi, maka korelasi antara konsep diri dengan
motivasi berprestasi sebesar 0,676 dan signifikan. b.
Bila X
2
tetap Dari perhitungan didapatkan nilai r
2
yx
1
.x
2
yaitu 0,312 dan t
hitung
3,588 dengan nilai signifikansi 0,001. Oleh karena nilai signifikansi 0,001 0,05, maka
dapat dikatakan signifikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila konsep diri dikendalikan tidak bervariasi, maka korelasi antara regulasi diri dengan
motivasi berprestasi sebesar 0,363 dan signifikan.
97 Untuk pengujian koefisien determinasi secara simultan R
2
dengan bantuan komputer program SPSS for windows versi 16 menunjukkan R
2
sebesar 0,741 artinya persentase sumbangan variabel regulasi diri X
1
dan konsep diri X
2
terhadap motivasi berprestasi Y sebesar 74,1, sedangkan 25,9 dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk mengetahui apakah
secara simultan varibael independen berkorelasi signifikan dengan variabel dependen maka mencari F
hitung
. F
hitung
dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS for windows versi 16 yang menunjukkan nilai F
hitung
sebesar 121,713. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan F
tabel
dengan df pembilang 2 dan df penyebut 85, sehingga diperoleh hasil 3,104.
Dengan demikian, karena F
hitung
F
tabel
, maka regulasi diri, konsep diri dan motivasi berprestasi IPA mempunyai korelasi kuat dan dapat diberlakukan untuk
populasi dimana sampel diambil. Selanjutnya dari nilai korelasi determinan R
2
sebesar 0,741 dapat diketahui sumbangan efektif kedua variabel secara bersama- sama sebesar 74,1, dengan masing-masing sumbangan yang perhitungannya
didapat dilihat pada lampiran 32 halaman 162. Rangkuman hasil perhitungan tersebut disajikan dalam bentuk tabel 25 berikut ini.
Tabel 25. Ringkasan Hasil Perhitungan Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
No. Variabel Bebas
Sumbangan Relatif
Efektif
1. Regulasi Diri
26,81 19,87
2. Konsep Diri
73,19 54,23
Total 100
74,1
Dari tabel 25 dapat disimpulkan bahwa:
98 a.
Regulasi diri X
1
secara tunggal memengaruhi motivasi berprestasi peserta didik Y sebesar 19,87, sedangkan sisanya 80,13 dipengaruhi oleh faktor
lain. b.
Konsep diri X
2
secara tunggal memengaruhi motivasi berprestasi peserta didik Y sebesar 54,23, sedangkan sisanya 45,77 dipengaruhi oleh faktor
lain.
E. Pembahasan
Hasil penelitian yang pertama membuktikan bahwa terdapat korelasi signifikan antara regulasi diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta
didik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut searah, artinya semakin baik regulasi diri peserta didik maka akan semakin tinggi
motivasi berprestasinya, sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki regulasi diri yang baik maka akan semakin rendah motivasi berprestasinya. Dari hasil
penelitian diperoleh besar korelasi parsialnya adalah 0,363 dan mempunyai sumbangan efektif sebesar 19,87. Dengan demikian, peserta didik yang
memiliki kemampuan regulasi diri yang baik akan termotivasi dalam proses pembelajaran, sehingga mengarahkan perasaan, pikiran, dan tindakannya
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan regulasi diri pada peserta didik dapat dilihat dari kemampuan
penetapan tujuan, perencanaan, motivasi diri, kontrol atensi, penggunaan strategi belajar yang fleksibel, monitor diri, mencari bantuan yang tepat, dan evaluasi diri.
Berdasarkan hasil penelitian, peserta didik kelas IV se-gugus 3 Kecamatan Pengasih secara keseluruhan telah memiliki kemampuan perencanaan yang baik,
99 yaitu ditandai dengan kemampuan peserta didik dalam merencanakan waktu
belajar dan menggunakan fasilitas belajar. Hal tersebut sesuai dengan perkembangan kognitif peserta didik pada usia 7-12 tahun salah satunya yaitu
memiliki kemampuan bertanggung jawab untuk perencanaan Sudarwan Danim, 2013: 61. Sedangkan kemampuan evaluasi diri peserta didik masih kurang jika
dibandingkan dengan indikator regulasi diri lainnya. Peserta didik belum mampu memahami kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Hal tersebut dapat
dipengaruhi oleh perkembangan emosi pada usia kelas IV sekolah dasar yang belum stabil. Hal tersebut sejalan dengan Rita Eka Izzaty, et.al. 2008: 116 yang
menyebutkan ciri-ciri emosi pada usia tersebut diantaranya emosi relatif lebih singkat, kuat, dan mudah berubah. Dengan demikian, diperlukan adanya
bimbingan dari guru dan orang tua dalam melakukan evaluasi diri pada peserta didik.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Schunk 2012: 561 yang menyatakan bahwa regulasi diri merupakan salah satu faktor yang
memengaruhi keberhasilan seseorang dalam menjalani proses pendidikannya. Sedangkan untuk mencapai prestasi dibutuhkan adanya motivasi berprestasi. Hal
tersebut diperkuat oleh Pintrich, 2003; Wolters, 2003 dalam Schunk, 2012: 585 yang
menyebutkan bahwa “motivasi terkait erat dengan pengaturan diri.” Peserta didik yang memiliki regulasi diri yang baik akan mengarahkan tindakannya untuk
mencapai suatu keberhasilan. Pentingnya peran regulasi diri dinyatakan oleh Aftina Nurul Husna, et.al.
2014 yang berpendapat bahwa pembelajarpeserta didik yang mampu melakukan
100 regulasi diri cenderung berhasil secara akademik dan memiliki kontrol diri yang
membuat proses belajar menjadi lebih termotivasi. Pendapat lain juga disampaikan oleh Nitya Apranadyanti 2010 bahwa individu yang memiliki
regulasi diri yang baik memiliki kemampuan berusaha untuk mengatur pikiran, perasaan, dan perilakunya untuk kemudian dievaluasi sehingga terarah sesuai
dengan keinginan, harapan, maupun tujuan yang hendak dicapai. Selain itu, Handy Susanto 2006: 70 menyatakan bahwa keberhasilan
seseorang dalam menjalani sesuatu termasuk pencapaian prestasi baik dalam pendidikan maupun bidang lainnya tidak ditentukan oleh IQ semata, namun salah
satunya adalah kemampuan regulasi diri. Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian tersebut, dapat dibuktikan adanya korelasi antara regulasi diri dengan
motivasi berprestasi. Hasil penelitian yang kedua membuktikan bahwa terdapat korelasi
signifikan antara konsep diri secara parsial dengan motivasi berprestasi peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut
searah, artinya semakin baik konsep diri peserta didik maka akan semakin tinggi motivasi berprestasinya, sebaliknya peserta didik yang tidak memiliki konsep diri
yang baik maka akan semakin rendah motivasi berprestasinya. Dari hasil penelitian diperoleh besar korelasi parsialnya adalah 0,676 dan sumbangan
efektifnya sebesar 54,23. Dengan demikian, konsep diri berperan sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik yang memiliki
konsep diri yang baik akan memunculkan persepsi diri yang positif, sehingga
101 mampu membangkitkan motivasi untuk berperilaku sesuai dengan keyakinan
dirinya. Konsep diri dapat dilihat dari diri identitas, pelaku, penilaian, fisik, etik
moral, keluarga, dan sosial. Berdasarkan hasil penelitian, diri keluarga menjadi aspek paling berpengaruh terhadap konsep diri peserta didik kelas IV se-gugus 3
Kecamatan Pengasih. Dalam hal ini, peserta didik memiliki persepsi sebagai bagian dari anggota keluarga, misalnya merasa senang karena mendapat perhatian
dan kasih sayang orang tua. Dengan adanya persepsi keluarga yang baik, peserta didik akan termotivasi. Faktor keluarga menjadi peran utama yang dapat
mempengaruhi perilaku peserta didik. Moh. Sochib 2010: 2 menjelaskan pentingnya peran orang tua dalam mencapai tujuan pendidikan. Ki Hajar
Dewantara dalam Moh. Sochib, 2010: 3-4 menyebutkan bahwa esensi pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sedangkan sekolah hanya
berpartisipasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi kunci keberhasilan anak-anaknya. Hal tersebut diperkuat oleh Hurlock 1978: 201 yang
menyatakan bahwa salah satu sumbangan keluarga pada perkembangan anak, yaitu sebagai perangsang kemampuan untuk mencapai keberhasilan di sekolah
dan kehidupan sosial. Sedangkan diri identitas menjadi indikator paling sedikit kaitannya dengan konsep diri peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik belum
mampu memberikan label pada dirinya, sehingga diperlukan adanya bimbingan orang tua dan guru.
Temuan penelitian tersebut sesuai dengan pendapat Nur Prima Septiana 2004 yang menyatakan bahwa konsep diri memegang peranan dalam
102 memunculkan motivasi berprestasi dan mengarahkan seluruh perilaku. Pendapat
lain, Zusy Aryanti 2003 menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki prestasi akademik baik berawal dari konsep diri yang baik. Pandangan positif yang
diyakini peserta didik akan menggiring peserta didik memiliki motivasi berprestasi yang baik.
Studi dari Meichanbeum dalam Slameto, 2013: 184 mengatakan bahwa “bila peserta didik dibantu menyatakan hal-hal positif mengenai dirinya dan diberi
penguatan, maka hal itu akan menghasilkan konsep diri yang positif.” Slameto 2013:183 juga berpendapat bahwa keberhasilan dan kegagalan memengaruhi
diri seseorang secara berlainan. Kegagalan yang dialami seseorang berulang kali, kemungkinan apabila terjadi kegagalan yang baru akan mengurangi motivasinya
untuk mencapai tujuan. Hendriati Agustiani 2009: 138 juga menambahkan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian tersebut, secara teoritik terdapat korelasi antara konsep diri dengan motivasi berprestasi, sehingga hasil penelitian
menunjukkan kebenaran teori yang ada. Hasil penelitian yang ketiga membuktikan bahwa terdapat korelasi
signifikan antara regulasi diri dan konsep diri secara simultan dengan motivasi berprestasi peserta didik. Dari hasil penelitian diperoleh besar korelasi antara
ketiga variabel adalah 0,861 artinya persentase sumbangan efektif variabel regulasi diri dan konsep diri terhadap motivasi berprestasi sebesar 74,1,
sedangkan 25,9 dijelaskan variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
103 Korelasi ketiga variabel termasuk kategori sangat kuat dan dapat diberlakukan
untuk populasi dimana sampel diambil. Motivasi berprestasi dapat dilihat dari peserta didik yang tekun menghadapi
tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin,
dan dapat mempertahankan pendapatnya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tekun menghadapi tugas menjadi indikator yang paling berkaitan dengan motivasi
berprestasi peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik mampu bekerja terus menerus dan sungguh-sungguh dalam melakukan aktivitas belajar. Hal tersebut
sesuai dengan karakteristik tahap intelektual peserta didik, yaitu kritis dan realistis, banyak ingin tahu dan suka belajar, serta mulai timbul minat terhadap
bidang-bidang pelajaran tertentu Djaali, 2014: 28. Bassett, Jacka, dan Logan dalam Annisatul Mufarokah, 2009: 11 juga menyebutkan beberapa karakteristik
anak usia sekolah dasar, diantaranya memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar serta adanya dorongan untuk berprestasi sebagaimana
mereka tidak suka mengalami kepuasan dan menolak kegagalan-kegagalan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam usia sekolah dasar,
peserta didik mulai memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga mendorong dirinya untuk bersikap sungguh-sungguh dalam belajar. Akan tetapi, peserta didik
tidak cepat bosan pada tugas yang rutin. Peserta didik kurang menyukai tantangan dan cenderung menerima tugas yang rutin.
Secara keseluruhan, regulasi diri, konsep diri, dan motivasi berprestasi peserta didik kelas IV se-gugus 3 Kecamatan Pengasih termasuk dalam kategori
104 sedang. Peserta didik yang memiliki regulasi diri kategori sedang sebesar 67,05,
konsep diri kategori sedang sebesar 68,18, dan motivasi berprestasi IPA kategori sedang sebesar 65,91. Dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui
bahwa ketiganya terdapat hubungan. Regulasi diri dan konsep diri memegang peranan penting dalam memunculkan motivasi berprestasi peserta didik yang
mengarahkan perilaku sesuai dengan tujuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Ormrod 2008: 61 menyatakan
bahwa motivasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah perspektif behavioris sering disebut pendekatan perilaku dan perspektif sosial
atau kognitif yang berfokus pada persepsi diri dan faktor-faktor kognitif lain yang secara langsung atau tidak langsung mendorong siswa terlibat dalam perilaku
tertentu. Regulasi diri dan konsep diri termasuk dalam kedua perspektif tersebut. Adanya regulasi dan konsep diri pada peserta didik sama-sama memengaruhi
perilaku peserta didik dalam upaya mencapai tujuan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara regulasi diri dan konsep diri baik secara parsial maupun secara simultan dengan
motivasi berprestasi peserta didik pada mata pelajaran IPA kelas IV SD se-gugus 3 Kecamatan Pengasih, Kulon Progo tahun ajaran 20152016. Dengan kata lain:
1 semakin baik regulasi diri peserta didik, maka akan semakin tinggi motivasi berprestasinya, 2 semakin baik konsep diri peserta didik, maka akan semakin
tinggi motivasi berprestasinya, dan 3 semakin baik regulasi diri dan konsep diri peserta didik, maka akan semakin tinggi motivasi berprestasinya. Hasil penelitian
105 ini setidaknya dapat memberikan gambaran pada guru bahwa terdapat korelasi
antara regulasi diri, konsep diri, dan motivasi berprestasi. Dengan demikian, guru hendaknya dapat meningkatkan motivasi berprestasi IPA peserta didik dengan
cara meningkatkan regulasi diri dan konsep diri peserta didik.
F. Keterbatasan Penelitian