49 disampaikan oleh Nitya Apranadyanti 2010 bahwa individu yang memiliki
regulasi diri yang baik memiliki kemampuan berusaha untuk mengatur pikiran, perasaan, dan perilakunya untuk kemudian dievaluasi sehingga terarah sesuai
dengan keinginan, harapan, maupun tujuan yang hendak dicapai. Selain itu, Handy Susanto 2006: 70 menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam
menjalani sesuatu termasuk pencapaian prestasi baik dalam pendidikan maupun bidang lainnya tidak ditentukan oleh IQ semata, namun salah satunya adalah
kemampuan regulasi diri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa regulasi diri terkait
erat dengan motivasi berprestasi. Peserta didik yang memiliki kemampuan regulasi diri yang baik akan termotivasi dalam proses pembelajaran, sehingga
mengarahkan perasaan, pikiran, dan tindakannya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
7. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Peserta Didik
Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman individu tentang tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan, sehingga berpengaruh
terhadap orang lain dan tingkah laku individu sendiri. Konsep diri berperan sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik yang
memiliki konsep diri positif akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nur Prima Septiana 2004
yang menyatakan bahwa konsep diri memegang peranan dalam memunculkan motivasi berprestasi dan mengarahkan seluruh perilaku.
50 Pendapat lain, Zusy Aryanti 2003 menyatakan bahwa peserta didik yang
memiliki prestasi akademik baik berawal dari konsep diri yang baik. Pandangan positif yang diyakini peserta didik akan menggiring peserta didik memiliki
motivasi berprestasi yang baik. Studi dari Meichanbeum dalam Slameto, 2013: 184 mengatakan bahwa “bila peserta didik dibantu menyatakan hal-hal positif
mengenai dirinya dan diberi penguatan, maka hal itu akan menghasilkan konsep diri yang positif.” Kegagalan yang dialami seseorang berulang kali, kemungkinan
apabila terjadi kegagalan yang baru akan mengurangi motivasinya untuk mencapai tujuan. Fitts dalam Hendriati Agustiani, 2009: 138 juga
menambahkan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa konsep diri terkait erat dengan motivasi berprestasi. Konsep diri berperan sebagai pedoman dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik yang memiliki konsep diri yang baik akan memunculkan persepsi diri yang positif, sehingga mampu
membangkitkan motivasi untuk berperilaku sesuai dengan keyakinan dirinya.
8. Hubungan Regulasi Diri dan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi
Peserta Didik
Tumbuhnya motivasi berprestasi peserta didik diperlukan adanya keterkaitan antara berbagai pihak, misalnya orang tua, guru, dan diri peserta didik
sendiri. Hal tersebut sejalan dengan Adri Lundeto 2008 yang menyebutkan bahwa tumbuhnya motivasi berprestasi peserta didik dibutuhkan tiga komponen
peran yang saling terkait, yaitu peran peserta didik, peran guru, dan peran orang
51 tua. Motivasi berprestasi peserta didik dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal terdiri dari adanya norma standar yang harus dicapai, ada situasi kompetisi, serta jenis tugas dan situasi menantang. Sedangkan faktor
internal terdiri dari kemampuan, kebutuhan, minat, dan harapankeyakinan Sugiyanto, 2007. Dalam penelitian ini mengungkap motivasi berprestasi yang
dimiliki oleh salah satu komponen pembelajaran, yaitu peserta didik. Peserta didik merupakan salah satu komponen utama dalam pembelajaran.
Dengan kata lain, peserta didik berperan sebagai subjek yang sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Melinda Serra Yustika 2015 yang
mengemukakan bahwa titik temu antara motivasi berprestasi dengan self regulated learning adalah pada usaha-usaha yang ditunjukkan oleh peserta didik
yang memiliki motivasi untuk meraih prestasi yang diinginkan. Usaha-usaha tersebut diantaranya kemampuan regulasi diri dan konsep diri. Adanya motivasi
berprestasi, peserta didik akan mampu menerapkan regulasi diri dan konsep diri yang baik, yaitu menggerakkan peserta didik menetapkan tujuan akan prestasi
dalam belajar, merencanakan tata cara belajar, dan adanya keyakinan dalam bertindak yang mengarah pada prestasi.
Selain itu, Ormrod 2008: 61 menyatakan bahwa motivasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, diantaranya adalah perspektif behavioris sering disebut
pendekatan perilaku dan perspektif sosial atau kognitif yang berfokus pada persepsi diri dan faktor-faktor kognitif lain yang secara langsung atau tidak
langsung mendorong siswa terlibat dalam perilaku tertentu. Regulasi diri dan konsep diri termasuk dalam kedua perspektif tersebut. Adanya regulasi dan
52 konsep diri pada peserta didik sama-sama memengaruhi perilaku peserta didik
dalam upaya mencapai tujuan. Dari paparan tersebut, regulasi diri dan konsep diri berkaitan erat dengan motivasi berprestasi peserta didik. Dengan kata lain,
regulasi diri dan konsep diri memegang peranan penting dalam memunculkan motivasi berprestasi peserta didik yang mengarahkan perilaku sesuai dengan
tujuan.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Walker 2012: 3 berpendapat bahwa “Motivation and self-regulated
learning are intertwined concepts that have a corresponding relationship. Self- regulated learning encompasses motivational processes because students must set
goals and follow with task strategies to achieve succes. Motivation is a critical in self-
regulated learning.” Artinya motivasi dan regulasi diri terjalin konsep yang saling berhubungan. Regulasi diri meliputi proses motivasi karena peserta didik
menetapkan tujuan dan menggunakan strategi untuk mencapai prestasi unggul. Motivasi bagian penting dari regulasi diri. Selain itu dalam penelitian ini juga
menyebutkan bahwa “Motivation and self-regulation are positively correlated;
that is, a higher level of use of self-regulation strategies is often related to a high level of motivation, but a deficit of self-regulation is in many cases associated
with the lack of academic motivation.” Peneliti menjelaskan adanya korelasi positif antara motivasi dengan regulasi diri, di mana strategi regulasi diri yang
tinggi memengaruhi motivasi yang tinggi, sedangkan regulasi diri yang kurang