121 dibaca, olah vokal, olah gerakgestur, mimik muka, penghayatan teks cerita, dan
pengusaan pangung. Selanjutnya, peneliti meminta siswa untuk memberikan saran terhadap
pembelajaran bercerita dengan pemodelan dalam video compact disc. Sebagian besar siswa memberikan saran agar pemebalajaran seperti ini tetap dilaksanakan,
agar dapat mengenal lebih dalam tentang tata cara bercerita yang baik. Penggunaan pemodelan dalam video compact disc yang berisi tayangan orang
bercerita membuat pembelajaran tidak membosankan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa mengalami kesulitan dalam menceritakan kembali teks cerita, menghayati, dan mengeskpresikan cerita yang berjudul “Boneka Misterius”. Hal tersebut
disebabkan oleh teks cerita yang terlalu banyak, siswa tidak sepenuhnya melihat dan megidentifikasi tata cara bercerita yang baik yang terdapat dalam video
compact disc, siswa tidak latihan dengan serius, siswa tidak belajar dirumah, siswa tidak membuat ringkasan teks cerita yang siap dibacakan, dan tidak latihan
berulang-ulang sehingga penceritaannya tidak menyakinkan pendengar atau teman-temannya.
4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto digunakan sebagai bukti visual kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Pengambilan foto siklus I difokuskan pada
kegiatan selama proses pembelajaran, yaitu kegiatan pembelajaran bercerita dengan pemodelan dalam video compact disc. Pada proses pengambilan gambar
ini, peneliti dibantu oleh seorang teman untuk mengambil gambar. Adapun
122 aktivitas-aktivitas yang di dokumentasi melalui foto antara lain, yaitu 1 aktivitas
siswa mendengarkan penjelasan guru, 2 aktivitas siswa ketika memperhatikan pemodelan bercerita dalam video compact disc yang diputarkan oleh guru, 3
guru memberikan contoh dalam menghayati dan mengekspresikan cerita yang berjudul “Boneka Misterius”, 4 aktivitas siswa mengidentifikasi pemodelan
bercerita dalam video compact disc, 5 aktivitas siswa latihan bercerita di depan kelas atau dalam kelompok besar, 6 aktivitas siswa membaca berulang-ulang
cerita “Boneka Misterius”, dan 7 aktivitas siswa ketika bercerita di depan kelas atau dalam kelompok besar. Deskripsi gambar pada siklus I selengkapnya adalah
sebagai berikut ini.
Gambar 1. Aktivitas Siswa ketika Mendengarkan Penjelasan Guru
Gambar 1 di atas, menunjukkan kegiatan awal pembelajaran yaitu guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran serta manfaat
yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran bercerita. Pada tahap apersepsi ini, peneliti bertanya jawab dengan siswa tentang
123 pengalamannya dalam bercerita. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa tentang bercerita. Setelah itu, guru memberikan penjelasan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita
dan penjelasan mengenai pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc.
Sebagian besar siswa terlihat serius dan bersemangat dalam pembelajaran, tetapi terlihat pula seorang siswa yang duduk di bangku belakang tidak serius dan
cenderung menggangu temannya. Kemudian, guru memberikan teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius” yang ceritanya sama dengan tayangan dalam video
compact disc yang diputarkan dalam televisi. Setelah memperoleh teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius” siswa diminta untuk memperhatikan tayangan dalam
video compact disc yang diputarkan dalam televisi dan tidak membaca teks cerita terlebih dahulu.
Gambar 2. Aktivitas Siswa ketika Memperhatikan Tayangan dalam Televisi
Gambar 2 menunjukkan aktivitas siswa saat memperhatikan tayangan pemodelan bercerita dalam video compact disc yang diputarkan dalam televisi.
Sebagian besar siswa memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama tayangan tersebut. Namun, terlihat pula seorang siswa yang duduk di bangku
124 belakang tidak serius memperhatikan dan dan cenderung menggangu temannya.
Siswa yang serius menyatakan bahwa pembelajaran bercerita dengan melihat tayangan dalam televisi lebih menarik dan membantu siswa dalam bercerita,
daripada materi sebelumnya yang diajarkan oleh guru bahasa Indonesianya.
Gambar 3. Guru Memberikan Contoh dalam Bercerita
Gambar 3 di atas, menunjukkan aktivitas pada saat guru memberikan contoh dalam menghayati dan mengekspresikan cerita. Kemudian guru
memperagakan bercerita dengan penuh penghayatan dan pengekspresian terhadap cerita yang berjudul “Boneka Misterius”. Guru berpesan supaya dapat
membedakan suara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Setelah melihat contoh dari guru dan tayangan dalam televisi, siswa kelihatan masih bingung
untuk mempraktikkan bercerita.
Gambar 4. Aktivitas Siswa Mengidentifikasi Pemodelan dalam VCD
125 Gambar 4 di atas, menunjukkan aktivitas siswa pada saat mengidentifikasi
pemodelan bercerita dalam video compact disc yang diputarkan dalam televisi. Pada saat pemodelan bercerita dalam video compact disc diputarkan dalam
televisi, kemudian siswa siap-siap memadukan teks cerita yang diberikan oleh guru, karena teknik tersebut dapat membantu siswa dalam melakukan
pemenggalan kalimat yang diucapkan oleh pencerita dan olah vokal sehingga mempermudahkan siswa dalam bercerita. Kemudian guru memutarkan lagi
tayangan tersebut, supaya siswa mampu mengidentifikasi tata cara bercerita yang telah dicontoh pencerita dalam video compact disc. Pemutaran tayangan tersebut
dilakukan berulang-ulang kali, supaya siswa dapat memahami, menghayati, dan mengekspresikan bercerita dengan baik. Hari pertama diputarkan tiga kali,
sedangkan hari kedua diputarkan dua kali tayangan.
Gambar 5. Aktivitas Siswa ketika Latihan Bercerita di depan Kelas
Gambar 5 menunjukkan aktivitas siswa pada saat bercerita di depan kelas atau kelompok besar. Sebelum latihan bercerita di depan kelas, siswa terlebih
dahulu latihan dalam kelompok kecil sehingga siswa sudah mempunyai kemahiran dalam bercerita daripada sebelumnya. Tujuan siswa berlatih bercerita
dalam kelompok kecil itu, yaitu menumbuhkan keberanian dalam tampil di depan
126 teman-temannya, mengurangi sifat grogi dan malu-malu, dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan pada diri teman kelompok kecilnya. Siswa yang maju untuk latihan di depan kelas adalah siswa yang mempunyai kemampuan lebih
daripada teman-temannya dalam kelompok kecil. Pada saat latihan tersebut, ada dua siswa masih belum dapat menceritakan kembali teks cerita karena siswa
membaca teks dan belum membuat ringkasan cerita yang siap dibacakan. Siswa yang lain sudah dapat menceritakan kembali teks cerita, walaupun alur ceritanya
masih melompat-lompat sebanyak dua kali. Setelah latihan tersebut, guru memberikan tugas untuk membuat ringkasan cerita yang siap dibacakan dan
latihan berulang-ulang, supaya cerita yang diceritakan menyakinkan.
Gambar 6. Aktivitas Siswa ketika Membaca Berulang-ulang Cerita
Gambar 6 menunjukkan aktivitas siswa pada saat membaca berulang- ulang cerita yang berjudul “Boneka Misterius”. Pada saat hari ke-2 siswa
diputarkan lagi contoh pencerita dalam video compact disc sebanyak dua kali. Kemudian siswa diminta untuk membaca berulang-ulang, agar cerita yang akan
dibawakannya menyakinkan pendengarnya atau teman-temannya. Setelah itu, siswa diminta untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti tes bercerita di depan
teman-temanyakelompok besar.
127
Gambar 7. Aktivitas Siswa ketika Bercerita di depan Kelompok Besar
Ganbar 7 menunjukkan aktivitas siswa pada saat bercerita di depan
kelompok besardi depan kelas. Kegiatan tersebut dilakukan, setelah siswa berlatih bercerita di dalam kelompoknya. Kemudian satu persatu siswa bercerita
di depan kelompok besar. Pada gambar tersebut, terlihat ada empat siswa yang sedang bercerita dengan hasil yang berbeda. Siswa yang terdapat pada gambar 1
dan gambar 2 kelihatannya tidak malu-malu bercerita, dapat menceritakan kembali teks cerita, serta mampu memahami, menghayati dan mengekspresikan
cerikan yang dibawakannya sehingga teman-temannya senang melihat ceritanya; sedangkan siswa yang terdapat pada gambar 3 dan gambar 4 terlihat malu-malu
1 2
3 4
128 dan tidak mampu menceritakan kembali teks cerita sehingga penghayatan dan
pengekspresiannya tidak kelihatan membuat bosan teman-temannya.
4.1.2.3 Refleksi Siklus I