56 Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap akhir atau penutup dalam proses
belajar mengajar, antara lain: 1 guru bersama siswa merefleksi pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc yang dilakukan pada hari
itu, 2 guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dibahas, 3 guru bertanya pada siswa, apakah masih menemui kesulitan dalam latihan bercerita?
4 guru melakukan wawancara kepada 9 siswa, yaitu 3 siswa yang memperoleh nilai tertinggi, 3 siswa yang memperoleh nilai sedang, dan 3 siswa yang
memperoleh nilai terendah atau kurang, 5 pengisian lembar jurnal siswa, dan 6 siswa diberi tugas untuk meringkas teks cerita ”Boneka Misterius” menjadi teks
cerita yang siap dibacakan dan siswa diminta untuk membaca berulang-ulang teks cerita tersebut.
3.1.1.3 Observasi atau Pengamatan
Dalam observasi, peneliti mengambil data dengan cara mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa selama penelitian berlangsung. Agar
hasil observasi dapat objektif maka dalam pelaksanaannya peneliti meminta bantuan kepada rekan sejawat untuk ikut mengadakan pengamatan. Observasi
dilakukan terhadap perilaku positif dan perilaku negatif siswa dalam pembelajaran.
Aspek-aspek yang dinilai dalam observasi adalah perilaku dan sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran seperti perhatian serta antusias siswa
terhadap penjelasan guru, perilaku siswa pada saat guru menayangkan VCD cerita yang digunakan sebagai media pengenalan bagaimana bercerita yang baik,
perilaku siswa saat mendengarkan tampilan bercerita yang dilakukan oleh
57 temannya, sikap siswa pada saat menerima komentar dan solusi dari teman
tentang tampilannya saat bercerita, respon siswa pada saat diberi kesempatan tampil bercerita, dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran bercerita
melalui pemodelan dalam video compact disc.
3.1.1.4 Refleksi atau Evaluasi
Berdasarkan hasil refleksi ini, dapat diketahui bahwa pemodelan bercerita yang digunakan peneliti cukup banyak disukai oleh siswa. Hal ini terlihat pada
minat dan antusias siswa saat mengikuti pembelajaran. Adanya minat pada diri siswa saat mengikuti pembelajaran mengakibatkan keterampilan siswa dalam
bercerita akan meningkat. Namun, pada siklus I siswa belum sepenuhnya melakukan tahapan
pembelajaran bercerita menggunakan pemodelan dalam video compact disc dengan baik. Hal ini karena siswa baru pertama kali mengikuti pembelajaran
bercerita menggunakan pemodelan dalam video compact disc sehingga beberapa siswa masih bingung ketika mengikuti pembelajaran bercerita pada saat
berlangsung. Siswa belum mampu mempraktikkan bercerita dengan tata cara yang baik meliputi kenyaringan suara, lafal, intonasi, gerak-gerik, gestur, mimik, dan
pengusaan panggung. Selain itu, siswa malu-malu dan grogi pada saat bercerita di depan kelompok besar sehingga siswa belum mampu menghayati dan
mengekspresikan cerita yang berjudul “Boneka Misterius” terlampir. Selanjutnya, setelah melihat tersebut peneliti mancari permasalahan untuk
menemukan kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki. Masalah atau kekurangan-kekurangan pembelajaran bercerita pada siklus I dapat diatasi dengan:
58 1 memberikan penjelasan ulang dan lebih lanjut kepada siswa tentang
pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc serta memberikan peragaan dalam menghayati dan mengekspresikan cerita secara
intensif, 2 memperbaiki pembelajaran berlatih bercerita dalam kelompok kecil dan menambah perwakilan siswa untuk berlatih dalam kelompok besar supaya
siswa berani bercerita dengan tidak grogi dan tidak malu-malu sehingga penceritaannya menyakinkan audiens, dan 3 seluruh siswa membuat ringkasan
teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius” yang siap dibacakan dan latihan membaca berulang-ulang di rumah supaya penceritaannya menyakinkan audiens.
Hasil tes kompetensi bercerita siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dengan penggunaan pemodelan bercerita dalam video compact disc, kemampuan
bercerita siswa mengalami peningkatan dari prasiklus, yaitu dari kategori kurang atau nilai rata-rata 58,82 menjadi kategori cukup atau nilai rata-rata 70,93 pada
siklus I. Nilai rata-rata pada siklus I sudah memenuhi target ketuntasan yang diharapkan yaitu 68, tetapi belum diimbangi dengan perubahan perilaku siswa
yang positif dalam proses pembelajaran. Penelitian tersebut dilanjutkan pada siklus II oleh peneliti karena hasil tersebut masih dalam kategori cukup dan
kebanyakan siswa memperolah nilai 60. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai nilai rata-rata kelas dalam kategori baik dengan rentang nilai 75-
84 atau kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dan perubahan perilaku yang positif dalam proses pembelajaran pada siklus II.
59 Dengan demikian, tindakan siklus II perlu segera dilakukan untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siklus I.
3.1.2 Proses Tindakan Siklus II