128 dan tidak mampu menceritakan kembali teks cerita sehingga penghayatan dan
pengekspresiannya tidak kelihatan membuat bosan teman-temannya.
4.1.2.3 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc pada siklus I dapat diketahui bahwa pemodelan bercerita yang
digunakan peneliti cukup banyak disukai oleh siswa. Hal ini dapat terlihat pada minat dan antusias siswa saat mengikuti pembelajaran. Adanya minat pada diri
siswa saat mengikuti pembelajaran mengakibatkan keterampilan siswa dalam bercerita meningkat.
Hasil tes bercerita di akhir pembelajaran siklus I membuktikan bahwa penggunaan pemodelan dalam video compact disc mampu meningkatkan
kompetensi bercerita siswa dari prasiklus, yaitu dari kategori kurang atau nilai rata-rata 58,82 menjadi kategori cukup atau nilai rata-rata 70,93 pada siklus I.
Nilai rata-rata pada siklus I sudah memenuhi target ketuntasan yang diharapkan yaitu 68, tetapi hasil tersebut perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai kategori baik
nilai rata-rata 75-84 atau kategori sangat baik nilai rata-rata 85-100 pda siklus II. Untuk memeperoleh nilai dalam kategori baik dan kategori sangat baik, yaitu
dengan cara memutarkan pemodelan dalam video compact disc lebih dari tiga kali, pemberian contoh atau peragaan bercerita secara intensif oleh guru, dan
perwakilan dari kelompok untuk latihan bercerita di depan kelas atau di depan kelompok besar.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto diperoleh hasil perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran bercerita tergolong
129 cukup baik dan mengalami sedikit perubahan dari prasiklus. Dalam pembelajaran
dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap yang cukup baik. Pada siklus I, siswa merasa lebih mudah untuk memahami dan mengekspresikan
teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius”. Mereka berpendapat bahwa dengan penggunaan pemodelan bercerita dalam video compact disc dapat memudahkan
mereka dalam bercerita, menambah wawasan, dan pengetahuan mereka tentang bercerita dengan tata cara yang baik.
Meskipun demikian, beberapa siswa masih terlihat kurang bersemangat dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran bercerita melalui pemodelan
dalam video compact disc. Hal ini disebabkan pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti masih dirasa baru oleh siswa sehingga siswa harus menyesuaikan diri
dalam belajar. Kebanyakan siswa masih malu-malu untuk bercerita dalam kelompok kecil sehingga pada saat bercerita di depan kelompok besar hasilnya
kurang maksimal. Selain itu, sebagian besar siswa masih belum dapat menceritakan kembali
teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius”, masih grogi, masih malu-malu, dan tidak percaya diri saat menceritakan cerita yang berjudul “Boneka Misterius”
berdasarkan hasil identifikasi pemodelan bercerita dalam video compact disc. Ada juga siswa yag terganggu dengan ramainya siswa lain. Masalah ini dapat diatasi
dengan: 1 memberikan penjelasan ulang dan lebih lanjut kepada siswa tentang pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc serta
memberikan peragaan dalam menghayati dan mengekspresikan cerita secara intensif, 2 memperbaiki pembelajaran berlatih bercerita dalam kelompok kecil
130 dan menambah perwakilan siswa untuk berlatih dalam kelompok besar supaya
siswa berani bercerita dengan tidak grogi dan tidak malu-malu sehingga penceritaannya menyakinkan audiens, dan 3 seluruh siswa membuat ringkasan
teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius” yang siap dibacakan dan latihan membaca berulang-ulang di rumah supaya penceritaannya menyakinkan audiens.
Dengan demikian, tindakan siklus II perlu segera dilakukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I.
4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II ini merupakan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi pada siklus I. Pada siklus II ini dilakukan dengan rencana dan persiapan yang
lebih matang sebelum proses pembelajaran berlangsung. Hasil pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc pada siklus II terdiri atas
data tes dan data nontes yang meliputi perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan nilai tes bercerita. Hasil kedua data tersebut diuraikan secara
rinci pada bagian berikut ini.
4.1.3.1 Hasil Tes
Hasil tes bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc pada siklus II ini merupakan data kedua setelah dilaksanakannya tindakan pembelajaran
pada siklus I. Kriteria penilaian pada siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I meliputi 9 aspek, yaitu 1 mampu menceritakan teks kembali, 2
bercerita dengan urut alur yang logis, 3 kenyaringan suara, 4 ketepatan pelafalan, 5 kelancaran, 6 ketepatan intonasi, 7 mimik muka, 8 Ketepatan
gestur, dan 9 pengusaan panggung. Secara umum, hasil tes kompetensi bercerita