45 Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran bercerita
diharapkan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran sehingga kompetensi ini benar-benar dikuasai siswa. Selain itu, menjadikan proses
pembelajaran lebih bervariasi dan menarik.
2.2.4 Implementasi Pemodelan dalam Video Compact Disc pada Kegiatan
Bercerita
Pemodelan merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu guru sering
menunjukkan cara mengapresiasi sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, menunjukkan contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan cara
bercerita yang baik. Inilah yang disebut pemodelan. Jadi guru memberikan atau menunjukkan model tentang cara belajar siswa Depdiknas 2002:16. Tentu saja
model yang ditampilkan berkaitan dengan mampu membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemodelan adalah pemberian model atau contoh dalam proses pembelajaran sehingga model tersebut
dapat memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari. Model pembelajaran yang tertuang dalam video compact disc dapat berupa cara melakukan sesuatu dan
menunjukkan sesuatu yang dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran bercerita.
Pemodelan dalam video compact disc dapat membantu siswa dalam bercerita dengan baik dan memperhatikan urutan cerita, intonasi yang tepat,
pelafalan yang jelas, kenyaringan suara, kelancaran, mimik muka yang sesuai,
46 gestur yang tidak berlebihan, dan penguasaan panggung yang bagus karena siswa
mengamati langsung bagaimana tata cara pencerita yang terdapat dalam rekaman video compact dis.
Langkah-langkah pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc terdiri dari tiga tahapan, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup. Tindakan yang dilakukan oleh guru pada tahap pendahuluan antara lain: 1 apersepsi : guru menanyakan pada siswa tentang pengalamannya dalam
bercerita, 2 guru menjelaskan kompetensi bercerita yang akan dicapai pada pembelajaran hari itu, dan 3 guru memotivasi siswa dengan menjelaskan
manfaat yang akan diperoleh siswa dalam kehidupan setelah mengikuti pembelajaran bercerita.
Selanjutnya, pada kegiatan inti guru melakukan: 1 siswa membentuk kelompok dengan berhitung 1-7, siswa yang nomornya sama menjadi satu
kelompok, 2 guru menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam bercerita dengan tata cara yang baik, 3 guru membagikan teks cerita yang sama dengan
cerita yang terdapat dalam video compact disc, yaitu cerita yang berjudul ”Boneka Misterius” kepada siswa dan siswa diminta untuk tidak membaca cerita tersebut,
4 siswa memperhatikan pemodelan pencerita yang terdapat dalam video compact disc yang diputar melalui media player dan televisi, 5 siswa bersama
kelompoknya mengidentifikasi tata cara pencerita yang terdapat dalam tayangan televisi yang diputarkan, meliputi kenyaringan suara ketepatan pelafalan,
kelancaran, ketepatan intonasi, mimik muka yang sesuai, ketepatan gestur, dan penguasaan panggung, 6 guru memutarkan kembali pemodelan bercerita yang
47 terdapat video compact disc sebanyak dua kali dan siswa diminta untuk
memadukan teks cerita yang berjudul “Boneka Misterius” dengan tayangan yang terdapat dalam televisi, 7 berdasarkan bimbingan guru, setiap siswa berlatih
bercerita berdasarkan ekspresi pencerita dalam video compact disc, 8 perwakilan dari kelompok untuk latihan bercerita di depan kelompok besar, 9 guru
mempersilakan teman sekelompok untuk memberi masukan dan tanggapan kepada siswa yang berlatih bercerita berdasarkan ekspresi pencerita dalam video
compact disc, 10 setiap siswa bercerita di depan teman-temannya dan siswa yang lain memberi tanggapan, 11 guru memberi penguatan kepada siswa yang
memberi masukan dan tanggapan, dan 12 guru memberi motivasi kepada siswa yang sudah bercerita.
Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap akhir atau penutup dalam proses belajar mengajar, antara lain: 1 guru bersama siswa merefleksi pembelajaran
bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc yang dilakukan pada hari itu, 2 guru bersama siswa menyimpulkan materi yang sudah dibahas, 3 guru
bertanya pada siswa, apakah masih menemui kesulitan dalam latihan bercerita, 4 guru melakukan wawancara kepada 9 siswa, yaitu 3 siswa yang memperoleh nilai
tertinggi, 3 siswa yang memperoleh nilai sedang, dan 3 siswa yang memperoleh nilai terendah atau kurang, 5 pengisian lembar jurnal siswa, dan 6 siswa diberi
tugas untuk meringkas teks cerita ”Boneka Misterius” menjadi teks cerita yang siap dibacakan dan siswa diminta untuk membaca berulang-ulang teks cerita
tersebut.
48 Kompetensi bercerita yang harus dicapai siswa kelas VII-B MTs Misbahul
Falah Batangan Pati, yaitu 1 siswa diharapkan mampu menceritakan kembali teks cerita, 2 bercerita dengan urut, 3 kenyaringan suara, 4 ketepatan
pelafalan, 5 kelancaran, 6 ketepatan intonasi, 7 mimik muka yang sesuai, 8 ketepatan gestur, dan 9 penguasaan panggung yang bagus.
Pembelajaran bercerita melalui pemodelan dalam video compact disc diharapkan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran sehingga
kompetensi ini benar-benar dikuasai siswa. Selain itu, menjadikan proses pembelajaran lebih bervariasi dan menarik.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran bercerita sering kali mengalami kendala yang menyebabkan siswa menjadi tidak termotivasi dan merasakan kejenuhan. Salah satu
penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton dan kurang bervariasi sehingga membuat siswa tidak berminat dan
enggan mengikuti pembelajaran bercerita. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil bercerita siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru di dalam
pembelajaran bercerita harus mempunyai model atau teknik pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik akan pembelajaran bercerita itu sendiri.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pemodelan bercerita dalam video compact
disc sebagai upaya mengatasi rendahnya keterampilan bercerita. Pembelajaran dengan pemodelan bercerita dalam video compact disc mendorong siswa belajar
untuk lebih terlibat aktif di dalamnya. Dengan keterlibatan siswa aktif, diharapkan