134 tidak menjenuhkan serta siswa diminta untuk mempraktikkan bercerita di depan
teman-temannya. Praktik ini membuat siswa berani untuk tampil bercerita dan mengurangi grogi pada saat berdiri di depan kelas. Siswa merasa yakin bahwa
pembelajaran dengan pemodelan dalam video compact disc dapat membantu mereka dalam meningkatkan kompetensi bercerita. Untuk lebih jelasnya, hasil tes
siklus II dipaparkan sebagai berikut ini.
4.1.3.1.1 Aspek Menceritakan Kembali Teks Cerita
Penilaian pada aspek menceritakan kembali teks cerita dalam pembelajaran bercerita ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam
menceritakan kembali cerita yang berjudul “Boneka Misterius” yang terdapat pada teks. Hasil perolehan nilai pada aspek menceritakan kembali teks cerita
dapat dilihat dari tabel 28 berikut ini. Tabel 28. Perolehan Nilai Aspek Menceritakan Kembali Teks Cerita Siklus II
No. Kategori
Skor Frekuensi
Bobot Skor
Persen Keterangan
1. Sangat Baik 4
7 28
25 Nilai rata-rata = 89 : 28 = 3,17
Kategori baik 2. Baik
3 19
57 67,86
3. Cukup 2
2 4
7,14 4. Kurang
1 -
- -
Jumlah 28
89 100
Data pada tabel 28 menunjukkan bahwa 28 siswa yang diteliti, kompetensi
bercerita pada aspek menceritakan kembali teks cerita mencapai total nilai 89 dengan rata-rata 3,17 dalam kategori baik artinya, pencerita mampu menceritakan
kembali teks cerita, tetapi kurang dari empat kali membuka teks cerita. Berdasarkan tabel 28 siswa yang memperoleh skor dengan kategori sangat baik
sebanyak 7 siswa atau sebesar 25 , siswa yang memperoleh skor dengan
135 kategori baik sebanyak 19 siswa atau sebesar 67,86, siswa yang memperoleh
skor dengan kategori cukup sebanyak 2 siswa atau sebesar 7,14, dan siswa yang memperoleh skor dengan kategori kurang tidak ada atau sebesar 0.
Kemampuan menceritakan kembali teks cerita merupakan modal awal pencerita dalam berceritamendongeng. Hal-hal yang perlu diperhatikan pencerita
untuk menceritakan kembali teks cerita, yaitu membuat ringkasan cerita dan merubah teks cerita tulis menjadi teks cerita yang siap dibaca. Pada tabel di atas
menunjukkan bahwa sebanyak 25 siswa sudah mampu bercerita tidak membuka teks cerita, 67,86 siswa sudah mampu bercerita walaupun mereka masih
membuka teks cerita kurang dari empat kali. Siswa yang tidak mampu bercerita atau membaca teks cerita tidak ada atau sebesar 0. Hal ini disebabkan siswa
sudah membuat ringkasan cerita yang siap dibacakan dan membacanya berulang- ulang sehingga penceritaannya menyakinkan audiens.
4.1.3.1.2 Aspek Bercerita dengan Urut